Semarang (ANTARA) - Mahasiswa dan dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik  (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) turut serta dalam rangkaian Summer Course: Amphibious Transformation by Design (ATBD) di Thailand yang diselenggarakan Rajamangala University of Thanyaburi Thailand (RMUTT)  dan TU Delft, Belanda bekerja sama dengan Prodi Arsitektur FT UNS, King Mongkut’s University of Technology Thonburi Thailand (KMUTT) selama 1-10 Mei 2024 dan diikuti 30 mahasiswa yang terdiri dari dua universitas (RMUTT dan UNS).

Sejalan dengan tema utama ATBD adalah Hidup dengan Air. Para peserta diajak untuk merespon isu perubahan iklim (climate change) - pemanasan global. Baik Thailand dan Indonesia keduanya memiliki budaya bermukim yang sangat erat dengan sungai maupun kanal. Oleh karenanya studi kasus Kanal (Khlong) 6, Thanyaburi, Provinsi Pathum Thani menjadi bagiannya.

Pendekatan dan metode yang digunakan adalah studi kasus river waterfront tepian kanal (Khlong) berlokasi di Thanyaburi - Provinsi Pathum Thani. Selama 10 hari peserta diminta memberikan solusi desain dan sketsa strategi tata ruang dan rencana tepian kanal sehubungan dengan ketahanan air. Menghasilkan rekomendasi rancang kota yang kontekstual dengan desain Arsitektur Amfibi yang keberlanjutan. Arsitektur Amfibi adalah arsitektur yang adaptif terhadap lingkungan air dan dapat berdampingan dengan eksistensi lingkungan air.

Empat tim terbagi ke dalam empat zona Khong 6. Proses pengumpulan data lapangan dilakukan dengan observasi serta wawancara masyarakat lokal dan pemerintah setempat agar memberikan wawasan lebih selain referensi teori dan desain yang diberikan oleh para mentor baik dari RMUTT - TU Delft maupun UNS.

Tim 1 merencanakan konsep desain yang menitikberatkan penduduk setempat sebagai fokus utama, sehingga isu utama yang diangkat dalam perencanaan rancangan ini, yaitu mengenai area dorman yang merupakan permukiman di tepian kanal.

Adapun beberapa rekomendasi desain yang dihadirkan dalam tim ini, yakni mentransformasikan beberapa titik area agar seluruh area dapat terkoneksi satu sama lain dengan menggunakan pendekatan konsep arsitektur mixed-use waterfront dan menghadirkan konsep urban farming berwujud floating farm yang dibuat dengan mengembangkan material berbahan dasar organik.

Floating farm kemudian dirancang menggunakan tanaman eceng gondok yang kerap dianggap sebagai gulma oleh warga setempat. Rancangan ini dipilih untuk membuktikan sesuatu yang dianggap mengganggu dapat memberikan keuntungan apabila diolah dengan baik.

Selain itu, konsep mixed-use waterfront dipilih sebagai upaya untuk menghidupkan kembali area yang sempat mati beberapa tahun ke belakang ini. Kedua hal tersebut direncanakan berdasarkan hasil dari wawancara penduduk lokal, sehingga hal ini diharapkan dapat memberikan benefit bagi penduduk setempat dari segi aksesibilitas, sirkulasi kawasan, sosial, dan ekonomi.

Tim 2 menerapkan desain arsitektur transformasi amfibi pada kawasan komunitas lokal di Khlong Hok, Thanyaburi berseberangan dengan Universitas Teknologi Rajamangala. Terdapat beberapa titik keramaian yang terjadi pada pertemuan kedua area tersebut yang dihubungkan oleh kanal.

Rekomendasi desain yang diusulkan berupa perbaikan pada pedestrian dan  area sekitar kanal dalam menyediakan lahan untuk pejalan kaki dan penanggulangan apabila air meluap. Yang kedua, adalah rekomendasi perbaikan jembatan khusus pejalan kaki yang dapat dimanfaatkan sebagai area rekreasi berupa memancing dan bersantai.

Jembatan tersebut diharapkan dapat beradaptasi dengan kenaikan dan penurunan air yang terjadi dan dapat digunakan sebagai area rescue apabila banjir terjadi, jembatan ini juga diberi vegetasi yang dapat membantu pemeliharaan kebersihan air pada kanal. Ketiga perbaikan toko yang berdiri di sepanjang kanal dibuat menjadi bangunan panggung, yang harapannya untuk menangkal kenaikan air yang terjadi agar tidak mengalir ke area komunitas lokal.

Tim 3 menerapkan konsep Adaptasi Perubahan Iklim dengan Desain Transformasi Amfibi pada Area Komersial dan Komunitas Lokal di Khlong 6, Thanyaburi, Thailand.

Tiga rekomendasi desain yang ada di antaranya, perencanaan desain pedestrian dan perumahan yang menyediakan tempat menampung air saat terjadi banjir pada musim hujan, tetapi memiliki fungsi lain menjadi fasilitas umum pada musim panas yang kering.

Rekomendasi desain kedua yaitu communal space pada kanal yang dapat digunakan saat air pada kanal berada dalam kondisi surut, tetapi apabila ketinggian air sedang tinggi maka akan menjadi fungsi penampung air. Rekomendasi yang terakhir adalah perancangan area komersial seperti penataan pedagang liar agar tidak mengganggu fungsi kanal dan dapat tetap berkontribusi dengan aktif dalam menghidupkan area tersebut berbasis desain transformasi amfibi.

