Semarang (ANTARA) - Pelajaran Matematika sedari dulu hingga kini terus menjadi momok bagi sebagian peserta didik, mulai dari kelas rendah hingga tinggi, tak terkecuali peserta didik kelas 2 di SDN 1 Purwokerto, Brangsong, Kendal.

Konsep pecahan dalam mata pelajaran matematika menjadi tantangan tersendiri, tak hanya bagi peserta didik, tetapi juga guru. Dewi Sariasih S.Pd., guru kelas 2 sekolah mitra Tanoto Foundation ini, terus berupaya mencari metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Bertolak dari tantangan yang dihadapi, Dewi mulai mengembangkan media pembelajaran konkret, berupa donat dan sosis, disingkat menjadi "Donis".

Donat dan sosis dipilihnya sebab keduanya telah lekat dengan kehidupan peserta didik. Siapapun pasti menyukainya. Bermula dari hal yang mudah ditemui dan digemari inilah, Dewi berharap konsep pecahan lebih mudah dipahami.

Mulanya, Dewi melontarkan pertanyaan-pertanyaan pemantik guna membangun kesadaran dan semangat belajar peserta didik untuk berperan aktif selama kegiatan berlangsung. Pertanyaan yang diajukan, seperti "Siapa yang tahu nama makanan ini?" dan "Bagaimana cara membagi donat yang kamu miliki?".

Berikutnya, Dewi melakukan asesmen diagnostik kognitif untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dalam memahami konsep pecahan matematika. Dari hasil penilaian yang diperoleh, Dewi lantas mengelompokkan peserta didik berdasarkan tingkat pemahaman terhadap materi.

Pada praktiknya, mula-mula Dewi memotong sosis dan donat di hadapan seluruh peserta didik. Sosis pertama dibagi menjadi dua bagian dengan ukuran yang berbeda, sedangkan sosis kedua dibagi sama rata. Peserta didik kemudian mengidentifikasi bagian yang lebih adil dalam konsep pecahan. Mereka juga diberi kesempatan untuk memotong donat dan sosis sendiri serta menuliskan hasilnya di Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

Selain donat dan sosis, Dewi juga menggunakan gambar potongan buah semangka. Tujuannya tak lain agar peserta didik lebih mudah memahami materi dan mempresentasikan bilangan pecahan ½ dan ¼. Selain itu, Dewi menggunakan lagu untuk menambah pemahaman peserta didik.

Ia memilih "Balonku Ada Lima" kemudian mengganti lirik lagu dengan materi pecahan. Di akhir sesi Dewi mengajak peserta didik untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Peserta didik diminta mengutarakan perasaan, materi yang telah dipelajari, dan kesulitan-kesulitan yang dialami selama pembelajaran. Dewi kemudian mengajak peserta didik menyanyikan kembali lagu tentang pecahan.

Atmosfer kegiatan pembelajaran yang menyenangkan pun menjadi puncak aktivitas di kala itu. Penggunaan media pembelajaran konkret rupanya telah berhasil membuat peserta didik untuk lebih tertarik, antusias, dan berperan aktif. Tak kalah penting, kegiatan pembelajaran ini pun memberikan dampak positif terhadap diri peserta didik. Mereka tidak lagi berada pada tataran pemahaman konsep materi, tetapi juga karakter berbagi secara adil.

Syaza, salah satu peserta didik kelas 2, mengatakan bahwa belajar menjadi lebih menyenangkan dan mudah diingat saat menggunakan donat dan sosis. Selain pemahaman materi pelajaran, terjadi peningkatan pula pada kepercayadirian dan dimilikinya sifat dermawan oleh peserta didik.

Meski penggunaan metode pembelajaran konkret dirasa telah berhasil, Dewi menyadari masih ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan. Aspek literasi dan numerasi peserta didik, keterampilan penggunaan media, dan korelasi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, menjadi hal yang membutuhkan perhatian terus-menerus.

“Saya berharap praktik baik sederhana ini dapat menjadi pemantik dalam menciptakan inovasi pembelajaran guru lainnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar,” harap Dewi. ***

Pewarta : Nur Istibsaroh/ksm
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024