Semarang (ANTARA) - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen menegaskan bahwa peringatan Hari Bela Negara merupakan momentum penting untuk meneguhkan komitmen menjaga keutuhan bangsa.
"Dunia saat ini berada dalam dinamika yang sangat cepat dan penuh ketidakpastian. Rivalitas geopolitik, krisis energi, disrupsi teknologi, hingga arus informasi yang mudah dimanipulasi menjadi tantangan nyata bagi seluruh bangsa," katanya, di Semarang, Jumat.
Hal tersebut disampaikan saat upacara peringatan Hari Bela Negara ke-77, di halaman Kantor Gubernur Jateng, yang diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, mulai dari aparatur sipil negeri (ASN), pelajar, hingga masyarakat umum.
Menurut dia, ancaman terhadap negara tidak lagi bersifat konvensional, melainkan berbentuk perang siber, gerakan radikalisme, hingga ancaman bencana alam yang semakin sering terjadi.
"Dalam situasi seperti ini, semangat bela negara harus menjadi kekuatan kolektif seluruh warga Indonesia," kata Gus Yasin, sapaan akrabnya.
Ia menjelaskan bahwa peringatan Hari Bela Negara tidak lepas dari berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia yang dikenal dengan (PDRI) di Bukit Tinggi pada tahun 1948.
"Ketika agresi militer kedua mengancam keberlangsungan Republik Indonesia. Peristiwa ini menjadi bukti semangat bela negara mampu menjaga Indonesia tetap berdiri," katanya.
Peringatan Hari Bela Negara tahun ini mengusung tema "Teguhkan Bela Negara untuk Indonesia maju" untuk mengingatkan bahwa kemajuan bangsa hanya dapat dicapai apabila seluruh rakyat memiliki kesiapsiagaan disiplin dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
Lebih lanjut, kata dia, saat memperingati Hari Bela Negara ke-77, masyarakat di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tengah diuji oleh bencana.
Melihat sejarah, ia mengatakan ketiga wilayah tersebut memiliki peran sejarah yang luar biasa dalam perjalanan RI sehingga ujian yang sedang dihadapi mereka menjadi panggilan bagi semua lapisan masyarakat untuk hadir dan membantu.
Pada masa revolusi kemerdekaan, Aceh disebut sebagai daerah yang menyumbang modal karena dukungan rakyatnya baik logistik, pesawat maupun dana yang menjadi penopang diplomasi dan perjuangan republik.
"Tanpa keteguhan Aceh, perjuangan mempertahankan kemerdekaan tidak akan sekuat yang kita kenal hari ini," katanya.
Selanjutnya dari Sumatera Utara, masyarakat mengenang semangat juang rakyat Medan, area dan perlawanan heroik di berbagai kota yang tidak pernah padam.
Kemudian dari Sumatera Barat, khususnya Bukit Tinggi, lahirlah PDRI, yang menjadi momentum penyelamat Republik Indonesia dalam masa paling kritis, dan tanpa hal itu maka sejarah Indonesia akan berbeda.
"Karena itu, tanpa Aceh, Sumatra Utara, dan tanpa Sumatra Barat, sejarah bela negara tidak akan lengkap. Mereka bukan hanya bagian dari perjalanan masa lalu, tetapi pondasi yang menegaskan bahwa persatuan adalah kekuatan terbesar bangsa ini," katanya.