Temanggung (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, gencar melakukan gerakan konservasi tanah dan air berkelanjutan dengan menanam ribuan pohon di sejumlah lokasi.
Kepala Bidang Pengendalian, Pencemaran, dan Kerusakan Lingkungan Hidup Kabupaten Temanggung Dwiana Novianto di Temanggung, Selasa, menyampaikan keterkaitan dengan perlindungan sumber mata air dilakukan gerakan konservasi mulai dari akhir 2023.
"Kalau dulu ada sabuk gunung sekarang ada gerakan konservasi berkelanjutan, kemudian secara berangsur teman-teman di desa itu mengikuti siklus musim hujan di bulan Desember, Januari, Februari, sampai Maret ini ada kegiatan konservasi terus berkelanjutan, salah satunya ada perlindungan sumber mata air," katanya.
Ia menyampaikan hal itu dalam forum diskusi dengan masyarakat di beberapa kecamatan di Temanggung terutama warga masyarakat di daerah-daerah yang memiliki lahan kritis atau kemarin terdampak kekeringan cukup masif di 2023.
"Kita memang istilahnya menggugah kesadaran masyarakat untuk mulai ada kepedulian terhadap upaya perlindungan sumber mata air. minimal seperti itu," katanya.
Menurut dia, gerakan ini sederhana dengan masyarakat hanya menanam, artinya lahan-lahan yang ada tanaman peneduh, sumber air ini bisa terbantukan penyerapannya.
"Ketika lahan kritis itu tertangani, dengan sendirinya kemampuan area penangkapan air kemudian akan muncul. Kalau hal itu dilakukan secara masif kemudian kesadaran masyarakat muncul ini suatu anugerah luar biasa," katanya.
Ia menyampaikan untuk mendukung gerakan tersebut Pemkab Temanggung bekerja sama dengan corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial dari PT Djarum, PT Geodipa, KAI, dan Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo.
"Dari situ kami mendapat bantuan ribuan bibit, kemudian memasuki musim hujan bibit-bibit itu baru kami distribusikan ke masyarakat, terutama di area Gunung Sindoro, Sumbing, dan Prahu," katanya.
Kepala Bidang Pengendalian, Pencemaran, dan Kerusakan Lingkungan Hidup Kabupaten Temanggung Dwiana Novianto di Temanggung, Selasa, menyampaikan keterkaitan dengan perlindungan sumber mata air dilakukan gerakan konservasi mulai dari akhir 2023.
"Kalau dulu ada sabuk gunung sekarang ada gerakan konservasi berkelanjutan, kemudian secara berangsur teman-teman di desa itu mengikuti siklus musim hujan di bulan Desember, Januari, Februari, sampai Maret ini ada kegiatan konservasi terus berkelanjutan, salah satunya ada perlindungan sumber mata air," katanya.
Ia menyampaikan hal itu dalam forum diskusi dengan masyarakat di beberapa kecamatan di Temanggung terutama warga masyarakat di daerah-daerah yang memiliki lahan kritis atau kemarin terdampak kekeringan cukup masif di 2023.
"Kita memang istilahnya menggugah kesadaran masyarakat untuk mulai ada kepedulian terhadap upaya perlindungan sumber mata air. minimal seperti itu," katanya.
Menurut dia, gerakan ini sederhana dengan masyarakat hanya menanam, artinya lahan-lahan yang ada tanaman peneduh, sumber air ini bisa terbantukan penyerapannya.
"Ketika lahan kritis itu tertangani, dengan sendirinya kemampuan area penangkapan air kemudian akan muncul. Kalau hal itu dilakukan secara masif kemudian kesadaran masyarakat muncul ini suatu anugerah luar biasa," katanya.
Ia menyampaikan untuk mendukung gerakan tersebut Pemkab Temanggung bekerja sama dengan corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial dari PT Djarum, PT Geodipa, KAI, dan Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo.
"Dari situ kami mendapat bantuan ribuan bibit, kemudian memasuki musim hujan bibit-bibit itu baru kami distribusikan ke masyarakat, terutama di area Gunung Sindoro, Sumbing, dan Prahu," katanya.