Purwokerto (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) setempat menggencarkan diversifikasi pangan kepada masyarakat sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap komoditas pangan utama khususnya beras.
"Kami sudah mengidentifikasi dan melakukan upaya-upaya agar pangan lokal bisa menjadi pilihan, bahkan subtitusi untuk padi (beras) utamanya," kata Kepala Dinpertan KP Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santosa di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu.
Ia mengatakan hal itu di sela kegiatan Gerakan Pangan Murah yang digelar di kompleks Gelanggang Olahraga Satria, Purwokerto, dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia Tahun 2023.
Menurut dia, komoditas pangan lokal yang dapat dijadikan sebagai subtitusi untuk beras itu banyak sekali jenisnya seperti ganyong, irut, singkong, dan ketela.
"Ini merupakan bahan pangan sumber karbohidrat yang bisa menggantikan atau setidak-tidaknya sebagai bahan pangan alternatif. Kalau menggantikan total juga enggak mungkin," jelasnya.
Dalam hal ini, kata dia, komoditas pangan lokal tersebut dapat menjadi bahan pangan alternatif ketika terjadi paceklik maupun kemarau panjang yang dipengaruhi El Nino seperti saat sekarang meskipun ketersediaan pasokan beras di Banyumas masih dalam posisi aman hingga lima bulan ke depan.
Terkait dengan pemanfaatan pangan lokal tersebut, dia mengatakan pihaknya telah melakukan sosialisasi program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) serta memberikan pelatihan-pelatihan bagi kelompok wanita tani (KWT) mengenai pembuatan kue maupun camilan berbahan baku komoditas pangan lokal.
"Teman-teman PKK dan KWT yang tersebar di seluruh desa sudah paham bagaimana membuat makanan yang berbasis bahan baku lokal yang bukan terigu, gandum, atau beras," tegasnya.
Ia mengakui program diversifikasi pangan di Banyumas hingga saat ini sudah berjalan cukup bagus.
Bahkan kalau ada acara rapat termasuk di desa-desa, kata dia, komoditas pangan lokal sudah banyak disajikan sebagai camilan.
Akan tetapi, lanjut dia, sebagian besar komoditas pangan lokal yang disajikan belum dijadikan dalam bentuk olahan atau masih sebatas direbus.
"Oleh karena itu, kemarin kami bersama Bank Indonesia dan Bank Jateng menyelenggarakan pelatihan bagi teman-teman KWT. Pelatihannya tidak hanya pengolahan bahan pangan lokal, juga melatih agar KWT bagus dalam mengelola administrasi," kata Jaka.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga memprogramkan agar KWT bisa masuk dalam katalog elektronik (e-katalog) lokal sebagai penyedia barang dan jasa.
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Ketua KWT Sakinah, Desa Kedungrandu, Kecamatan Patikraja, Banyumas, Ristinah mengaku bersyukur karena bisa mengikuti pelatihan pengolahan bahan pangan lokal yang diselenggarakan Dipertan KP Kabupaten Banyumas.
"Sangat membantu kami untuk meningkatkan pendapatan keluarga khususnya KWT dan juga untuk memanfaatkan produk-produk lokal. Contohnya singkong bisa diolah menjadi mocaf yang selanjutnya bisa diolah menjadi brownies dan sebagainya," ungkapnya saat menjaga stan pada kegiatan Gerakan Pangan Murah.
Dia mengatakan hingga saat ini KWT Sakinah telah memproduksi berbagai camilan berbahan baku komoditas pangan lokal seperti keripik singkong, mangleng, dan keripik gadung.
"Khusus untuk bahan pangan alternatif kami juga membuat oyek yang berbahan baku singkong," katanya.
"Kami sudah mengidentifikasi dan melakukan upaya-upaya agar pangan lokal bisa menjadi pilihan, bahkan subtitusi untuk padi (beras) utamanya," kata Kepala Dinpertan KP Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santosa di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu.
Ia mengatakan hal itu di sela kegiatan Gerakan Pangan Murah yang digelar di kompleks Gelanggang Olahraga Satria, Purwokerto, dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia Tahun 2023.
Menurut dia, komoditas pangan lokal yang dapat dijadikan sebagai subtitusi untuk beras itu banyak sekali jenisnya seperti ganyong, irut, singkong, dan ketela.
"Ini merupakan bahan pangan sumber karbohidrat yang bisa menggantikan atau setidak-tidaknya sebagai bahan pangan alternatif. Kalau menggantikan total juga enggak mungkin," jelasnya.
Dalam hal ini, kata dia, komoditas pangan lokal tersebut dapat menjadi bahan pangan alternatif ketika terjadi paceklik maupun kemarau panjang yang dipengaruhi El Nino seperti saat sekarang meskipun ketersediaan pasokan beras di Banyumas masih dalam posisi aman hingga lima bulan ke depan.
Terkait dengan pemanfaatan pangan lokal tersebut, dia mengatakan pihaknya telah melakukan sosialisasi program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) serta memberikan pelatihan-pelatihan bagi kelompok wanita tani (KWT) mengenai pembuatan kue maupun camilan berbahan baku komoditas pangan lokal.
"Teman-teman PKK dan KWT yang tersebar di seluruh desa sudah paham bagaimana membuat makanan yang berbasis bahan baku lokal yang bukan terigu, gandum, atau beras," tegasnya.
Ia mengakui program diversifikasi pangan di Banyumas hingga saat ini sudah berjalan cukup bagus.
Bahkan kalau ada acara rapat termasuk di desa-desa, kata dia, komoditas pangan lokal sudah banyak disajikan sebagai camilan.
Akan tetapi, lanjut dia, sebagian besar komoditas pangan lokal yang disajikan belum dijadikan dalam bentuk olahan atau masih sebatas direbus.
"Oleh karena itu, kemarin kami bersama Bank Indonesia dan Bank Jateng menyelenggarakan pelatihan bagi teman-teman KWT. Pelatihannya tidak hanya pengolahan bahan pangan lokal, juga melatih agar KWT bagus dalam mengelola administrasi," kata Jaka.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga memprogramkan agar KWT bisa masuk dalam katalog elektronik (e-katalog) lokal sebagai penyedia barang dan jasa.
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Ketua KWT Sakinah, Desa Kedungrandu, Kecamatan Patikraja, Banyumas, Ristinah mengaku bersyukur karena bisa mengikuti pelatihan pengolahan bahan pangan lokal yang diselenggarakan Dipertan KP Kabupaten Banyumas.
"Sangat membantu kami untuk meningkatkan pendapatan keluarga khususnya KWT dan juga untuk memanfaatkan produk-produk lokal. Contohnya singkong bisa diolah menjadi mocaf yang selanjutnya bisa diolah menjadi brownies dan sebagainya," ungkapnya saat menjaga stan pada kegiatan Gerakan Pangan Murah.
Dia mengatakan hingga saat ini KWT Sakinah telah memproduksi berbagai camilan berbahan baku komoditas pangan lokal seperti keripik singkong, mangleng, dan keripik gadung.
"Khusus untuk bahan pangan alternatif kami juga membuat oyek yang berbahan baku singkong," katanya.