Semarang (ANTARA) - Organisasi nirlaba Yayasan Anak Bangsa Bisa meluncurkan program "Semarang Berdaya" sebagai bagian dari upaya mengurangi risiko banjir serta meningkatkan cadangan air tanah di wilayah Ibu Kota Jawa Tengah tersebut.
Kepala Pemasaran dan Komunikasi Yayasan Anak Bangsa Bisa, Varyan Griyandi, saat peluncuran "Semarang Berdaya" di Semarang, Rabu, mengatakan, Ibu Kota Jawa Tengah ini merupakan kota kedua sebagai tempat untuk proyek percontohan penanganan banjir setelah di Lampung.
"Sebagai percontohan, proyek dilaksanakan di wilayah Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, yang masuk dalam Daerah Aliran Sungai Babon," katanya.
Pemilihan wilayah Meteseh sebagai lokasi proyek percontohan tersebut, kata dia, didasarkan atas pengalaman yang dialami kawasan itu yang sering dilanda banjir saat musim hujan.
Yayasan Anak Bangsa Baik sendiri menggandeng Reservo Air sebagai pelaksana proyek.
Baca juga: Semarang tambah lima alat peringatan dini banjir
Ia menjelaskan dari hasil identifikasi wilayah Meteseh, maka program yang dilaksanakan dalam upaya mengurangi risiko banjir dengan mengaplikasikan paving blok berpori serta sumur resapan.
Luasan penerapan paving blok berpori di wilayah Meteseh mencapai 1.500 meter persegi dengan debit air yang diperkirakan terserap hingga 39 ribu liter per tahun.
"Diharapkan bertahap mengurangi banjir di daerah itu. Jika ini berhasil, rencananya akan direplikasi ke daerah lain," katanya.
Sementara Kepala Badan Perencanaan Daerah Kota Semarang Budi Prakosa menyambut baik program yang diluncurkan oleh organisasi nirlaba yang merupakan bagian dari grup Goto ini.
Menurut dia, Pemerintah Kota Semarang tidak berhenti untuk berinovasi dalam mengatasi masalah banjir.
Meski demikian, kata dia, berbagai wacana penanganan masalah banjir tersebut berkaitan dengan kebutuhan anggaran.
Program "Semarang Berdaya" ini, kata dia, memungkinkan dilaksanakan dengan menggandeng pihak ketiga.
Baca juga: Kanal Banjir Barat Semarang dapat tambahan puluhan ribu benih ikan
Baca juga: Pelindo mulai antisipasi rob Pelabuhan Tanjung Emas
Kepala Pemasaran dan Komunikasi Yayasan Anak Bangsa Bisa, Varyan Griyandi, saat peluncuran "Semarang Berdaya" di Semarang, Rabu, mengatakan, Ibu Kota Jawa Tengah ini merupakan kota kedua sebagai tempat untuk proyek percontohan penanganan banjir setelah di Lampung.
"Sebagai percontohan, proyek dilaksanakan di wilayah Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, yang masuk dalam Daerah Aliran Sungai Babon," katanya.
Pemilihan wilayah Meteseh sebagai lokasi proyek percontohan tersebut, kata dia, didasarkan atas pengalaman yang dialami kawasan itu yang sering dilanda banjir saat musim hujan.
Yayasan Anak Bangsa Baik sendiri menggandeng Reservo Air sebagai pelaksana proyek.
Baca juga: Semarang tambah lima alat peringatan dini banjir
Ia menjelaskan dari hasil identifikasi wilayah Meteseh, maka program yang dilaksanakan dalam upaya mengurangi risiko banjir dengan mengaplikasikan paving blok berpori serta sumur resapan.
Luasan penerapan paving blok berpori di wilayah Meteseh mencapai 1.500 meter persegi dengan debit air yang diperkirakan terserap hingga 39 ribu liter per tahun.
"Diharapkan bertahap mengurangi banjir di daerah itu. Jika ini berhasil, rencananya akan direplikasi ke daerah lain," katanya.
Sementara Kepala Badan Perencanaan Daerah Kota Semarang Budi Prakosa menyambut baik program yang diluncurkan oleh organisasi nirlaba yang merupakan bagian dari grup Goto ini.
Menurut dia, Pemerintah Kota Semarang tidak berhenti untuk berinovasi dalam mengatasi masalah banjir.
Meski demikian, kata dia, berbagai wacana penanganan masalah banjir tersebut berkaitan dengan kebutuhan anggaran.
Program "Semarang Berdaya" ini, kata dia, memungkinkan dilaksanakan dengan menggandeng pihak ketiga.
Baca juga: Kanal Banjir Barat Semarang dapat tambahan puluhan ribu benih ikan
Baca juga: Pelindo mulai antisipasi rob Pelabuhan Tanjung Emas