Purbalingga (ANTARA) - Warga Kelurahan Bancar yang bermukim di bantaran Sungai Klawing, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah, berharap pemerintah segera menangani tebing sungai yang longsor.
Pada Senin, Herling Harris Nie, warga di lingkungan RT 01 RW 01 Kelurahan Bancar, mengatakan bahwa tebing Sungai Klawing longsor pada 2022 dan longsor lagi pada 11 Desember 2023.
Menurut dia, ada sekitar 20 rumah warga yang terdampak longsoran tebing sungai dan tujuh sampai delapan rumah warga di atasnya yang terancam terdampak tebing longsor.
Ia juga mengatakan bahwa ada beberapa rumah yang tanah di bagian belakangnya hilang sampai sepanjang 20 meter karena longsor.
Setelah kejadian longsor pertama, menurut dia, ada sejumlah pejabat pemerintah yang meninjau lokasi longsor dan warga mendapat informasi bahwa Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah menyampaikan masalah itu ke Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) di Yogyakarta.
"Akan tetapi hingga kejadian kedua pada bulan Desember kemarin, yang memperparah longsoran, proyek ini belum direalisasi," kata Harris, yang telah bermukim di bantaran Sungai Klawing sejak tahun 1996.
Menurut dia, pejabat BBWSSO datang ke lokasi longsor setelah kejadian yang kedua dan menginformasikan bahwa penanganan longsor akan diambil alih oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Ia mengatakan bahwa pejabat instansi pemerintah berjanji akan mengajak warga untuk membahas penanganan longsor di Sungai Klawing.
"Dua minggu lalu kami mendapat kabar dari pengurus RT dan pemerintah kecamatan bahwa untuk penanganan sementara akan dibuatkan sudetan dan beberapa bronjong batu untuk mengalihkan arus agar jangan sampai ke tebing sisi selatan," katanya.
Menurut dia, pembuatan sudetan dan pemasangan bronjong janjinya dilaksanakan mulai 15 Januari 2024, tetapi sampai sekarang belum juga direalisasikan.
Padahal, kata dia, Ketua RT 01 sudah diajak untuk menyosialisasikan rencana pembuatan sudetan kepada penambang pasir tradisional yang berada di sebelah utara sungai.
"Namun, sampai sekarang belum terealisasi. Padahal saat sekarang kondisinya sangat parah, karena ada yang jaraknya dari trotoar ke belakang (bibir tebing sungai) hanya tersisa sekitar 12 meter," katanya.
Ketua RT 01 RW 01 Kelurahan Bancar Pawit mengatakan bahwa ada setidaknya 20 rumah warga yang terdampak longsoran tebing Sungai Klawing dan semuanya dalam kondisi parah.
"Kami memohon masalah longsor ini cepat-cepat ditangani oleh pemerintah," katanya.
Yani Poniarti, warga RT 01 RW 01 Kelurahan Bancar, halaman belakang rumahnya hilang karena tebing sungai di belakang rumahnya longsor pada 11 Desember 2023.
"Kami sangat berharap adanya bantuan dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga Priyo Satmoko menyampaikan bahwa penanganan longsor di bantaran Sungai Klawing, Kelurahan Bancar, merupakan kewenangan BBWSSO.
Menurut dia, BPBD telah berkoordinasi dengan BBWSSO untuk mengupayakan penanganan segera tebing sungai yang longsor mengingat sudah ada 20 rumah dan satu toko yang terdampak.
"Kami baru saja menerima informasi jika hari ini BBWSSO akan mengirimkan satu unit alat berat untuk menangani longsoran tersebut," katanya.
Menurut informasi yang dia terima, sudetan akan dibuat untuk mengalihkan arus air sungai agar tidak mengenai tebing yang sudah longsor.
Baca juga: Ruas jalan Selo - Borobudur bisa dilewati usai tertimbun longsor
Pada Senin, Herling Harris Nie, warga di lingkungan RT 01 RW 01 Kelurahan Bancar, mengatakan bahwa tebing Sungai Klawing longsor pada 2022 dan longsor lagi pada 11 Desember 2023.
Menurut dia, ada sekitar 20 rumah warga yang terdampak longsoran tebing sungai dan tujuh sampai delapan rumah warga di atasnya yang terancam terdampak tebing longsor.
Ia juga mengatakan bahwa ada beberapa rumah yang tanah di bagian belakangnya hilang sampai sepanjang 20 meter karena longsor.
Setelah kejadian longsor pertama, menurut dia, ada sejumlah pejabat pemerintah yang meninjau lokasi longsor dan warga mendapat informasi bahwa Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah menyampaikan masalah itu ke Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) di Yogyakarta.
"Akan tetapi hingga kejadian kedua pada bulan Desember kemarin, yang memperparah longsoran, proyek ini belum direalisasi," kata Harris, yang telah bermukim di bantaran Sungai Klawing sejak tahun 1996.
Menurut dia, pejabat BBWSSO datang ke lokasi longsor setelah kejadian yang kedua dan menginformasikan bahwa penanganan longsor akan diambil alih oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Ia mengatakan bahwa pejabat instansi pemerintah berjanji akan mengajak warga untuk membahas penanganan longsor di Sungai Klawing.
"Dua minggu lalu kami mendapat kabar dari pengurus RT dan pemerintah kecamatan bahwa untuk penanganan sementara akan dibuatkan sudetan dan beberapa bronjong batu untuk mengalihkan arus agar jangan sampai ke tebing sisi selatan," katanya.
Menurut dia, pembuatan sudetan dan pemasangan bronjong janjinya dilaksanakan mulai 15 Januari 2024, tetapi sampai sekarang belum juga direalisasikan.
Padahal, kata dia, Ketua RT 01 sudah diajak untuk menyosialisasikan rencana pembuatan sudetan kepada penambang pasir tradisional yang berada di sebelah utara sungai.
"Namun, sampai sekarang belum terealisasi. Padahal saat sekarang kondisinya sangat parah, karena ada yang jaraknya dari trotoar ke belakang (bibir tebing sungai) hanya tersisa sekitar 12 meter," katanya.
Ketua RT 01 RW 01 Kelurahan Bancar Pawit mengatakan bahwa ada setidaknya 20 rumah warga yang terdampak longsoran tebing Sungai Klawing dan semuanya dalam kondisi parah.
"Kami memohon masalah longsor ini cepat-cepat ditangani oleh pemerintah," katanya.
Yani Poniarti, warga RT 01 RW 01 Kelurahan Bancar, halaman belakang rumahnya hilang karena tebing sungai di belakang rumahnya longsor pada 11 Desember 2023.
"Kami sangat berharap adanya bantuan dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga Priyo Satmoko menyampaikan bahwa penanganan longsor di bantaran Sungai Klawing, Kelurahan Bancar, merupakan kewenangan BBWSSO.
Menurut dia, BPBD telah berkoordinasi dengan BBWSSO untuk mengupayakan penanganan segera tebing sungai yang longsor mengingat sudah ada 20 rumah dan satu toko yang terdampak.
"Kami baru saja menerima informasi jika hari ini BBWSSO akan mengirimkan satu unit alat berat untuk menangani longsoran tersebut," katanya.
Menurut informasi yang dia terima, sudetan akan dibuat untuk mengalihkan arus air sungai agar tidak mengenai tebing yang sudah longsor.
Baca juga: Ruas jalan Selo - Borobudur bisa dilewati usai tertimbun longsor