Purwokerto (ANTARA) - Lima mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE), yakni Mutiara Sakinah, Muhammad Haidar Yahya, Alifia Ayu, Ovifah Umi, dan Mar'atul Mu'ayadah menciptakan Super Hydrophobic sand mulch untuk menggantikan mulsa plastik.
Salah seorang mahasiswa, Mutiara Sakinah mengatakan evaporasi yang terjadi di lahan pantai telah menyebabkan lahan tersebut tidak dapat ditanami atau dimanfaatkan sebagai lahan budi daya.
Padahal, kata dia, lahan pantai di Indonesia sangatlah luas dan sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan secara maksimal.
"Menyikapi hal tersebut, kami memberikan solusi agar evaporasi pada lahan pantai dapat diminimalkan dengan mengembangkan Super Hydrophobic sand mulch," ungkapnya.
Menurut dia, Super Hydrophobic sand mulch itu terinspirasi dari mulsa plastik yang digunakan oleh para petani untuk menahan penguapan berlebih, sehingga tanaman akan mendapatkan air yang cukup dari tanah.
Akan tetapi, kata dia, kecenderungan plastik yang sulit terurai membuat mulsa plastik menjadi limbah ketika masa panen telah datang dan dapat merusak serta mencemari lingkungan.
"Hal ini tentu dapat menambah banyaknya sampah plastik yang menumpuk di bumi," ujar mahasiswa lainnya, Muhammad Haidar Yahya.
Selain menjadi sampah, kata dia, penggunaan mulsa plastik juga dapat membuat berkembangnya mikroorganisme yang menyebabkan tanaman bisa terserang penyakit.
Di samping itu, lanjut dia, harga dari mulsa plastik yang tidak murah juga menambah kekurangan dari alat penahan evaporasi tersebut.
"Melihatnya banyaknya kekurangan dari mulsa plastik dan adanya potensi untuk mengembangkan lahan pantai menjadi lahan pertanian membuat kami sepakat untuk membuat super Hydrophobic sand mulch yang terbuat dari pasir pantai dan sungai," tegasnya.
Anggota Tim PKM-RE lainnya, Alifia Ayu mengatakan pasir tersebut akan menahan laju evaporasi yang terjadi di lahan pantai dengan bahan yang ramah lingkungan serta tidak menambah sampah plastik yang sulit terurai di tanah.
Baca juga: Tim PKM-RE Unsoed teliti pembuatan enkapsulasi biopestisida
Lebih lanjut, dia mengatakan pembuatan pasir Hydrophobic itu dilakukan dengan men-coating pasir pantai dan sungai menggunakan larutan yang telah diformulasikan.
"Coating yang dilakukan ini membuat pasir dapat menahan laju penguapan pada tanah, sehingga kadar air dalam tanah tidak menguap terlalu banyak," jelasnya.
Sementara itu, Ovifah Umi mengatakan penelitian yang berlangsung sejak awal Juli hingga Oktober tersebut dilakukan di dua tempat, yaitu laboratorium dan lahan terbuka.
Dalam hal ini, kata dia, lahan terbuka digunakan sebagai tempat uji coba Sand mulch yang telah dilakukan selama 2 minggu.
"Penggunaan pasir Superhydrophobic ini adalah dengan meletakkan pasir Superhydrophobic langsung ke atas tanah. Hal ini dikarenakan pasir Superhydrophobic tidak akan mencemari lingkungan apabila coating-nya telah hilang," ungkapnya
Menurut dia, penggunaan pasir tersebut dapat diukur dengan ketinggian dari sand mulch dengan mengukur menggunakan kertas filter sebagai patokan pengukuran.
"Uniknya, penyiraman tanah yang menggunakan pasir Superhydrophobic ini menggunakan selang yang dimasukkan ke dalam polybag," tambahnya.
Mar'atul Mu'ayadah mengatakan penyiraman tersebut dilakukan karena tidak bisa menyiram tanah melalui atas karena terhalang dengan pasir Superhydrophobic.
"Ini tentu menjadi hal baru yang akan dilakukan oleh para petani. Penyiraman ini juga akan membuat mereka mengetahui metode penyiraman selain dengan menyiram langsung ke tanah atau ke daun," jelasnya.
Menurut dia, Superhydrophobic sand mulch adalah salah satu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang berhasil mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun 2023.
Sementara dosen pembimbing PKM-RE Afik Hardanto, S.Tp,. M.Sc, Ph.D. mengharapkan pasir Superhydrophobic dapat bermanfaat dan berperan dalam mengurangi sampah plastik yang digunakan oleh para petani.
"Saya juga berharap agar inovasi ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain atau generasi muda untuk terus berkarya dalam bidang pertanian dan untuk masa depan yang lebih baik," katanya.
