Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang mengimplementasikan program makan siang gratis yang diberi nama Strategi Pemberian Makan Siang untuk Perbaikan Gizi dan Pencegahan Obesitas (Stroberi) dengan memanfaatkan hasil "urban farming" atau pertanian perkotaan.
Peluncuran program Stroberi dilakukan di Kantor Kecamatan Mijen Semarang Kamis, dengan menjadikan Sekolah Dasar (SD) Negeri Ngaliyan 01 Semarang sebagai proyek percontohan.
"Kami mencoba karena pemberdayaan masyarakat melalui 'urban farming' ini kan sudah merata di Ibu Kota Jawa Tengah," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu usai peluncuran Stroberi.
Ia menjelaskan, program Stroberi merupakan gagasannya bersama jajaran terkait untuk mendukung program pemerintah pusat ke depan dalam memberikan makan siang sehat, bergizi, seimbang, serta berbahan pangan sehat kepada siswa di sekolah.
Menurut dia, pemerintahan ke depan memiliki program makan siang bergizi, sedangkan Pemkot Semarang telah menggalakkan pertanian perkotaan sehingga dikolaborasikan untuk program makan siang bergizi.
"Sebagai 'pilot project'- urban farming- adalah di kantor-kantor kecamatan dan kelurahan karena telah dikembangkan 'urban farming sedari awal. Ternyata, di kecamatan Ngaliyan mempunyai program pertanian terpadu," kata Ita, sapaan akrabnya.
Ia mengatakan bahwa program pertanian terpadu di Kecamatan Ngaliyan berhasil mengembangkan dan membudidayakan berbagai peternakan dan pertanian.
"Ada budidaya ikan, telur dan ayam KUB -Kampung Unggul Balitbangtan-, budi daya jamur tiram, kemudian tanaman sayur dan buah lengkap," katanya.
Bahkan, Pemkot Semarang juga menggandeng perwakilan siswa dari beberapa sekolah yang telah mengikuti Jambore Petani Cilik dan Remaja Tani untuk ikut serta dalam memasak menu bergizi.
"Menunya nasi gurih dengan protein nabati, jamur tiram dan tahu sup. Ada juga omelet hasil telur KUB yang semakin bergizi dengan memasukkan tomat hasil panen di kecamatan. Untuk buah, ada melon hasil panen dari Dinas Pertanian," katanya.
Ia mengatakan bahwa menu yang disajikan bagi anak-anak tersebut adalah menu kekinian yang mudah dibuat, namun gizinya terpenuhi.
"Kami pilih makanan kekinian, tapi gizinya terpenuhi. Ada chicken cordon bleu lengkap dengan salad. Ada Ramen yang mienya dari sawi hasil urban farming. Ini bentuk pemberdayaan di sekolah," katanya.
Program Stroberi, kata dia, bakal diimplementasikan dengan mengangkat pemberdayaan masyarakat melalui urban farming dan menu sesuai kearifan lokal masing-masing.
"Kami sudah susun bukunya -menu makan siang bergizi-, sudah dapat untuk tiga minggu dan kami tambahkan menu dari hasil lomba anak-anak saat Jambore Petani Cilik. Kami sesuaikan dengan komposisi gizi. Bulan depan, kami 'launching' buku menu siang bergizi," katanya.
Pihaknya bahkan telah menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan untuk satu set menu seharga Rp15.000.
"Dengan pemberdayaan 'urban farming' dan kearifan lokal, Kira-kira bisa menghemat Rp2.000 per set menu," katanya.
"Inilah pentingnya kolaborasi PKK, kelompok tani, gapoktan, karang taruna agar ekonomi bisa berjalan dengan memutus mata rantai distribusi pangan agar komoditas pangan lebih murah," kata Ita.
Baca juga: Para pelajar pamerkan aneka kreasi makanan hasil "urban farming" di Jambore Petani Cilik
Peluncuran program Stroberi dilakukan di Kantor Kecamatan Mijen Semarang Kamis, dengan menjadikan Sekolah Dasar (SD) Negeri Ngaliyan 01 Semarang sebagai proyek percontohan.
"Kami mencoba karena pemberdayaan masyarakat melalui 'urban farming' ini kan sudah merata di Ibu Kota Jawa Tengah," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu usai peluncuran Stroberi.
Ia menjelaskan, program Stroberi merupakan gagasannya bersama jajaran terkait untuk mendukung program pemerintah pusat ke depan dalam memberikan makan siang sehat, bergizi, seimbang, serta berbahan pangan sehat kepada siswa di sekolah.
Menurut dia, pemerintahan ke depan memiliki program makan siang bergizi, sedangkan Pemkot Semarang telah menggalakkan pertanian perkotaan sehingga dikolaborasikan untuk program makan siang bergizi.
"Sebagai 'pilot project'- urban farming- adalah di kantor-kantor kecamatan dan kelurahan karena telah dikembangkan 'urban farming sedari awal. Ternyata, di kecamatan Ngaliyan mempunyai program pertanian terpadu," kata Ita, sapaan akrabnya.
Ia mengatakan bahwa program pertanian terpadu di Kecamatan Ngaliyan berhasil mengembangkan dan membudidayakan berbagai peternakan dan pertanian.
"Ada budidaya ikan, telur dan ayam KUB -Kampung Unggul Balitbangtan-, budi daya jamur tiram, kemudian tanaman sayur dan buah lengkap," katanya.
Bahkan, Pemkot Semarang juga menggandeng perwakilan siswa dari beberapa sekolah yang telah mengikuti Jambore Petani Cilik dan Remaja Tani untuk ikut serta dalam memasak menu bergizi.
"Menunya nasi gurih dengan protein nabati, jamur tiram dan tahu sup. Ada juga omelet hasil telur KUB yang semakin bergizi dengan memasukkan tomat hasil panen di kecamatan. Untuk buah, ada melon hasil panen dari Dinas Pertanian," katanya.
Ia mengatakan bahwa menu yang disajikan bagi anak-anak tersebut adalah menu kekinian yang mudah dibuat, namun gizinya terpenuhi.
"Kami pilih makanan kekinian, tapi gizinya terpenuhi. Ada chicken cordon bleu lengkap dengan salad. Ada Ramen yang mienya dari sawi hasil urban farming. Ini bentuk pemberdayaan di sekolah," katanya.
Program Stroberi, kata dia, bakal diimplementasikan dengan mengangkat pemberdayaan masyarakat melalui urban farming dan menu sesuai kearifan lokal masing-masing.
"Kami sudah susun bukunya -menu makan siang bergizi-, sudah dapat untuk tiga minggu dan kami tambahkan menu dari hasil lomba anak-anak saat Jambore Petani Cilik. Kami sesuaikan dengan komposisi gizi. Bulan depan, kami 'launching' buku menu siang bergizi," katanya.
Pihaknya bahkan telah menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan untuk satu set menu seharga Rp15.000.
"Dengan pemberdayaan 'urban farming' dan kearifan lokal, Kira-kira bisa menghemat Rp2.000 per set menu," katanya.
"Inilah pentingnya kolaborasi PKK, kelompok tani, gapoktan, karang taruna agar ekonomi bisa berjalan dengan memutus mata rantai distribusi pangan agar komoditas pangan lebih murah," kata Ita.
Baca juga: Para pelajar pamerkan aneka kreasi makanan hasil "urban farming" di Jambore Petani Cilik