"Hubungan antarwarga berjalan seperti biasa, itu artinya cukup kondusif, meskipun masyarakat baru saja mengikuti pilkada (27/10)," kata Kanthi yang juga pengajar sosiologi Fakultas Agama Islam UMM itu di Magelang, Rabu.

Ia mengemukakan bahwa masyarakat menganggap pesta demokrasi seperti pemilihan kepala daerah sebagai keniscayaan politik.

Agenda politik itu, katanya, disadari dengan baik sebagai peristiwa yang secara periodik harus mereka jalani.

Ia mengemukakan tentang kategori masyarakat terkait dengan pilkada, antara lain kelompok yang terlibat aktif dalam pilkada, kelompok pengerah massa dukungan, kelompok yang sebatas memberikan suara saat hari pemilihan, dan kelompok golongan putih.

"Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa pemilihan bupati merupakan keniscayaan politik yang terjadi secara periodik," katanya.

Pilkada Kabupaten Magelang diikuti enam pasangan calon, yakni Susilo-Mujadin Putu Murja (1) diusung PPP dan PAN, Rohadi Pratoto-Muhamad Achadi (2) diusung Partai Golkar, PKB, PKS, Handoko-Eko Purnomo (3) jalur perseorangan, Zaenal Arifin-Muhammad Zaenal Arifin (4) diusung PDI Perjuangan, Ahmad Majidun-Sad Priyo Putro (5) diusung Partai Demokrat, PBB, Hanura, PPRN, dan Muhammad Arwan-Haiban Hajid (6) diusung Partai Gerindra dan PKNU.

Jumlah warga setempat yang masuk dalam daftar pemilih tetap pilkada mencapai 935.741 orang, sedangkan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magelang menyiapkan 2.417 tempat pemungutan suara yang tersebar di seluruh daerah untuk pilkada setempat.

Hasil penghitungan cepat perolehan suara oleh KPU setempat hingga Minggu (27/10) sekitar pukul 20.00 WIB, pasangan Zaenal Arifin dan M. Zaenal Arifin meraih 145.094 suara atau 34,33 persen, Rohadi Pratoto-Muhamad Achadi 132.748 suara (31,41), Susilo-Mujadin 63.147 suara (14,94), Arwan-Haiban Hajid 37.474 suara (8,39), Ahmad Majidun-Sad Priyo Putro 28.113 suara (6,65), dan Handoko-Eko Purnomo 16.006 suara (3,79).

Hasil akhir perolehan suara akan melalui penghitungan manual dalam rapat pleno KPU pada 2 November 2013.

Kanthi mengemukakan setiap tahapan pesta demokrasi dilaksanakan secara baik, taat terhadap aturan, dan pengawasan dengan cermat sehingga situasi kehidupan antarmasyarakat tetap kondusif.

Situasi kondusif masyarakat setempat itu, katanya, bisa menjadi modal penting untuk sukses Pemilu 2014 di daerah tersebut, asalkan tetap dilakukan sesuai aturan dan dengan pengawasan secara intensif.

"Namun, yang namanya politik itu pasti sangat berhubungan kuat dengan kekuasaan dan kepentingan, sehingga unsur ini yang akan membuat keadaan politik bisa menjadi tiba-tiba berubah. Ini menjadi tantangan bagi kedewasaan masyarakat dalam berpolitik dan berdemokrasi," katanya.

Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024