Batang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang, Jawa Tengah, menggencarkan kegiatan pantauan penyebaran Tuberkulosis (TBC) karena penderita hanya dapat diketahui pasca-berobat ke fasilitas kesehatan.
Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Batang Ari Yulianto di Batang, Senin, mengatakan penderita TBC hingga kini sulit diketahui jumlah pastinya karena penderita hanya dapat terpantau pasca-berobat ke fasilitas kesehatan.
"TBC itu penyakit menular. Jadi jika tidak ditangani sejak awal, maka dikhawatirkan akan lebih banyak yang tertular," katanya.
Karena itu pihaknya bersama lintas sektor mulai menggencarkan pemantauan intensif sebagai tindak lanjut arahan pemerintah pusat untuk menurunkan jumlah penderita TBC pada 2030.
Penularan TBC, kata dia, bisa datang dari berbagai komunitas, sehingga dibutuhkan pula langkah promosi kesehatan dari dinas terkait yang didukung peran lintas sektor.
"Tidak hanya (kewenangan) Dinas Kesehatan, tetapi seperti lembaga pendidikan di Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, maupun karyawan perusahaan, termasuk TNI/Polri lewat institusinya dapat terjun ke masyarakat," katanya.
Berdasar data Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, terpantau jumlah penderita TBC mencapai 1.800 orang dengan intensitas yang rutin berobat sekitar 92 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Didiet Wisnuhardanto mengatakan pengobatan yang dilakukan belum 100 persen, karena masih banyak penderita yang enggan berobat karena berbagai faktor.
"Seringkali penderita TBC kalau tidak ada keluhan itu tidak mau berobat. Oleh karena itu TBC merupakan fenomena gunung es, atasnya saja yang kelihatan," katanya.
Baca juga: Pemkot Semarang targetkan bebas TBC pada 2028
Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Batang Ari Yulianto di Batang, Senin, mengatakan penderita TBC hingga kini sulit diketahui jumlah pastinya karena penderita hanya dapat terpantau pasca-berobat ke fasilitas kesehatan.
"TBC itu penyakit menular. Jadi jika tidak ditangani sejak awal, maka dikhawatirkan akan lebih banyak yang tertular," katanya.
Karena itu pihaknya bersama lintas sektor mulai menggencarkan pemantauan intensif sebagai tindak lanjut arahan pemerintah pusat untuk menurunkan jumlah penderita TBC pada 2030.
Penularan TBC, kata dia, bisa datang dari berbagai komunitas, sehingga dibutuhkan pula langkah promosi kesehatan dari dinas terkait yang didukung peran lintas sektor.
"Tidak hanya (kewenangan) Dinas Kesehatan, tetapi seperti lembaga pendidikan di Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, maupun karyawan perusahaan, termasuk TNI/Polri lewat institusinya dapat terjun ke masyarakat," katanya.
Berdasar data Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, terpantau jumlah penderita TBC mencapai 1.800 orang dengan intensitas yang rutin berobat sekitar 92 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Didiet Wisnuhardanto mengatakan pengobatan yang dilakukan belum 100 persen, karena masih banyak penderita yang enggan berobat karena berbagai faktor.
"Seringkali penderita TBC kalau tidak ada keluhan itu tidak mau berobat. Oleh karena itu TBC merupakan fenomena gunung es, atasnya saja yang kelihatan," katanya.
Baca juga: Pemkot Semarang targetkan bebas TBC pada 2028