"Publikasi ini memuat cara dan alat untuk mencapai tiga tujuan yaitu mengidentifikasi bukti keterkaitan perdagangan dan ketenagakerjaan, membantu merancang alat untuk mendapatkan bukti keterkaitan itu dan membantu untuk mendiskusikan kebijakan ketenagakerjaan," ujar Kepala Program Perdagangan dan Ketenagakerjaan ILO Marion Jansen ketika memberikan paparannya.

Jansen yang juga merupakan editor dari buku yang terdiri atas enam bab itu menjelaskan bahwa anggapan lama bahwa liberalisasi perdagangan akan meningkatkan kesejahteraan pekerja ternyata tidak berlaku untuk semua negara.

Beberapa negara disebutnya dapat mengatasi globalisasi lebih baik dibanding negara lainnya.

"Para pekerja di Indonesia menyatakan kekhawatirannya mengenai dampak dari barang impor murah dari China. Di Bangladesh, pekerja tekstil berdemo pada Desember 2010 yang lalu karena perusahaan tempat mereka bekerja yang merupakan perusahaan multinasional besar, menolak membayar upah minimum pekerja," kata Jansen memaparkan dalam pengantar buku tersebut.

Bahkan di China dan India, yang disebutnya sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih ada kekhawatiran diantara pekerja bahwa kondisi itu tidak menghadirkan "keajaiban" yang diharapkan dalam konteks mendapatkan pekerjaan.

Sementara di Amerika Serikat, dari survei tentang jaminan pekerjaan yang dilakukan Anderson dan Gascon (2007), sebanyak 40 persen responden mengatakan bahwa generasi selanjutnya memiliki standar kesejahteraan yang lebih rendah dan 62 persen menyatakan bahwa keamanan pekerjaan telah menurun serta 59 persen mengaku mereka harus bekerja lebih keras untuk dapat sejahtera.

Publikasi itu terdiri atas enam bab dan dapat diunduh dari laman resmi ILO di www.ilo.org/trade.

Sementara itu, ILO Indonesia menyelenggarakan proyek "Assessing and Addressing the Effects of International Trade on Employment" (ETE) yang didanai oleh Uni Eropa untuk membahas mengenai dampak liberalisasi perdagangan terhadap pekerja.

Dari laporan tersebut didapat bahwa kebijakan perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dengan China telah berdampak pada penurunan kesempatan kerja di Indonesia.

Terdapat tiga sektor yang mengalami peningkatan kesempatan kerja yaitu sektor pertanian sebanyak 62.664 orang, sektor industri kayu dan barang dari kayu sebanyak 1.265 orang dan pertambangan batubara, biji logam dan minyak bumi sebanyak 796 orang.

Sedagkan sektor lainnya mengalami pengurangan kesempatan kerja sebanyak 253.361 orang.

Sektor yang mengalami pengurangan kesempatan kerja paling banyak adalah sektor perdagangan sebanyak 55.563 orang, sektor pertanian tanaman pangan sebanyak 53.302 orang dan sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit sebanyak 49.965 orang.

Pewarta : -
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024