Anggota DPD REI Jateng bidang promosi, humas, dan publikasi Juremi di Semarang, Senin mengakui bahwa di tahun ini ada kenaikan harga rumah tetapi hanya berkisar 5-10 persen dibandingkan tahun lalu.

"Kenaikan harga rumah terjadi karena para pengembang ingin menyesuaikan naiknya harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja," katanya.

Sejumlah bahan bangunan yang harganya naik seperti besi, semen, dan batu bata. Sementara kenaikan upah tenaga kerja dikarena generasi tukang saat ini sedikit karena semakin tingginya tingkat pendidikan mereka.

"Sekarang upah tukang mahal karena jumlah mereka sedikit. Generasi tukang sudah tidak ada. Jika dulu orang tuanya tukang, maka anaknya tukang, sekarang anak-anaknya kuliah dan maksimal lulus SMA. Mereka yang baik, upahnya juga tinggi," katanya.

Juremi menegaskan bahwa kenaikan harga rumah di tahun ini masih wajar dan tidak untuk meningkatkan keuntungan lebih di tingkat pengembang.

"Kenaikan harga rumah dikarenakan faktor lain yakni naiknya harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja, sehingga mau tidak mau harga rumah juga ikut naik," katanya.

Jika dilihat hasil penjualan, Juremi mengaku sebanyak 70 persen masih melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan mereka memilih perumahan karena kemudahan cara membayar, lingkungan yang sudah tertata, serta keamanan yang kondusif.

"Kebanyakan rumah yang dibeli untuk dihuni, tidak seberapa untuk investasi dengan tipe menengah ke atas," katanya.


Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024