Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu kembali membagikan pengalamannya menangani tengkes atau kekerdilan di Kota Atlas pada kegiatan "Kick Off Meeting Pancasila Dalam Tindakan" yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Ita, sapaan akrab Hevearita, diundang sebagai salah satu pembicara kegiatan yang digelar di Jakarta, Kamis, mengangkat tema "Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual Pada Anak Dan Perempuan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Serta Mengantisipasi Bencana".
Baca juga: Wali Kota Semarang tegaskan penanganan stunting harus lintas sektor
Pada kesempatan itu, Ita mengutip dari buku "Resep Makanan Baduta dan Ibu Hamil untuk Generasi Emas Indonesia" yang digagas Megawati Soekarnoputri untuk mengatasi tengkes melalui makanan yang murah, murah, dan bisa disantap seluruh keluarga.
"Buktinya apa kami mengimplementasikan ini, dua bulan kami intervensi (memberi makanan dari resep tersebut) dari 79 anak yang setiap hari dimasakkan menu-menu ini bisa turun sampai anak-anaknya ini yang turun adalah sekitar 20 orang," ungkapnya.
"Kemudian ibu-ibu yang sakit atau yang tadi kekurangan energi kronis dan sebagainya ini bisa ada dari 12 orang ini bisa turun menjadi yang bebas sakit ini menjadi 6 orang," papar Ita.
Baca juga: Hasil SSGI 2022: Prevalensi tengkes di Jateng 20,8 persen
Ita juga berpendapat bahwa sebagai pimpinan daerah pihaknya tidak boleh "jarkoni" alias "ngajari iso tapi ora iso nglakoni" (bisa memerintah bisa menginstruksikan tapi tidak bisa mempraktikkan).
Karena itu, pihaknya rutin menggelar program Dahsyat (Dapur Sehat Atasi Stunting) di kecamatan-kecamatan untuk mendemonstrasikan memasak makanan menu-menu penanganan tengkes dengan bahan-bahan lokal yang mudah didapatkan masyarakat.
Di samping itu, Ita juga terus mendorong program dan inovasi lain yang mendukung seperti Kebun Gizi, Pelayanan Kesehatan Balita Gizi Buruk, hingga intervensi promotif pada ibu hamil.
Insya Allah minggu depan, lanjut Ita, pihaknya juga akan melaunching Rumah Pelita (rumah penanganan tengkes lintas sektor bagi baduta) Jadi kami buat semacam rumah penitipan atau 'daycare'. Di situ nanti ada juru masaknya dan juga psikolog yang akan memeriksa bagaimana kondisi motorik serta IQ anak-anak stunting.
"Karena pasti anak stunting ini mempunyai kekurangan-kekurangan yang harus diobati. Sasarannya adalah anak-anak stunting dan orang tuanya tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan anaknya (karena sibuk berkerja misalnya)," jelasnya.
Baca juga: BKKBN puji penanganan tengkes di Jateng, minta daerah lain untuk replikasi
Sementara itu, Kepala BPIP Yudian Wahyudi mengungkapkan ada tiga tujuan utama dari kegiatan itu, yakni mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila, kemudian menggugah, menggali, dan menyebarkan kesadaran akan pentingnya pencegahan tengkes, kekerasan seksual pada anak dan perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, serta mengantisipasi bencana.
Yang ketiga, untuk merumuskan langkah-langkah pencegahannya.
"Hal ini tentunya bagian dari tanggung jawab semua pihak, untuk berupaya merealisasikannya, sesuai dengan tugas dan fungsi kelembagaan masing-masing, dengan tetap mendorong kerja-kerja gotong royong antar kelembagaan, sehingga semangat aktualisasi nilai-nilai Pancasila terjaga kehadirannya," katanya.
kegiatan tersebut adalah hasil kolaborasi antara BPIP, BKKBN, KemenPPPA, Kementerian PANRB, dan BRIN yang dilaksanakan secara luring dan daring dan juga dihadiri menteri dan lembaga yang terlibat serta kepala daerah yang berhasil menangani tengkes di daerahnya.
