"Belum diputuskan Gripen memang juga kami pertimbangkan selain Su-35 dan F-16 itu. Faktor politik juga jadi pertimbangan," katanya di sela kehadirannya di gerai besar perusahaan pertahanan Amerika Serikat, di Indo Defence 2014, Jakarta, Kamis siang.
Dia baru mendarat di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, setelah menghadiri Pertemuan Internasional Para Panglima Angkatan Bersenjata Internasional, di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
Di antara ketiga calon pesawat tempur terbaru TNI AU itu, dua di antaranya hadir di Indo Defence 2014, yaitu Sukhoi Su-35 Flanker di gerai besar Rusia dan JAS-39 Gripen di gerai besar Swedia, di bawah bendera perusahaan pabrikannya, SAAB.
JAS-39 Gripen bahkan menghadirkan instrumen demonstatornya, yang mirip dengan simulator namun tidak bisa memberi sensasi sejati saat pilot menerbangkan pesawat terbang itu.
Satu partisipan yang mencoba menarik perhatian pengunjung dan peletak kebijakan pertahanan nasional, yang hadir pada Indo Defence 2014 itu, adalah Eurofighter Typhoon. Typhoon dipakai tujuh negara, yaitu empat negara konsorsium pembuat (Inggris, Italia, Jerman, dan Spanyol), plus Oman, Arab Saudi, dan Austria).
Serupa dengan JAS-39 Gripen, Eurofighter juga memberi kesempatan kepada publik pengunjung untuk mencoba instrumen demonstratornya di gerai mereka.
F-5E/F Tiger II merupakan pesawat terbang generasi dasawarsa '80-an (generasi 3), yang telah memperkuat Skuadron Udara 14 TNI AU selama lebih dari 30 tahun. Sejumlah upaya untuk meningkatkan performansinya sebetulnya telah dilakukan TNI AU, di antaranya menerapkan Program MACAN pada awal 2000-an, hasil kerja sama dengan SABCA Belgia.
Di ASEAN, tercatat Angkatan Udara Kerajaan Thailand yang juga mengoperasikan F-5E/F Tiger II. Namun mereka akhirnya juga beralih kepada JAS-39 Gripen dari SAAB, yang menawarkan program tranfer teknologi penuh, dan pembuatan bagian-bagian pesawat terbang itu kepada Thailand.
JAS-39 Gripen dioperasikan di tujuh negara juga, yaitu Swedia, Brazil, Republik Czech, Hungaria, Afrika Selatan, dan Inggris, yang nota bene juga mengoperasikan Eurofighter Typhoon.
Sedangkan Sukhoi Su-27/30 Flanker, Malaysia juga mengoperasikan pesawat tempur ini sebagaimana juga dengan MiG-29 Fulcrum, buatan Rusia.
Indonesia menjadi negara pertama ASEAN yang mengoperasikan Sukhoi Su-27/30MKI, yang memerlukan biaya sekitar Rp400 juta perjam terbang per unit pesawat tempur itu.
Sistem persenjataan pokok mereka juga telah lengkap sejak beberapa tahun lalu, di antaranya peluru kendali udara-ke-udara (jarak dekat) Vympel R-73 Archer dan Vympel R-27 Alamo untuk jarak menengah-jauh.