Purwokerto (ANTARA) - Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) mengukuhkan lima guru besar baru dalam Sidang Terbuka Senat Pengukuhan Profesor di Auditorium Graha Widyatama Prof. Rubijanto Misman Unsoed, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (18/9). 

Kelima guru besar yang dikukuhkan terdiri atas  Prof. Dr. Muslihudin, M.Si sebagai  Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sosiologi Lingkungan; Prof. Dr. Ir. Petrus Hary Tjahja Soedibya, M.S. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Budidaya Perairan (Akuakultur); Prof. Yunita Sari, S.Kep.Ns., MHS., Ph.D. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Keperawatan Medikal Bedah; Prof Ir. Kharisun, Ph.D. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Kimia Tanah; dan Prof. Dr.sc.agr. Ir. Muhamad Bata, M.S., IPU. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak.

Dalam pengukuhan tersebut, Prof. Muslihudin menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Pentingnya Kepedulian dan Kontrol Sosial Dalam Mencegah Degradasi Lingkungan Hidup" yang memaparkan tentang kondisi lingkungan saat kini telah ditandai dengan adanya kerusakan dan degradasi. 

Baca juga: Akademikus Unsoed: Penggunaan pupuk nitrogen buatan rugikan petani

Oleh karena itu, kata dia, manusia sebagai makhuk Tuhan yang diberi kelebihan akalnya, sehingga harus meninjau kembali tentang apa yang dilakukan selama ini. 

"Yang jelas terdapat kekeliruan sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan tadi," ungkapnya. 

Menurut dia, perubahan cara pandang atau paradigma yang tadinya hanya berorientasi hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, perlu berubah menjadi cara pandang yang harus memikirkan semua kepentingan realitas ekologis. 

"Hanya dengan cara itulah, kita dapat mengerem laju degradasi lingkungan agar tidak segera sampai pada apa yang disebut hari kiamat (domsday)," tegas Prof. Muslihudin.
 

Sementara itu, Prof. Petrus Hary Tjahja Soedibya menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Revolusi Nano Teknologi Untuk Pengembangan Akuakultur" yang menjelaskan bahwa implementasi Nanobubble sangat diperlukan di bidang akuakultur karena dapat meningkatkan produktivitas perairan dan menekan trigger penyakit yang akan menginfeksi organisme yang dibudidayakan. 

Menurut dia, Nanobubble juga dapat diimplementasikan dengan menambahkan beberapa gas-gas tertentu sebagai tujuan khusus. 

Selain itu, kata dia, perkembangan nano teknologi dan penggunaan bahan nano pada industri perikanan budi daya masih terus dilakukan walaupun perkembangannya sangat lambat. 

"Akan tetapi, berdasarkan ulasan yang kami sampaikan, masih banyak kemungkinan yang menjanjikan dalam penggunaan nanoteknologi untuk menyelesaikan problematika utama dalam dunia perikanan budidaya seperti pakan, penyakit, sistem dan lingkungan. Penerapan nanoteknologi yang cermat dan terkendali pada industri perikanan budidaya dapat mendukung upaya memaksimalkan manfaat dan meminimalisasi risiko," jelas Prof. Petrus Hary Tjahja Soedibya.

Baca juga: PPK Ormawa Unsoed dampingi KWT Desa Papringan terapkan pertanian terintegrasi

Selanjutnya, Prof. Yunita Sari, S.Kep.Ns., MHS., Ph.D. menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Terapi Untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Diabetes". 

Ia mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa penggunaan zinc oxide mampu menurunkan jaringan nekrotik pada pasien dengan luka diabetes. 

"Masa penyembuhan pada pasien yang dirawat dengan zinc oxide secara signifikan lebih pendek, persentase jaringan nekrotik (jaringan mati) lebih rendah, dan persentase jaringan granulasi (jaringan yang baru tumbuh) lebih tinggi pada pasien yang dirawat dengan menggunakan salep zinc oxide dibandingkan dengan luka yang dirawat dengan perawatan standar (hanya kasa dan larutan normal saline)," ungkapnya. 

Menurut dia, adanya penemuan terapi vibrasi untuk terapi luka diabetes tipe iskemi dan terapi salep zinc oxide untuk terapi luka diabetes tipe neuropati membawa harapan baru pada penderita luka diabetes. 
 

Sementara dalam orasi ilmiahnya yang berjudul "Potensi Batuan Alam Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Prduktivitas Tanah", Prof Ir. Kharisun, Ph.D. mengatakan berbagai upaya harus dilakukan untuk menjaga agar tanah tetap mempunyai kualitas yang baik untuk memberikan kehidupan organisme tanah dengan baik dan memberikan pertumbuhan tanaman yang baik.

"Pada akhirnya akan memberikan kehidupan yang sehat bagi manusia, menghasilkan pasokan pangan yang cukup, dan lingkungan yang sehat," tegasnya.

Ia mengaku melakukan penelitian bersama tim untuk mengembangkan batuan alami yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan sekaligus dapat meningkatkan kualitas tanah dan aman bagi lingkungan menggunakan batuan zeolite, hingga akhirnya menemukan beberapa formulasi pupuk majemuk menggunakan bahan utama zeolite. 

Menurut dia, salah satu formulasi pupuk yang sudah melalui serangkai pengujian dan telah mendapatkan paten, hak kekayaan intelektual, izin merek dagang, dan izin edar adalah pupuk N Zeo-SR Plus (Nitrogen Zeolite Slow Release Plus). 