Ita, sapaan akrab Hevearita, diundang sebagai salah satu pembicara kegiatan yang digelar di Jakarta, Kamis, mengangkat tema "Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual Pada Anak Dan Perempuan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Serta Mengantisipasi Bencana".
Baca juga: Wali Kota Semarang tegaskan penanganan stunting harus lintas sektor
Pada kesempatan itu, Ita mengutip dari buku "Resep Makanan Baduta dan Ibu Hamil untuk Generasi Emas Indonesia" yang digagas Megawati Soekarnoputri untuk mengatasi tengkes melalui makanan yang murah, murah, dan bisa disantap seluruh keluarga.
"Buktinya apa kami mengimplementasikan ini, dua bulan kami intervensi (memberi makanan dari resep tersebut) dari 79 anak yang setiap hari dimasakkan menu-menu ini bisa turun sampai anak-anaknya ini yang turun adalah sekitar 20 orang," ungkapnya.
"Kemudian ibu-ibu yang sakit atau yang tadi kekurangan energi kronis dan sebagainya ini bisa ada dari 12 orang ini bisa turun menjadi yang bebas sakit ini menjadi 6 orang," papar Ita.
Baca juga: Hasil SSGI 2022: Prevalensi tengkes di Jateng 20,8 persen
Ita juga berpendapat bahwa sebagai pimpinan daerah pihaknya tidak boleh "jarkoni" alias "ngajari iso tapi ora iso nglakoni" (bisa memerintah bisa menginstruksikan tapi tidak bisa mempraktikkan).
Karena itu, pihaknya rutin menggelar program Dahsyat (Dapur Sehat Atasi Stunting) di kecamatan-kecamatan untuk mendemonstrasikan memasak makanan menu-menu penanganan tengkes dengan bahan-bahan lokal yang mudah didapatkan masyarakat.
Di samping itu, Ita juga terus mendorong program dan inovasi lain yang mendukung seperti Kebun Gizi, Pelayanan Kesehatan Balita Gizi Buruk, hingga intervensi promotif pada ibu hamil.
Insya Allah minggu depan, lanjut Ita, pihaknya juga akan melaunching Rumah Pelita (rumah penanganan tengkes lintas sektor bagi baduta) Jadi kami buat semacam rumah penitipan atau 'daycare'. Di situ nanti ada juru masaknya dan juga psikolog yang akan memeriksa bagaimana kondisi motorik serta IQ anak-anak stunting.
"Karena pasti anak stunting ini mempunyai kekurangan-kekurangan yang harus diobati. Sasarannya adalah anak-anak stunting dan orang tuanya tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan anaknya (karena sibuk berkerja misalnya)," jelasnya.
Baca juga: BKKBN puji penanganan tengkes di Jateng, minta daerah lain untuk replikasi
Sementara itu, Kepala BPIP Yudian Wahyudi mengungkapkan ada tiga tujuan utama dari kegiatan itu, yakni mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila, kemudian menggugah, menggali, dan menyebarkan kesadaran akan pentingnya pencegahan tengkes, kekerasan seksual pada anak dan perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, serta mengantisipasi bencana.
Yang ketiga, untuk merumuskan langkah-langkah pencegahannya.
"Hal ini tentunya bagian dari tanggung jawab semua pihak, untuk berupaya merealisasikannya, sesuai dengan tugas dan fungsi kelembagaan masing-masing, dengan tetap mendorong kerja-kerja gotong royong antar kelembagaan, sehingga semangat aktualisasi nilai-nilai Pancasila terjaga kehadirannya," katanya.
kegiatan tersebut adalah hasil kolaborasi antara BPIP, BKKBN, KemenPPPA, Kementerian PANRB, dan BRIN yang dilaksanakan secara luring dan daring dan juga dihadiri menteri dan lembaga yang terlibat serta kepala daerah yang berhasil menangani tengkes di daerahnya.