Untuk tim 4 merekomendasikan transformasi desain amfibi yang dapat beradaptasi dengan perubahan iklim dengan tetap mengindahkan citra candi/tempat peribadatan yang terdapat di site. Semuanya diolah sedemikian rupa dengan mempertimbangkan potensi kenaikan dan kekeringan air sungai yang dapat berpengaruh ke pola aktivitas bermasyarakat di area tersebut.

Empat di antara desain pengembangan yang kami buat adalah pengolahan pedestrian sebagai bentuk olahan bantaran sungai, area komunal sebagai pusat beraktivitas dan rescue spot, jembatan sebagai penghubung akomodasi juga sebagai ruang terbuka publik yang juga berfungsi sebagai pemecahan crowd (crowd control) dan pengolahan temple sebagai puast kegiatan dan point of interest area tersebut yang tetap dipertahankan identitasnya namun juga adaptif terhadap bencana banjir dan kekeringan.

Pada hari terakhir mahasiswa melakukan presentasi di hadapan stakeholder yang terwakili oleh pemerintah BMA (Bangkok Metropolitan Administration), akademisi (RMUTT, TU Delft, UNS, KMUTT), dan profesional konsultan desain. Tim 3, menjadi pilihan Tim Terbaik dalam proses penjurian yang di dalamnya beranggotakan Ayudyanasta Deananda Prahita (UNS), Regita Cahyaning Astuti (UNS), Jiratchaya Ruksayot (RMUTT), Tonfah Thima (RMUTT), Nabawe Semachai (RMUTT).

Kegiatan summer course (1/5/24)  dibuka di Kedutaan Besar Belanda untuk Thailand. Pembukaan dilakukan langsung oleh Yang Mulia Duta Besar Remco van Wijngaarden. Selanjutnya dilakukan pengenalan course, dan materi pembuka oleh Dr. Polpat Nilubon (RMUTT), Prof. Chris Zevenbergen (TU Delft), Dr. William Veerbeek (TU Delft) dan Dr. Koen Olthuis (TU Delft), lalu diakhiri dengan walking tour melihat studi kasus river waterfront berlokasi di Khlong Chong Nonsi and Khlong Ong Ang yang berada di pusat Kota Bangkok.

Materi perkuliahan diberikan juga oleh mentor dari UNS, dalam kesempatan ini  Dr. Eng Kusumaningdyah NH memberikan perkuliahan terkait dengan Community Initiative In The Riverine Area. Studi Kasus  Kali Pepe, Surakarta dan Sharing Bedah Karya Design River Waterfront Firm Foundation Banjarmasin - Kota Kita, sementara Pratiwi Anjar Sari, ST memberikan perkuliahan terkait metode SWOT Analysis bagi para peserta.

Kegiatan kerja sama ini merupakan bagian dari komitmen MoA yang telah dilakukan sejak tahun 2018 antara Prodi Arsitektur FT UNS dan Faculty Architecture RMUTT. Dalam kesempatan kunjungan tersebut juga telah dilakukan penandatanganan MoA kali kedua antara kedua belah pihak yang dilakukan oleh Dekan Mr. Saksit Somanat (RMUTT) dan disaksikan oleh delegasi UNS, Dr Eng Kusumaningdyah NH dan Pratiwi Anjar Sari. Diharapkan kerjasama mutualisme terjadi berkelanjutan.

Kegiatan ini diharapkan memberikan para peserta pengalaman tentang Budaya Amfibi dalam pengaruhnya terhadap perencanaan tata ruang dimana bisa merespon isu pemanasan global, menggunakan latihan singkat untuk membangun simulasi siklus perencanaan dan desain spasial, menghasilkan arsitektur inovatif dan desain konstruksi yang adaptif dengan lingkungan air

Analisis data yang diperoleh dapat berupa kata-kata, gambar atau perilaku dan tidak dalam bentuk bilangan atau angka statistik. Dipilihnya metode ini sebagai metode penulisan guna memperoleh gambaran di lapangan dan bagaimana cara mewujudkan solusi yang tepat untuk mendesain area komersial dan komunitas lokal di sekitar khlong 6. Tentunya pembatasan bahasan masalah dalam laporan ini terdiri dari disiplin Ilmu Arsitektur yang didukung oleh disiplin ilmu lain yang berkaitan dengan studi kasus dan hanya dijelaskan secara garis besar.

Terdapat tiga langkah metode penelitian yang digunakan, yaitu mengumpulkan data, observasi lapangan, dan diskusi kelompok. Tahap mengumpulkan data dilakukan pada tanggal 1 Mei 2024 sampai dengan 5 Mei 2024 dan berlokasi di gedung arsitektur Rajamangala University of Technology Thanyaburi, Thailand. Tahap observasi lapangan dilakukan pada tanggal 4 Mei 2024 pada area Khlong 6. Tahap diskusi kelompok dilakukan pada tanggal 6 Mei 2024 sampai dengan 10 Mei 2024 dan berlokasi di gedung arsitektur Rajamangala University of Technology Thanyaburi, Thailand.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang berkaitan dengan studi kasus yang kami bahas adalah metode pengumpulan data kualitatif. Metode ini terdiri dari bukti data deskriptif berupa kata-kata dan gambar. Wawancara terhadap penduduk lokal dilakukan sebagai pendukung data yang memperkuat deskriptif kualitatif tersebut.

Analisis data dilakukan dengan menggabungkan dan menganalisis gambar serta kata-kata yang telah didapat dari tahap pengumpulan data. Teknik yang dilakukan untuk menganalisis data tersebut adalah metode kualitatif dimana menggabungkan data serta membandingkan data fisik lingkungan dengan kerja nyata yang ada dari hasil wawancara, kemudian mengambil poin dan kesimpulan penting yang dapat menjadi akar mencari solusi desain yang dibutuhkan.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024