Baca juga: Ini rekomendasi Icolgas 2023 yang digelar Fakultas Hukum Unsoed
Baca juga: Mahasiswa Unsoed manfaatkan rumput gajah sebagai anti-hiperkolesterol
Salah seorang mahasiswa, Mutiara Sakinah mengatakan evaporasi yang terjadi di lahan pantai telah menyebabkan lahan tersebut tidak dapat ditanami atau dimanfaatkan sebagai lahan budi daya.
Padahal, kata dia, lahan pantai di Indonesia sangatlah luas dan sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan secara maksimal.
"Menyikapi hal tersebut, kami memberikan solusi agar evaporasi pada lahan pantai dapat diminimalkan dengan mengembangkan Super Hydrophobic sand mulch," ungkapnya.
Menurut dia, Super Hydrophobic sand mulch itu terinspirasi dari mulsa plastik yang digunakan oleh para petani untuk menahan penguapan berlebih, sehingga tanaman akan mendapatkan air yang cukup dari tanah.
Akan tetapi, kata dia, kecenderungan plastik yang sulit terurai membuat mulsa plastik menjadi limbah ketika masa panen telah datang dan dapat merusak serta mencemari lingkungan.
"Hal ini tentu dapat menambah banyaknya sampah plastik yang menumpuk di bumi," ujar mahasiswa lainnya, Muhammad Haidar Yahya.
Selain menjadi sampah, kata dia, penggunaan mulsa plastik juga dapat membuat berkembangnya mikroorganisme yang menyebabkan tanaman bisa terserang penyakit.
Di samping itu, lanjut dia, harga dari mulsa plastik yang tidak murah juga menambah kekurangan dari alat penahan evaporasi tersebut.
"Melihatnya banyaknya kekurangan dari mulsa plastik dan adanya potensi untuk mengembangkan lahan pantai menjadi lahan pertanian membuat kami sepakat untuk membuat super Hydrophobic sand mulch yang terbuat dari pasir pantai dan sungai," tegasnya.
Anggota Tim PKM-RE lainnya, Alifia Ayu mengatakan pasir tersebut akan menahan laju evaporasi yang terjadi di lahan pantai dengan bahan yang ramah lingkungan serta tidak menambah sampah plastik yang sulit terurai di tanah.
Baca juga: Tim PKM-RE Unsoed teliti pembuatan enkapsulasi biopestisida
Lebih lanjut, dia mengatakan pembuatan pasir Hydrophobic itu dilakukan dengan men-coating pasir pantai dan sungai menggunakan larutan yang telah diformulasikan.
"Coating yang dilakukan ini membuat pasir dapat menahan laju penguapan pada tanah, sehingga kadar air dalam tanah tidak menguap terlalu banyak," jelasnya.
Sementara itu, Ovifah Umi mengatakan penelitian yang berlangsung sejak awal Juli hingga Oktober tersebut dilakukan di dua tempat, yaitu laboratorium dan lahan terbuka.
Dalam hal ini, kata dia, lahan terbuka digunakan sebagai tempat uji coba Sand mulch yang telah dilakukan selama 2 minggu.
"Penggunaan pasir Superhydrophobic ini adalah dengan meletakkan pasir Superhydrophobic langsung ke atas tanah. Hal ini dikarenakan pasir Superhydrophobic tidak akan mencemari lingkungan apabila coating-nya telah hilang," ungkapnya
Menurut dia, penggunaan pasir tersebut dapat diukur dengan ketinggian dari sand mulch dengan mengukur menggunakan kertas filter sebagai patokan pengukuran.
"Uniknya, penyiraman tanah yang menggunakan pasir Superhydrophobic ini menggunakan selang yang dimasukkan ke dalam polybag," tambahnya.
Mar'atul Mu'ayadah mengatakan penyiraman tersebut dilakukan karena tidak bisa menyiram tanah melalui atas karena terhalang dengan pasir Superhydrophobic.
"Ini tentu menjadi hal baru yang akan dilakukan oleh para petani. Penyiraman ini juga akan membuat mereka mengetahui metode penyiraman selain dengan menyiram langsung ke tanah atau ke daun," jelasnya.
Menurut dia, Superhydrophobic sand mulch adalah salah satu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang berhasil mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun 2023.
Sementara dosen pembimbing PKM-RE Afik Hardanto, S.Tp,. M.Sc, Ph.D. mengharapkan pasir Superhydrophobic dapat bermanfaat dan berperan dalam mengurangi sampah plastik yang digunakan oleh para petani.
"Saya juga berharap agar inovasi ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain atau generasi muda untuk terus berkarya dalam bidang pertanian dan untuk masa depan yang lebih baik," katanya.
Baca juga: Ini rekomendasi Icolgas 2023 yang digelar Fakultas Hukum Unsoed
Baca juga: Mahasiswa Unsoed manfaatkan rumput gajah sebagai anti-hiperkolesterol