Klaten, Jateng (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Klaten memasifkan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk mengendalikan kasus demam berdarah dengue (DBD) di daerah tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten Anggit Budiarto di Klaten, Jawa Tengah, Selasa, mengatakan salah satu imbauan yang diberikan kepada masyarakat agar tetap melakukan PSN.
"Itu wajib dan rutin, bukan hanya insidental tetapi rutin terus," katanya.
Selain itu, dikatakannya, jika ada anggota keluarga yang mengalami panas sampai dua hari harus langsung dibawa ke sentra pelayanan kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan.
Ia mengakui mengenai kasus meninggal dunia pada pasien DBD karena keterlenaan dari pihak keluarga.
"Panas di hari keempat turun, dikiranya sudah membaik padahal itu masa kritis. Ada juga yang sudah dianjurkan ke rumah sakit tetapi belum dibawa ke rumah sakit. Ada juga karena di rumah sakit A penuh, kemudian dirujuk ke tempat lain tetapi sulit, masyarakat terus pulang dulu," katanya.
Ia mengatakan untuk kasus meninggal dunia mayoritas berusia di bawah sebelas tahun.
"Paling banyak usia tujuh tahun. Setahu kami kasus tertinggi di Bayat, kalau kematian tertinggi di Pedan," katanya.
Sementara itu, jumlah kasus DBD di Klaten hingga minggu ke-19 mencapai 512 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten Hanung Sasmito Wibowo mengatakan untuk jumlah kematian sampai dengan minggu ke-20 ada 26 orang.
"Kalau angka kesakitannya sampai dengan minggu ke-20 masih diverifikasi," katanya.
Ia mengatakan angka kasus pada tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Menurut dia, pada tahun lalu sebanyak 159 kasus dengan sembilan kematian.
Baca juga: Cegah DBD, Bupati Demak ajak warga galakkan PSN
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten Anggit Budiarto di Klaten, Jawa Tengah, Selasa, mengatakan salah satu imbauan yang diberikan kepada masyarakat agar tetap melakukan PSN.
"Itu wajib dan rutin, bukan hanya insidental tetapi rutin terus," katanya.
Selain itu, dikatakannya, jika ada anggota keluarga yang mengalami panas sampai dua hari harus langsung dibawa ke sentra pelayanan kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan.
Ia mengakui mengenai kasus meninggal dunia pada pasien DBD karena keterlenaan dari pihak keluarga.
"Panas di hari keempat turun, dikiranya sudah membaik padahal itu masa kritis. Ada juga yang sudah dianjurkan ke rumah sakit tetapi belum dibawa ke rumah sakit. Ada juga karena di rumah sakit A penuh, kemudian dirujuk ke tempat lain tetapi sulit, masyarakat terus pulang dulu," katanya.
Ia mengatakan untuk kasus meninggal dunia mayoritas berusia di bawah sebelas tahun.
"Paling banyak usia tujuh tahun. Setahu kami kasus tertinggi di Bayat, kalau kematian tertinggi di Pedan," katanya.
Sementara itu, jumlah kasus DBD di Klaten hingga minggu ke-19 mencapai 512 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten Hanung Sasmito Wibowo mengatakan untuk jumlah kematian sampai dengan minggu ke-20 ada 26 orang.
"Kalau angka kesakitannya sampai dengan minggu ke-20 masih diverifikasi," katanya.
Ia mengatakan angka kasus pada tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Menurut dia, pada tahun lalu sebanyak 159 kasus dengan sembilan kematian.
Baca juga: Cegah DBD, Bupati Demak ajak warga galakkan PSN