Semarang (ANTARA) - Robot gamelan Sekar Nuswantoro karya Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, Jawa Tengah, menyemarakkan tradisi Dugderan yang merupakan penanda awal Ramadhan.
Robot gamelan yang tampil di kawasan Aloon Aloon Kota Semarang di sekitar Masjid Agung Semarang, Jumat, mengiringi pesinden yang berasal dari mahasiswi Udinus.
Sejumlah lagu yang ditampilkan dalam kesempatan itu antara lain Gugur Gunung, Suwe Ora Jamu, Kagok Semarang, dan Prau Layar.
Salah seorang perancang robot gamelan Sekar Nuswantoro, Arry Maulana Syarif, mengatakan, penampilan robot ini di dugderan merupakan bagian dari edukasi budaya lokal.
Menurut dia, masyarakat bisa menyaksikan langsung perpaduan gamelan dan kecerdasan buatan.
"Ada muatan pendidikan yang ditampilkan dalam Dugderan kali ini," katanya.
Bentuk dan ukiran robot gamelan yang ringkas, kata dia, membuatnya todak memakan tempat saat diaminkan.
"Harapannya robot gamelan ini bisa dimainkan di lebih banyak tempat publik, seperti bandara atau stasiun," katanya.
Sementara Ketua Yayasan Masjid Agung Semarang, Khammad Ma'sum, mengatakan, Dugderan kali ini tidak hanya menampilkan permainan lawas, namun juga teknologi yang menghibur dan mengedukasi.
"Kami terbuka bagi perguruan tinggi lainnya yang ingin menampilkan inovasinya di Dugderan," katanya.
Robot gamelan yang tampil di kawasan Aloon Aloon Kota Semarang di sekitar Masjid Agung Semarang, Jumat, mengiringi pesinden yang berasal dari mahasiswi Udinus.
Sejumlah lagu yang ditampilkan dalam kesempatan itu antara lain Gugur Gunung, Suwe Ora Jamu, Kagok Semarang, dan Prau Layar.
Salah seorang perancang robot gamelan Sekar Nuswantoro, Arry Maulana Syarif, mengatakan, penampilan robot ini di dugderan merupakan bagian dari edukasi budaya lokal.
Menurut dia, masyarakat bisa menyaksikan langsung perpaduan gamelan dan kecerdasan buatan.
"Ada muatan pendidikan yang ditampilkan dalam Dugderan kali ini," katanya.
Bentuk dan ukiran robot gamelan yang ringkas, kata dia, membuatnya todak memakan tempat saat diaminkan.
"Harapannya robot gamelan ini bisa dimainkan di lebih banyak tempat publik, seperti bandara atau stasiun," katanya.
Sementara Ketua Yayasan Masjid Agung Semarang, Khammad Ma'sum, mengatakan, Dugderan kali ini tidak hanya menampilkan permainan lawas, namun juga teknologi yang menghibur dan mengedukasi.
"Kami terbuka bagi perguruan tinggi lainnya yang ingin menampilkan inovasinya di Dugderan," katanya.