Purwokerto, Jateng (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) meningkatkan edukasi keuangan bagi pelajar untuk mengantisipasi melonjaknya kasus pinjaman daring (pinjaman online/pinjol) macet pada peminjam usia 19 tahun ke bawah, yang berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan naik 763 persen pada Juni 2025.

"Miris melihat banyak remaja sudah terlilit utang. Bahkan, pasangan muda tidak menganggarkan dana untuk perumahan, padahal penghasilan mereka besar," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Purwokerto Christoveny saat membuka "Workshop Insersi Penyusunan Modul Ajar Cinta, Bangga, Paham (CBP) Rupiah" di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.

Dia mengatakan gaya hidup flexing atau mewah serta kemudahan transaksi digital menjadi faktor pendorong utama yang membuat generasi Z rentan terjebak pinjol

Oleh karena itu, kata dia, pemahaman finansial yang baik dapat mencegah remaja dari perilaku konsumtif yang mendorong mereka terjerumus pinjaman daring.

Terkait dengan hal itu, dia meminta para guru mengintegrasikan nilai CBP Rupiah dalam berbagai mata pelajaran sebagai penguatan literasi keuangan bagi pelajar.

Dengan masuknya nilai CBP Rupiah dalam proses belajar-mengajar, lanjut dia, pelajar diharapkan mampu membedakan kebutuhan dan keinginan serta mengutamakan pengelolaan uang yang sehat.

Menurut dia, literasi keuangan sejak dini bukan hanya mempengaruhi perilaku individu, juga mendukung upaya menjaga stabilitas rupiah di masa mendatang.

Melalui kegiatan ini, pihaknya mengharapkan sekolah menjadi garda terdepan dalam membentuk pelajar yang sadar keuangan, memahami nilai rupiah, dan mampu menghindari risiko jeratan pinjaman daring yang semakin mengincar segmen usia muda.

"Implikasi menjaga rupiah tidak main-main. Pulau Sipadan dan Ligitan lepas karena masyarakat setempat tidak bertransaksi dengan rupiah, tetapi ringgit. Kita berharap para guru dapat melakukan insersi mengenai CBP Rupiah di semua mata pelajaran, para remaja juga dapat secara bijak dan rasional dalam memakai rupiah mereka," kata Christoveny.

Lokakarya (workshop) yang diikuti puluhan guru dan kepala sekolah dari Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IX dan X Jawa Tengah itu dirancang untuk membantu tenaga pendidik menyusun modul ajar berbasis pembelajaran mendalam (deep learning) dan kontekstual.

Para peserta diajak memahami cara mengintegrasikan nilai-nilai CBP Rupiah dalam materi pembelajaran agar mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Selain penguatan literasi keuangan, BI juga memberikan materi mengenai pentingnya menjaga fisik uang rupiah, seperti uang tidak boleh dilipat, diremas, dicoret, dibasahi, atau distaples karena dapat membuatnya tidak layak edar.

Apabila masyarakat menemukan uang rusak atau diduga palsu, mereka dapat melaporkannya ke Kantor Perwakilan BI terdekat untuk ditindaklanjuti.




Baca juga: OJK minta guru di Kudus mewaspadai pinjol ilegal


Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2025