Semarang (ANTARA) - Sedikitnya 165 lapak pedagang, antara lain kuliner, pakaian, mainan, dan wahana permainan memeriahkan pergelaran Pasar Dugderan Semarang, Jawa Tengah yang kembali digelar setelah dua tahun vakum akibat pandemi COVID-19.
Pasar Dugderan adalah tradisi yang digelar untuk menyambut datangnya bulan puasa Ramadhan, berupa keramaian di kawasan Alun-Alun Semarang.
"Ada 165 lapak pedagang Dugderan. Jam operasional pedagang dibuka mulai pukul 09.00 hingga 21.00 WIB," kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Nurkholis di Semarang, Selasa.
Lapak pedagang lainnya, gerabah dan celengan yang selalu ada di Pasar Dugderan, serta ikon Kota Semarang, Warak Ngedog, hewan imajiner perpaduan binatang kambing, naga, dan "buraq".
Untuk semakin menyemarakkan suasana Pasar Dugderan, pihaknya akan menggelar rangkaian lomba masak dan lomba rebana yang diikuti oleh para pedagang.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu berharap, dengan digelar kembali Pasar Dugderan bisa mendongkrak perekonomian masyarakat, terutama pelaku usaha kecil atau UMKM.
Ita, sapaan akrab Hevearita itu, mengatakan secara esensi Pasar Dugderan tahun ini tetap sama, tetapi tempatnya yang difokuskan di sepanjang Jalan K.H. Agus Salim, bukan di kawasan Jalan Pemuda.
"Sebelumnya kan di Jalan Pemuda. Jadi, kalau mau ke Kota Lama kelihatan terkesan kumuh. Padahal, Kota Lama adalah ikon wisata kita. Makanya, dipindah ke (Jalan, red.) Agus Salim," katanya.
Pasar Dugderan yang sudah dibuka sejak Minggu (12/3), juga mulai dikunjungi masyarakat yang rindu suasana semarak khas pasar malam di Kota Semarang.
Pasar Dugderan akan ditutup dengan prosesi penabuhan bedug yang diawali arak-arakan para pejabat Pemerintah Kota Semarang dan organisasi perangkat dinas menuju Alun-Alun Semarang sehari sebelum memasuki Ramadhan.
"Nanti dipusatkan di Alun-Alun Semarang. Dulu memang di Alun-Alun Semarang, terus jadi pasar. Nah, sekarang Alun-Alun Semarang kan sudah dibangun lagi, jadi kembali ke situ," katanya.
Nada (22), pengunjung Pasar Dugderan, mengaku senang dengan digelar kembali tradisi Kota Semarang itu setelah cukup lama vakum.
Ia berharap, tradisi itu tetap bertahan sepanjang masa.
"Seneng banget. Kayak pasar malam, banyak makanannya juga. Kebetulan lagi longgar, main ke sini. Nemenin temen," kata warga Sendangmulyo Semarang itu, diamini sang kawan, Rinna (23).
Baca juga: "Dugderan" digelar jelang Ramadhan, tanpa arak-arakan
Pasar Dugderan adalah tradisi yang digelar untuk menyambut datangnya bulan puasa Ramadhan, berupa keramaian di kawasan Alun-Alun Semarang.
"Ada 165 lapak pedagang Dugderan. Jam operasional pedagang dibuka mulai pukul 09.00 hingga 21.00 WIB," kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Nurkholis di Semarang, Selasa.
Lapak pedagang lainnya, gerabah dan celengan yang selalu ada di Pasar Dugderan, serta ikon Kota Semarang, Warak Ngedog, hewan imajiner perpaduan binatang kambing, naga, dan "buraq".
Untuk semakin menyemarakkan suasana Pasar Dugderan, pihaknya akan menggelar rangkaian lomba masak dan lomba rebana yang diikuti oleh para pedagang.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu berharap, dengan digelar kembali Pasar Dugderan bisa mendongkrak perekonomian masyarakat, terutama pelaku usaha kecil atau UMKM.
Ita, sapaan akrab Hevearita itu, mengatakan secara esensi Pasar Dugderan tahun ini tetap sama, tetapi tempatnya yang difokuskan di sepanjang Jalan K.H. Agus Salim, bukan di kawasan Jalan Pemuda.
"Sebelumnya kan di Jalan Pemuda. Jadi, kalau mau ke Kota Lama kelihatan terkesan kumuh. Padahal, Kota Lama adalah ikon wisata kita. Makanya, dipindah ke (Jalan, red.) Agus Salim," katanya.
Pasar Dugderan yang sudah dibuka sejak Minggu (12/3), juga mulai dikunjungi masyarakat yang rindu suasana semarak khas pasar malam di Kota Semarang.
Pasar Dugderan akan ditutup dengan prosesi penabuhan bedug yang diawali arak-arakan para pejabat Pemerintah Kota Semarang dan organisasi perangkat dinas menuju Alun-Alun Semarang sehari sebelum memasuki Ramadhan.
"Nanti dipusatkan di Alun-Alun Semarang. Dulu memang di Alun-Alun Semarang, terus jadi pasar. Nah, sekarang Alun-Alun Semarang kan sudah dibangun lagi, jadi kembali ke situ," katanya.
Nada (22), pengunjung Pasar Dugderan, mengaku senang dengan digelar kembali tradisi Kota Semarang itu setelah cukup lama vakum.
Ia berharap, tradisi itu tetap bertahan sepanjang masa.
"Seneng banget. Kayak pasar malam, banyak makanannya juga. Kebetulan lagi longgar, main ke sini. Nemenin temen," kata warga Sendangmulyo Semarang itu, diamini sang kawan, Rinna (23).
Baca juga: "Dugderan" digelar jelang Ramadhan, tanpa arak-arakan