Ia mengatakan pupuk tersebut mampu mengendalikan ketersediaan nitrogen, sehingga lebih efisien dan mampu meningkatkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap stress abiotic dan biotik. 

Baca juga: Mahasiswa Unsoed manfaatkan limbah agronomi sekam padi menjadi biochar

"Pupuk ini diperkaya dengan unsur Si untuk memberikan manfaat yang lebih luas bagi petani khususnya dengan makin meningkatnya permasalahan stress abiotic dan biotic yang dialami oleh tanaman seperti kekeringan, kegaraman, hama, dan penyakit," jelas Prof. Kharisun.

Guru besar lainnya yang dikukuhkan, Prof. Dr.sc.agr. Ir. Muhamad Bata, M.S., IPU. menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Strategi Pengurangan Emisi Gas Metan (CH4) dan Dinitrogen Oksida (N20) Melalui Perbaikan Pakan dan Pemilihan Bangsa Sapi Lokal Sebagai Bagian dari Upaya Untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem Bumi". 

Sebagai akademisi yang berkecimpung di bidang ilmu nutrisi khususnya pakan dan nutrisi ruminansia, dia berusaha untuk mengurangi emisi gas CH4 dan N2O melalui penelitian peningkatan kualitas pakan berserat tinggi khususnya jerami padi teknologi fermentasi dan formulasi konsentrat berbasis sinkronisasi energi dan nitrogen. 

Baca juga: Akademikus Unsoed harapkan situasi tetap kondusif

Ia mengatakan penggunaan daun waru yang mengandung saponin dan flavonoid sebagai aditif alami mampu menurunkan metan dan peningkatan pertambahan berat badan sapi dan efisiensi pakan dan pemilihan bangsa sapi lokal. 

Menurut dia, upaya mengurangi emisi metan dan dinitrogen oksida dengan menerapkan konsep bio ekonomi sirkular melalui integrasi pertanian padi dengan peternakan sapi, kambing dan domba. 

"Kegiatan ini merupakan bagian pengabdian saya untuk mengajak petani dan peternak serta pengambil kebijakan untuk bersama-sama menanggulangi pengurangan emisi metan (CH4) dan nitrogen oksida (N2O). Ini dapat dicapai dengan mengoptimalkan pengelolaan limbah pertanian dan mengurangi penggunaan pupuk nitrogen. Dengan demikian model ini dapat meningkatkan efisiensi usaha peternakan dan pertanian yang pada akhirnya menciptakan Sustainable Agriculture," jelas Prof. Muhamad Bata.
 

Dalam sambutannya, Rektor Unsoed Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc., Agr., IPU mengatakan perguruan tinggi adalah ladang persemaian ilmu pengetahuan, sebagaimana juga dia sebagai padang penggembalaan ide dan gagasan peradaban, sedangkan kampus adalah samudra akan kebajikan dilahirkan sebagaimana dia juga diharapkan menjadi tempat merawat kemanusiaan yang peka akan keberlanjutan kehidupan yang hakiki. 

"Akademisi yang mumpuni dengan disiplin ilmunya, menjadi pemantik lahirnya generasi masa depan yang unggul, riset yang berdaya saing, dan kecerdasan yang berpihak pada apa yang menjadi harapan dari masyarakat, bangsa, negara, serta nilai-nilai kemanusiaan," ungkap Rektor.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa kelima profesor tersebut telah mencapai puncak karier profesionalnya sebagai seorang dosen. 

Baca juga: Mahasiswa Unsoed lakukan penelitian terhadap lumbung paceklik adat Bonokeling

Dalam hal ini, kata dia, profesor adalah jabatan fungsional akademik tertinggi, sebuah pengakuan dari pemerintah Republik Indonesia akan sesuatu yang telah paripurna sebagai pendidik profesional dan ilmuwan dalam tugas-tugas tridarma perguruan tinggi.

Menurut dia, Prof. Muslihudin merupakan guru besar ke-7 di FISIP Unsoed, Prof. Petrus Hary Tjahja Soedibja sebagai guru besar ke-2 pada FPIK Unsoed, Prof. Yunita Sari sebagai guru besar ke-5 di FIKes Unsoed, Prof. Kharisun sebagai guru besar ke-15 di Faperta Unsoed, dan Prof. Muhammad Batta sebagai guru besar yang ke-23 di Fapet Unsoed.  

"Sehingga tercatat saat ini, Unsoed memiliki 119 guru besar, yang insyaallah akan terus bertambah,  aamiin ya rabbal alaamiin," kata Prof. Sodiq.

Selain diikuti oleh Senat, guru besar dan guru besar tamu, para pimpinan universitas, pimpinan fakultas, pimpinan pascasarjana, pimpinan lembaga, civitas academica Unsoed, serta keluarga profesor yang dikukuhkan, acara pengukuhan tersebut juga dihadiri oleh Direktur SDM Kemendikbudristek, Direktur Pembelajaran dan kemahasiswaan Kemendikbudristek, Bappenas, para pimpinan sejumlah universitas, Forkompinda Kabupaten Banyumas, para mitra perbankan, dan Bupati Ende beserta para pimpinan OPD Kabupaten Ende. 

Baca juga: Unsoed jalin kerja sama MBKM dengan TWP Purbasari Pancuran Mas Purbalingga
Baca juga: Akademikus Unsoed : Keanggotaan Timor Leste di ASEAN perlu dikawal

Pewarta : KSM
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024