Semarang (ANTARA) - Mengawali karir sebagai guru honorer di sekolah perkebunan, tidak membuat Diannita Ayu Kurniasih setengah hati memberikan pelayanan kepada peserta didiknya. Ia mencurahkan seluruh pengetahuan, pengalaman, serta ide-ide kreatif yang dimilikinya.
Totalitas itulah yang kemudian mengantarkan Diannita menjadi pegawai negeri sipil (PNS) pada tahun kelima pengabdiannya menjadi guru honorer. Wujud syukur terus diperlihatkan dengan terus meningkatkan kinerja, sehingga pada tahun keempat penempatan sebagai guru di sekolah lereng gunung mengantarkannya menjadi guru di pusat kota kecamatan.
Diannita terus mengembangkan potensinya dengan menerapkan pembelajaran aktif dan bervariatif sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Baca juga: Tingkatkan karakter siswa dengan P5
Pengelolaan kelas dilakukan sesuai minat serta kondisi sekolah, termasuk dalam posisinya sebagai guru kelas pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yang membuatnya banyak belajar bagaimana mereka memproses dan menerima pembelajaran.
Pengalaman mengabdikan diri di dunia pendidikan terus berlanjut dan Diannita dipercaya menjadi kepala sekolah di sebuah satuan pendidikan.
Berbekal pengalaman sebagai fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation, Diannita kemudian menghasilkan inovasi untuk melihat peluang yang dapat dikembangkan salah satunya manajemen orkestrasi.
Manajemen Orkestrasi
Istilah Orkestrasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti seni mengolah karya musik, sehingga dapat dimainkan oleh sekelompok musisi menjadi suatu orkes/simponi. Dari istilah tersebut, Diannita Ayu Kurniasih menggagas manajemen orkestrasi pendidikan.
Manajemen orkestrasi pendidikan merupakan sebuah pengelolaan pelayanan yang menitikberatkan pada pemberdayaan sumber daya internal serta eksternal sekolah agar potensi dan aktualisasi guru juga peserta didik dapat mencapai hasil yang maksimal.
Gagasan mengenai manajemen orkestrasi pendidikan tersebut merupakan bentuk adaptasi dan adopsi dari pengelolaan manajemen bisnis, dimana Diannita menganalogikan bahwa sekolah harus memberikan pelayanan terbaik bagi nasabahnya, yaitu para pengguna pendidikan.
"Bisnis yang saya artikan di sini bukan berarti usaha untuk mendapatkan keuntungan, tetapi usaha dalam mengelola pelayanan pendidikan, sehingga para pengguna pendidikan tertarik untuk masuk ke dalamnya. Saya yakin jika aset yang kita punya dioptimalkan maka akan menjadi daya tarik tersendiri dan sekolah akan memiliki ciri khas dalam pelayanannya," kata Diannita.
Baca juga: Belajar dari Oky, anak inklusif pembawa inspirasi
Seiring berjalannya waktu, gagasan mengenai manajemen orkestrasi pendidikan mengantarkan Diannita menerima apresiasi sebagai juara 1 PNS berprestasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kendal pada Senin, 9 Januari 2023.
Diannita berhasil melalui berbagai tahapan seleksi penerimaan anugerah tersebut, mulai dari seleksi administrasi dan portofolio, penulisan makalah, paparan, serta wawancara.
Pada seleksi terakhir, Diannita mampu meyakinkan tim penilai bahwa inovasi manajemen orkestrasi pendidikan dapat diterapkan di instansi mana pun karena menurutnya, inovasi akan mubazir jika tidak atau sulit untuk diterapkan di instansi lain.
Baca juga: Beragam program tuk perkuat karakter pelajar Pancasila
*Penulis: Mothy Rahmat H
Comms Specialist Tanoto Foundation
Totalitas itulah yang kemudian mengantarkan Diannita menjadi pegawai negeri sipil (PNS) pada tahun kelima pengabdiannya menjadi guru honorer. Wujud syukur terus diperlihatkan dengan terus meningkatkan kinerja, sehingga pada tahun keempat penempatan sebagai guru di sekolah lereng gunung mengantarkannya menjadi guru di pusat kota kecamatan.
Diannita terus mengembangkan potensinya dengan menerapkan pembelajaran aktif dan bervariatif sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Baca juga: Tingkatkan karakter siswa dengan P5
Pengelolaan kelas dilakukan sesuai minat serta kondisi sekolah, termasuk dalam posisinya sebagai guru kelas pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yang membuatnya banyak belajar bagaimana mereka memproses dan menerima pembelajaran.
Pengalaman mengabdikan diri di dunia pendidikan terus berlanjut dan Diannita dipercaya menjadi kepala sekolah di sebuah satuan pendidikan.
Berbekal pengalaman sebagai fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation, Diannita kemudian menghasilkan inovasi untuk melihat peluang yang dapat dikembangkan salah satunya manajemen orkestrasi.
Manajemen Orkestrasi
Istilah Orkestrasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti seni mengolah karya musik, sehingga dapat dimainkan oleh sekelompok musisi menjadi suatu orkes/simponi. Dari istilah tersebut, Diannita Ayu Kurniasih menggagas manajemen orkestrasi pendidikan.
Manajemen orkestrasi pendidikan merupakan sebuah pengelolaan pelayanan yang menitikberatkan pada pemberdayaan sumber daya internal serta eksternal sekolah agar potensi dan aktualisasi guru juga peserta didik dapat mencapai hasil yang maksimal.
Gagasan mengenai manajemen orkestrasi pendidikan tersebut merupakan bentuk adaptasi dan adopsi dari pengelolaan manajemen bisnis, dimana Diannita menganalogikan bahwa sekolah harus memberikan pelayanan terbaik bagi nasabahnya, yaitu para pengguna pendidikan.
"Bisnis yang saya artikan di sini bukan berarti usaha untuk mendapatkan keuntungan, tetapi usaha dalam mengelola pelayanan pendidikan, sehingga para pengguna pendidikan tertarik untuk masuk ke dalamnya. Saya yakin jika aset yang kita punya dioptimalkan maka akan menjadi daya tarik tersendiri dan sekolah akan memiliki ciri khas dalam pelayanannya," kata Diannita.
Baca juga: Belajar dari Oky, anak inklusif pembawa inspirasi
Seiring berjalannya waktu, gagasan mengenai manajemen orkestrasi pendidikan mengantarkan Diannita menerima apresiasi sebagai juara 1 PNS berprestasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kendal pada Senin, 9 Januari 2023.
Diannita berhasil melalui berbagai tahapan seleksi penerimaan anugerah tersebut, mulai dari seleksi administrasi dan portofolio, penulisan makalah, paparan, serta wawancara.
Pada seleksi terakhir, Diannita mampu meyakinkan tim penilai bahwa inovasi manajemen orkestrasi pendidikan dapat diterapkan di instansi mana pun karena menurutnya, inovasi akan mubazir jika tidak atau sulit untuk diterapkan di instansi lain.
Baca juga: Beragam program tuk perkuat karakter pelajar Pancasila
*Penulis: Mothy Rahmat H
Comms Specialist Tanoto Foundation