Magelang (ANTARA) - Wali Kota Magelang Damar Prasetyono menekankan pentingnya pengelolaan sampah dari hulu ke hilir, dimulai dari rumah tangga, dengan model bank sampah sebagai bagian dari sumber ekonomi warga.

"Ketika keluarga terbiasa memilah sampah, maka proses pengelolaan di tingkat kota menjadi lebih mudah dan bernilai. Bank sampah bukan hanya tempat menampung, tapi juga sumber ekonomi warga,” ujar dia dalam rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang di Magelang, Kamis.

Ia mengatakan hal itu saat berkunjung ke "Kampung Habitat" di Kampung Bogeman Wetan, Kelurahan Panjang dalam kegiatan bertajuk "Wali Kota Merangkul".

Ia menjelaskan sampah bukan lagi sekadar persoalan kebersihan, akan tetapi bisa menjadi sumber ekonomi dan penggerak perubahan gaya hidup masyarakat. 

Kesadaran memilah sampah organik dan non-organik, ujar dia, menjadi langkah awal yang krusial untuk menekan volume sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).

Ia menyebut kinerja pengelolaan sampah di Kota Magelang yang kini mencapai 94,84 persen, menunjukkan keseriusan pemerintah dan masyarakat dalam menjaga lingkungan. 

"Adapun sisa 5,16 persen yang belum terkelola menjadi tantangan berikutnya agar semua limbah dapat dimanfaatkan secara optimal," katanya.

Selain bank sampah, Pemkot Magelang juga mengembangkan berbagai program berbasis masyarakat, seperti Kampung Organik, Kampung Iklim, Sekolah Adiwiyata, dan Kampung Mandiri Sampah. 

Upaya ini diiringi edukasi lingkungan di sekolah dan pelatihan masyarakat agar kesadaran mengelola sampah tumbuh sejak dini.

“Pengelolaan sampah yang baik berhubungan langsung dengan sanitasi dan kesehatan masyarakat. Lingkungan yang bersih menciptakan warga yang sehat dan berdaya,” kata dia.

Pada kegiatan tersebut, dilakukan pula penyerahan apresiasi kepada para pemenang Lomba K3 tingkat RW, Kelurahan, BUMD, dan BUMN Kota Magelang. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang Mahmud Yunus mengatakan keterbatasan daya tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) mendorong pemerintah kota mengutamakan pengurangan sampah dari sumbernya. 

Hingga saat ini, Magelang memiliki 157 Bank Sampah Unit (BSU) dengan serapan mencapai 1,2 ton per hari.

Pihaknya juga mengembangkan pengolahan sampah organik melalui budi daya maggot, kompos di Kampung Organik, serta edukasi pengelolaan melalui Sekolah Pengelolaan Sampah. 

“Kami mendorong perubahan paradigma, dari ‘kumpul–angkut–buang’ menjadi ‘pilah–angkut–proses–manfaatkan kembali’,” kata dia.

Pemkot Magelang menetapkan Program Makclinge (Magelang Clean Sheet) sebagai program unggulan 2025–2030, yang berfokus pada percepatan dan sinkronisasi pengelolaan sampah secara komprehensif untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.
 


Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor : Immanuel Citra Senjaya
Copyright © ANTARA 2025