Temanggung (ANTARA) - Sebanyak 29 desa/kelurahan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, sudah menjadi desa tanggap bencana (destana) untuk mengurangi risiko bencana yang mungkin terjadi.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Dearah (BPBD) Kabupaten Temanggung Totok Nursetyanto di Temanggung, Ahad, menyampaikan pembentukan destana terakhir di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung pada bulan Oktober 2024.
"Jadi destana ini kita harapkan menjadi tanggap bencana, dalam kaitannya bisa memetakan potensi bencana di wilayah masing-masing sehingga memiliki organisasi kebencanaan yang baik," katanya.
Ia menyampaikan dengan adanya destana akan bisa memetakan dari wilayah dusun masing-masing bahkan di wilayah RT/RW terkait dengan potensi kebencanaan yang ada.
"Dengan diketahui potensi risiko bencananya diharapkan bisa meminimalisir dampak terjadi bencana di daerah tersebut," katanya.
Ia menyebutkan beberapa desa yang telah terbentuk destana, mereka memiliki sarpras antara lain helm, sepatu, senso untuk memotong, pisau tebas, jalur evakuasi.
Ia berharap desa bisa mengembangkan alat-alat sesuai dengan potensi di wilayahnya.
"Dalam pengadaan sarpras ada desa mengeluarkan dana sendiri, ada yang desa sharing dengan BPBD, ada juga desa yang sharing dengan provinsi," katanya.
Ia menyampaikan apabila terjadi bencana di beberapa tempat secara masif, apakah angin kencang, banjir, tanah longsor teman-teman destana bisa melakukan penanganan bencana.
"Kita tekankan untuk alur komunikasi, pembentukan posko, apabila ada korban seperti apa penanganan, mereka sudah dilatih," katanya.*
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Dearah (BPBD) Kabupaten Temanggung Totok Nursetyanto di Temanggung, Ahad, menyampaikan pembentukan destana terakhir di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung pada bulan Oktober 2024.
"Jadi destana ini kita harapkan menjadi tanggap bencana, dalam kaitannya bisa memetakan potensi bencana di wilayah masing-masing sehingga memiliki organisasi kebencanaan yang baik," katanya.
Ia menyampaikan dengan adanya destana akan bisa memetakan dari wilayah dusun masing-masing bahkan di wilayah RT/RW terkait dengan potensi kebencanaan yang ada.
"Dengan diketahui potensi risiko bencananya diharapkan bisa meminimalisir dampak terjadi bencana di daerah tersebut," katanya.
Ia menyebutkan beberapa desa yang telah terbentuk destana, mereka memiliki sarpras antara lain helm, sepatu, senso untuk memotong, pisau tebas, jalur evakuasi.
Ia berharap desa bisa mengembangkan alat-alat sesuai dengan potensi di wilayahnya.
"Dalam pengadaan sarpras ada desa mengeluarkan dana sendiri, ada yang desa sharing dengan BPBD, ada juga desa yang sharing dengan provinsi," katanya.
Ia menyampaikan apabila terjadi bencana di beberapa tempat secara masif, apakah angin kencang, banjir, tanah longsor teman-teman destana bisa melakukan penanganan bencana.
"Kita tekankan untuk alur komunikasi, pembentukan posko, apabila ada korban seperti apa penanganan, mereka sudah dilatih," katanya.*