Ungaran (ANTARA) - Balai Bahasa Jawa Tengah mengajak generasi muda memanfaatkan banyak peluang, terutama dalam aspek bahasa dan sastra di industri kreatif yang saat ini menjadi sektor yang berkembang sedemikian pesat.
Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Bahasa Jateng Andy Rahmadi Santoso, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis, menyampaikan bahwa industri kreatif tidak lepas dari penggunaan bahasa dan sastra.
Hal tersebut disampaikannya mewakili Kepala Balai Bahasa Jateng Dr. Syarifuddin saat membuka kegiatan "Niaga Bahasa: Diskusi Bahasa dan Sastra dalam Industri Kreatif" di Kabupaten Semarang.
Menurut dia, kegiatan tersebut merupakan langkah literasi yang bertujuan generasi muda mampu mempunyai ide dan gagasan terkait industri kreatif dengan berbasis bahasa dan sastra.
"Dalam membuat film, misalnya, mereka juga menulis skenario yang prosesnya menggunakan bahasa. Supaya generasi muda lebih mendapatkan gambaran ternyata pada industri kreatif itu juga menggunakan bahasa dan sastra," katanya.
Iqbal Aji Daryono, penulis buku yang menjadi narasumber mengatakan bahwa penulis merupakan salah satu peluang profesi yang bisa dimanfaatkan dari industri kreatif, apalagi di era media sosial seperti sekarang.
"Meski sekarang lebih banyak di video ya, tapi peluang masih ada. Orang masih membutuhkan buku, entah buku bacaan dari penerbit. 'success story', dan sebagainya. Masih akan cukup panjang," katanya.
Dalam belajar menulis di media sosial, Iqbal mengingatkan untuk membangun orientasi, utamanya membangun diri sendiri sehingga apa yang ditulis memiliki arah dan tujuan yang menjadi bekal berharga.
"Kalau itu terpenuhi, (tulisan) enggak akan lari kemana-mana dengan hal ecek-ecek lagi," kata penulis buku "Out of The Truck Box" dan "Dilarang Mengutuk Hujan" menyikapi maraknya ujaran kebencian di medsos.
Pembicara lain, Santi Zaidan selaku pakar wicara publik mengatakan bahwa era digital seperti sekarang justru membutuhkan banyak orang yang memiliki kemampuan wicara publik atau "public speaking".
"Karena itu, kemampuan 'public speaking' perlu dilatih dan dikuasai. Bukan hanya secara lisan, tetapi bahasa tubuh dan penguasaan materi. Caranya, dengan membaca dan menulis untuk membentuk kerangka berpikir," katanya.
Sementara itu, sineas Ratmurti Mardhika yang juga menjadi pembicara mengungkapkan bahwa film berkaitan erat dengan bahasa dan sastra, sebab film harus ditulis dengan bahasa yang baik dan sastrawi.
"Banyak film yang awalnya dari cerpen, novel, hingga bahasa daerah. Karena ide atau tema di daerah banyak yang kami angkat sebagai film, yang di dalamnya ditampilkan geguritan, dan lainnya," jelasnya.
Kegiatan tersebut juga menghadirkan Ayu Prawitasari selaku jurnalis sebagai narasumber yang mengajak peserta dari kalangan pelajar dan mahasiswa untuk menangkap peluang menulis di media massa.
Baca juga: PBSI UMP gelar seminar "Jaga Budaya Bahasa dan Sastra di Era Generasi Z"
Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Bahasa Jateng Andy Rahmadi Santoso, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis, menyampaikan bahwa industri kreatif tidak lepas dari penggunaan bahasa dan sastra.
Hal tersebut disampaikannya mewakili Kepala Balai Bahasa Jateng Dr. Syarifuddin saat membuka kegiatan "Niaga Bahasa: Diskusi Bahasa dan Sastra dalam Industri Kreatif" di Kabupaten Semarang.
Menurut dia, kegiatan tersebut merupakan langkah literasi yang bertujuan generasi muda mampu mempunyai ide dan gagasan terkait industri kreatif dengan berbasis bahasa dan sastra.
"Dalam membuat film, misalnya, mereka juga menulis skenario yang prosesnya menggunakan bahasa. Supaya generasi muda lebih mendapatkan gambaran ternyata pada industri kreatif itu juga menggunakan bahasa dan sastra," katanya.
Iqbal Aji Daryono, penulis buku yang menjadi narasumber mengatakan bahwa penulis merupakan salah satu peluang profesi yang bisa dimanfaatkan dari industri kreatif, apalagi di era media sosial seperti sekarang.
"Meski sekarang lebih banyak di video ya, tapi peluang masih ada. Orang masih membutuhkan buku, entah buku bacaan dari penerbit. 'success story', dan sebagainya. Masih akan cukup panjang," katanya.
Dalam belajar menulis di media sosial, Iqbal mengingatkan untuk membangun orientasi, utamanya membangun diri sendiri sehingga apa yang ditulis memiliki arah dan tujuan yang menjadi bekal berharga.
"Kalau itu terpenuhi, (tulisan) enggak akan lari kemana-mana dengan hal ecek-ecek lagi," kata penulis buku "Out of The Truck Box" dan "Dilarang Mengutuk Hujan" menyikapi maraknya ujaran kebencian di medsos.
Pembicara lain, Santi Zaidan selaku pakar wicara publik mengatakan bahwa era digital seperti sekarang justru membutuhkan banyak orang yang memiliki kemampuan wicara publik atau "public speaking".
"Karena itu, kemampuan 'public speaking' perlu dilatih dan dikuasai. Bukan hanya secara lisan, tetapi bahasa tubuh dan penguasaan materi. Caranya, dengan membaca dan menulis untuk membentuk kerangka berpikir," katanya.
Sementara itu, sineas Ratmurti Mardhika yang juga menjadi pembicara mengungkapkan bahwa film berkaitan erat dengan bahasa dan sastra, sebab film harus ditulis dengan bahasa yang baik dan sastrawi.
"Banyak film yang awalnya dari cerpen, novel, hingga bahasa daerah. Karena ide atau tema di daerah banyak yang kami angkat sebagai film, yang di dalamnya ditampilkan geguritan, dan lainnya," jelasnya.
Kegiatan tersebut juga menghadirkan Ayu Prawitasari selaku jurnalis sebagai narasumber yang mengajak peserta dari kalangan pelajar dan mahasiswa untuk menangkap peluang menulis di media massa.
Baca juga: PBSI UMP gelar seminar "Jaga Budaya Bahasa dan Sastra di Era Generasi Z"