Semarang (ANTARA) - Kenaikan harga cabai segar yang biasa terjadi menjelang Natal dan tahun baru, menjadi alasan sejumlah orang mencari solusi salah satunya dengan mengubahnya menjadi cabai kering.
"Awalnya saya dapat cabai kering dari teman sekantor. Setelah diajari cara pakainya dan ternyata rasanya sama, jadi keterusan memakai cabai kering sampai sekarang," kata Nurasih (41) warga Semarang Selatan, Selasa (3/12).
Ibu dua anak ini mengaku selama ini banyak membeli cabai merah segar di pasar karena dirinya dan kedua anaknya suka makanan pedas.
"Paling susah kalau pas harga naik, barang susah dicari dan kalau ada harganya mahal. Sekarang saat harga murah, saya mulai keringkan. Satu sendok cabai kering bubuk bisa menggantikan beberapa cabai segar untuk rasa pedas yang sama," katanya.
Untuk dijadikan taburan, lanjut Nurasih, dari cabai kering cukup dihaluskan pakai blender atau ditumbuk halus. Jadilah bon cabai. Biasanya untuk taburan makan mie instan.
"Jika ingin dijadikan sambal, cara memasaknya yakni dengan merebus cabai kering terlebih dahulu sebelum digunakan atau diulek menjadi bumbu masakan dan hasilnya sama seperti memakai cabai segar," katanya.
Sama dengan Nurasih, Rini warga Kecamatan Tembalang yang hobi masak kini juga mengaku beralih menggunakan cabai kering untuk beragam menu masakannya.
Pemilik katering ini mengaku memulai menggunakan cabai kering setelah ada edukasi dari Bank Indonesia Jawa Tengah yang menggencarkan penggunaan olahan bahan makanan tersebut.
Ibu tiga anak ini mendapatkan edukasi mengenai cabai kering saat ada kampanye cabai kering di Halaman Kantor Gubenur Jawa Tengah Kota Semarang.
"Ternyata lebih praktis, lebih hemat, aromanya juga tidak menyengat saat memasak, dan tidak perlu khawatir kehabisan cabai lagi," kata dia.
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Tengah sendiri masif melakukan kampanye mengenai penggunaan cabai kering dengan harapan perubahan pola konsumsi yang merupakan bagian dari strategi menekan inflasi tersebut benar berhasil.
Beralihnya masyarakat ke penggunaan cabai kering, diharapkan diikuti dengan permintaan cabai segar yang lebih stabil, sehingga fluktuasi harga dapat ditekan.
Di pasar tradisional, cabai kering kini mulai tersedia dalam berbagai kemasan. Banyak UMKM yang melihat peluang ini dengan menawarkan cabai kering dalam bentuk bubuk atau utuh. Harga yang lebih stabil dan kemasan yang praktis membuat produk ini semakin diminati.
Cabai kering telah membuktikan bahwa inovasi sederhana berbasis teknologi dan kolaborasi dapat menjadi senjata ampuh untuk menekan inflasi dan memperkuat ekonomi daerah.
"Awalnya saya dapat cabai kering dari teman sekantor. Setelah diajari cara pakainya dan ternyata rasanya sama, jadi keterusan memakai cabai kering sampai sekarang," kata Nurasih (41) warga Semarang Selatan, Selasa (3/12).
Ibu dua anak ini mengaku selama ini banyak membeli cabai merah segar di pasar karena dirinya dan kedua anaknya suka makanan pedas.
"Paling susah kalau pas harga naik, barang susah dicari dan kalau ada harganya mahal. Sekarang saat harga murah, saya mulai keringkan. Satu sendok cabai kering bubuk bisa menggantikan beberapa cabai segar untuk rasa pedas yang sama," katanya.
Untuk dijadikan taburan, lanjut Nurasih, dari cabai kering cukup dihaluskan pakai blender atau ditumbuk halus. Jadilah bon cabai. Biasanya untuk taburan makan mie instan.
"Jika ingin dijadikan sambal, cara memasaknya yakni dengan merebus cabai kering terlebih dahulu sebelum digunakan atau diulek menjadi bumbu masakan dan hasilnya sama seperti memakai cabai segar," katanya.
Sama dengan Nurasih, Rini warga Kecamatan Tembalang yang hobi masak kini juga mengaku beralih menggunakan cabai kering untuk beragam menu masakannya.
Pemilik katering ini mengaku memulai menggunakan cabai kering setelah ada edukasi dari Bank Indonesia Jawa Tengah yang menggencarkan penggunaan olahan bahan makanan tersebut.
Ibu tiga anak ini mendapatkan edukasi mengenai cabai kering saat ada kampanye cabai kering di Halaman Kantor Gubenur Jawa Tengah Kota Semarang.
"Ternyata lebih praktis, lebih hemat, aromanya juga tidak menyengat saat memasak, dan tidak perlu khawatir kehabisan cabai lagi," kata dia.
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Tengah sendiri masif melakukan kampanye mengenai penggunaan cabai kering dengan harapan perubahan pola konsumsi yang merupakan bagian dari strategi menekan inflasi tersebut benar berhasil.
Beralihnya masyarakat ke penggunaan cabai kering, diharapkan diikuti dengan permintaan cabai segar yang lebih stabil, sehingga fluktuasi harga dapat ditekan.
Di pasar tradisional, cabai kering kini mulai tersedia dalam berbagai kemasan. Banyak UMKM yang melihat peluang ini dengan menawarkan cabai kering dalam bentuk bubuk atau utuh. Harga yang lebih stabil dan kemasan yang praktis membuat produk ini semakin diminati.
Cabai kering telah membuktikan bahwa inovasi sederhana berbasis teknologi dan kolaborasi dapat menjadi senjata ampuh untuk menekan inflasi dan memperkuat ekonomi daerah.