Direktur Eksekutif Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Senin mengatakan, BI secara intensif terus melakukan intervensi agar rupiah tetap terjaga.

"Kita intervensi valas lebih tinggi sejak Maret lalu, tetapi dengan krisis ekonomi Eropa yang memburuk kita lebih intensif di pasar agar rupiah tidak terlalu memburuk dan tidak menimbulkan kepanikan," katanya.

Dijelaskan Perry, sejak Maret lalu nilai tukar rupiah dan mata uang asing lainnya mengalami pelemahan akibat krisis ekonomi di Eropa yang belum jelas penyelesaiannya, ditambah kabar rencana Yunani yang akan keluar dari Zona Eropa.

"Perkembangan kondisi di Eropa membuat semua panik dan kembali memegang dolar AS, ini terlihat di sektor keuangan, obligasi dan saham termasuk harga emas juga rontok," katanya.

Menurutnya, untuk mencegah rupiah terus memburuk BI memang harus masuk ke pasar valas, mengingat nilai transaksi valas di Indonesia per hari masih sangat sedikit yaitu sekitar 2 miliar dolar AS, sehingga dengan masuknya BI maka bisa menenangkan pasar dan tidak menimbulkan kepanikan.

Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu (16/5) lalu melemah ke posisi RP9.280 per dolar AS atau berada di posisi terendah pada tahun ini.

Meski begitu, Perry mengatakan sampai sejauh ini dampak pelemahan rupiah terhadap laju inflasi belum terlalu signifikan dan diperkirakan inflasi akan berada di posisi 4,6 persen jika Pemerintah tidak jadi menaikkan harga BBM.

Perry mengharapkan, pertemuan negara-negara G-8 dalam waktu dekat bisa memberikan sentimen positif terhadap kondisi perekonomian global sehingga tekanan terhadap rupiah semakin kecil.

Dijelaskannya, BI telah menyiapkan berbagai langkah untuk merespon perubahan kondisi ekonopmi baik yang bersumber dari luar dan dalam negeri.

Antara lain katanya dengan mengubah 'setting' kebijakan moneter yang sebelumnya sejak September 2011 sampai Februari 2012 mengarah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi menjadi kebijakan moneter untuk mengarahkan inflasi.

"Sejak Maret dengan munculnya rencana kenaikan harga BBM, kita ubah kebijakan moneter untuk lebih mengendalikan inflasi, termasuk juga dengan adanya pelemahan rupiah. Kita akan tangani pengendalian inflasinya sekaligus menjaga rupiah tidak terlalu memburuk atau masih di atas negara-negara kawasan,"paparnya.

Contoh kebijakan yang dikeluarkan BI untuk mengendalikan inflasi adalah dengan menaikkan suku bunga instrumen moneter seperti untuk term deposit, SBI dan repo SBN pada pekan lalu.

"Itu respon kita dengan menaikkan suku bunga instrumen moneter, yang kita harap bisa mengarahkan inflasi. Tetapi kita tidak ingin bunganya terlalu tinggi kerena bisa berdampak terhadap suku bunga kredit dan deposito," katanya.

Pewarta : -
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024