Kudus (ANTARA) - Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) kembali digelar di sembilan kecamatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sebagai salah satu upaya memotivasi generasi muda untuk ikut melestarikan bahasa ibu atau bahasa daerah.
"Saat ini festival tunas bahasa ibu baru digelar tingkat kecamatan. Saat ini sembilan kecamatan sudah menyelenggarakan kegiatan serupa untuk jenjang SD dan SMP," kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Kudus Anggun Nugroho di Kudus, Kamis.
Ia mengungkapkan kegiatan tersebut juga diinisiasi oleh Balai Bahasa, dengan harapan para generasi muda di Kabupaten Kudus ikut peduli dan melestarikan bahasa daerah dan bahasa Indonesia, serta didorong bisa menguasai bahasa asing.
Peserta lomba di tingkat kecamatan, kata dia, bervariasi. Misal, di Kecamatan Kota yang berlangsung di SD 3 Demaan pesertanya mencapai 278 siswa, sedangkan di sembilan kecamatan bisa mencapai 18.000-an siswa.
Peserta yang juara, imbuh dia, nantinya akan diikutkan lomba serupa di tingkat kabupaten.
Sementara itu, Ketua Panitia Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Kecamatan Kota Ulil Arsyad menambahkan kegiatan ini juga menjadi salah satu upaya melestarikan bahasa daerah sekaligus membentuk karakter siswa melalui seni dan sastra Jawa.
Adapun peserta yang mendaftar tahun ini mencapai 278 siswa, berasal dari 51 sekolah dasar negeri maupun swasta.
"Alhamdulillah, antusiasme sekolah dan siswa sangat tinggi. Hampir semua cabang lomba terpenuhi, hanya ada satu cabang yang pesertanya kurang dari 30," ujarnya.
Festival ini mempertandingkan tujuh cabang lomba, di antaranya sesorah (pidato), geguritan, mules aksara jawa, mocopat, dagel ijen, serta beberapa cabang lainnya. Salah satu yang menarik perhatian, yakni lomba nembang mocopat, yang menuntut peserta untuk menguasai tembang Jawa dengan penuh penghayatan.
Menurut Ulil kegiatan semacam ini rutin digelar setiap tahun dan nantinya akan berjenjang hingga tingkat kabupaten.
Lebih lanjut, Ulil menekankan tujuan utama dari festival ini untuk memotivasi generasi muda agar mencintai bahasa ibu mereka, sehingga anak-anak termotivasi untuk mempelajari bahasa daerah.
"Minimal mereka bisa menggunakan bahasa jawa" ngoko alus" dengan baik dalam keseharian," tambahnya.
Selain melestarikan bahasa, kata dia, lomba ini juga diharapkan mampu membentuk karakter unggah-ungguh atau tata krama siswa dalam berinteraksi, khususnya dengan orang yang lebih tua. Meski diakui tantangan cukup besar karena penggunaan bahasa jawa di kalangan anak-anak kini semakin minim, panitia tetap optimistis kegiatan ini memberi dampak positif.
Ulil juga berharap adanya dukungan lebih lanjut dari dinas pendidikan, misalnya dengan menetapkan satu hari khusus dalam seminggu untuk berbahasa jawa di sekolah karena sebelumnya ada imbauan seperti itu, tetapi penerapannya belum merata.
Kepala SD 1 Barongan Nuryanto mengakui pihaknya sudah menyiapkan anak didiknya untuk mengikuti festival tunas bahasa ibu secara maksimal.
"Mudah-mudahan, kami bisa mendapatkan juara pertama, sehingga nanti bisa maju ke tingkat Kabupaten Kudus," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah lestarikan dialek Muria melalui lomba dialog Bahasa Jawa