"Sagu tidak memerlukan lahan yang luas dan mampu tumbuh tanpa perawatan intensif, yang terpenting adalah memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, mudah dicerna," kata Haska, di Kais, Papua, Kamis.
Untuk menjadikan sagu sebagai makanan pokok seluruh Indonesia memang tidak mudah, namun jika sudah dibiasakan maka kualitasnya sebenarnya lebih bagus daripada nasi, karena mudah dicerna.
Dia berpendapat bahwa, setidaknya untuk wilayah Indonesia timur saja, jika semua mengkonsumsi sagu maka swasembada pangan bisa tercapai.
"Tidak perlu mengirim beras miskin ke timur, khususnya Papua, karena biaya mahal dan kualitas beras kurang bagus, lebih baik dana tersebut untuk mengembangkan sagu menjadi kualitas baik," katanya.
Menurut data sebanyak 1,4 juta hektar ada di Indonesia dari sebaran 2,2 juta sagu yang ada di dunia, dan khususnya 1,2 juta pohon sagu tumbuh di Papua.
"95 persen sagu di Papua tumbuh secara alami dan belum dimanfaatkan, sedangkan 5 persennya yang sudah dimanfaatkan," katanya.
Provinsi Papua sendiri, kata Haska, memiliki potensi sebanyak 8 juta ton sagu alami (tumbuh tanpa dirawat petani) yang belum dimanfaatkan untuk diolah sebagai makanan pokok ataupun tepung.
Berita Terkait
Pakar hukum Unsoed optimistis pimpinan baru mampu pulihkan citra KPK
Jumat, 13 Desember 2024 14:43 Wib
Pakar pendidikan: Guru harus memiliki budaya belajar yang baik
Minggu, 24 November 2024 16:17 Wib
Pakar: Regulasi AI harus cakup perlindungan data
Selasa, 19 November 2024 17:21 Wib
Pakar : AI dan "big data" mampu bantu tanggulangi judi "online"
Kamis, 14 November 2024 20:44 Wib
Pakar: Pembangunan infrastruktur pertanian dukung swasembada pangan
Jumat, 8 November 2024 8:49 Wib
Pakar: Kajian untuk kembali menerapkan UN bukan hal tabu
Selasa, 5 November 2024 16:24 Wib
Pakar komunikasi ingatkan paslon untuk hati-hati dalam bertutur kata
Rabu, 23 Oktober 2024 18:55 Wib
Pakar: Koordinasi antarkementerian tantangan terbesar kabinet Prabowo
Selasa, 22 Oktober 2024 15:33 Wib