Nazar Haris Terpilih Pimpin Persatuan Ummat Islam
Muktamar yang ditutup di Palembang, Minggu dengan diikuti 700 perserta memutuskan Nazar memimpin PUI periode 2014 - 2020, kemudian Raizal Arifin sebagai Ketua Pemuda PUI, dan Iroh Siti sebagai Ketua Wanita PUI dalam musyawarah mufakat.
"Saya akan menjalankan apa yang diamanatkan majelis syuro, yakni menjadikan PUI sebagai organisasi yang kokoh dan mandiri," kata Nazar.
Ia mengemukakan, akan mengawal PUI tetap berada di wilayah tengah mengingat organisasi itu mengusung semangat Islam moderat sejak awal pendiriannya pada 1911, yakni berupaya menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
"PUI akan menjauhkan diri dari sikap ekstrim dan penindasan. PUI bukanlah organisasi politik tapi kadernya tidak buta politik," ujar dia.
Ia menambahkan, terdapat sejumlah perbaikan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut berdasarkan evaluasi pada muktamar ini yang bertepatan dengan seabad usia organisasi.
Tiga fokus utama periode kepemimpinannya yakni membuat langkah strategis dalam memperbaiki sistem kaderisasi, sistem pendidikan calon pendakwah, dan sistem publikasi.
Menurutnya, organisasi Islam yang dirikan KH Abdul Halim (pahlawan nasional) akan lebih terbuka dan aktif dalam mempersatukan umat, baik di Indonesia maupun dunia.
"PUI ingin kembali ke makna dasar pendiriannya yakni mempersatukan umat, seperti nama dari PUI itu sendiri," kata dia.
PUI merupakan ormas Islam yang berkembang pada mulanya di Jawa Barat, atau persisnya di Majalengka.
Seiring dengan perkembangan organisasi, PUI sudah memiliki kepengurusan di 20 provinsi, termasuk di kawasan Indonesia Timur dan Sulawesi.
Pada masa kepemimpinannya, Nazar menargetkan memiliki kader aktif mencapai seribu orang yang tersebar di seluruh Indonesia dalam upaya turut mencetak para pemimpin unggul bangsa.
"Saya akan menjalankan apa yang diamanatkan majelis syuro, yakni menjadikan PUI sebagai organisasi yang kokoh dan mandiri," kata Nazar.
Ia mengemukakan, akan mengawal PUI tetap berada di wilayah tengah mengingat organisasi itu mengusung semangat Islam moderat sejak awal pendiriannya pada 1911, yakni berupaya menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
"PUI akan menjauhkan diri dari sikap ekstrim dan penindasan. PUI bukanlah organisasi politik tapi kadernya tidak buta politik," ujar dia.
Ia menambahkan, terdapat sejumlah perbaikan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut berdasarkan evaluasi pada muktamar ini yang bertepatan dengan seabad usia organisasi.
Tiga fokus utama periode kepemimpinannya yakni membuat langkah strategis dalam memperbaiki sistem kaderisasi, sistem pendidikan calon pendakwah, dan sistem publikasi.
Menurutnya, organisasi Islam yang dirikan KH Abdul Halim (pahlawan nasional) akan lebih terbuka dan aktif dalam mempersatukan umat, baik di Indonesia maupun dunia.
"PUI ingin kembali ke makna dasar pendiriannya yakni mempersatukan umat, seperti nama dari PUI itu sendiri," kata dia.
PUI merupakan ormas Islam yang berkembang pada mulanya di Jawa Barat, atau persisnya di Majalengka.
Seiring dengan perkembangan organisasi, PUI sudah memiliki kepengurusan di 20 provinsi, termasuk di kawasan Indonesia Timur dan Sulawesi.
Pada masa kepemimpinannya, Nazar menargetkan memiliki kader aktif mencapai seribu orang yang tersebar di seluruh Indonesia dalam upaya turut mencetak para pemimpin unggul bangsa.