Purwokerto (ANTARA) - Tim Mahasiswa Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, berhasil menciptakan inovasi Jamu Oles Ekstrak Daun Kersen Sebagai Terapi Antiseptik, Antiinflamasi, serta Pemudar Bekas Luka.
Tiga anggota Tim Farmasi UMP tersebut, yakni Nur Safitri, Naurah Syifa, dan Ananda Syafila dengan dosen pembimbing apt. Arini Syarifah, M.Si.
Ketua Tim Nur Safitri mengatakan inovasi jamu oles obat luka yang dibuat itu tidak hanya mencegah infeksi tetapi sekaligus dapat menyamarkan bekas luka.
"Daun kersen pemanfaatanya masih terbatas. Padahal, daun kersen dapat digunakan sebagai antiinflamasi serta antibakteri," katanya.
Selain itu, kata dia, di pasaran belum ada obat luka oles yang terbuat dari daun keresen.
"Tentunya sangat menjanjikan dan dapat bersaing dengan produk obat luka lain yang sudah ada di pasaran," kata Safitri di Purwokerto, Kamis (15/9).
Lebih lanjut, dia mengatakan jamu oles tersebut juga mengandung ekstrak lidah buaya yang dapat membantu memudarkan bekas luka.
Baca juga: Abidah El Khalieqy dan Hamdy Salad ajak mahasiswa PBSI UMP berpikir kreatif dalam berkarya
Menurut dia, ide bisnis yang terinspirasi dari penelitian daun kersen yang dilakukan oleh Imro'atul dan kawan-kawan berhasil memperoleh pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) dari Kemendikbudristek dengan judul "Peluang Usaha Jamu Oles `Versen` 3 In 1 Sebagai Terapi Luka Tiga Efek (Antiseptik, Antiinflamasi, serta Pemudar Bekas Luka)".
Sementara itu, dosen pembimbing apt. Arini Syarifah, M.Si. mengatakan tim yang dibimbingnya menggagas terobosan produk jamu baru, yaitu obat luka berbahan dasar alam daun kersen dan lidah buaya.
"Peluang usaha jamu khususnya jamu oles untuk terapi luka dengan menggunakan daun kersen sangat menjanjikan mengingat tanaman ini sangat mudah dijumpai di mana-mana dan bahan baku yang digunakan juga murah," katanya.
Menurut dia, produk tersebut dapat dikembangkan lebih jauh sehingga dapat menjadi produk jamu asli Indonesia.
"Saat ini sedang dilakukan pengkajian dokumen untuk didaftarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapatkan izin edar, sehingga diharapkan produk ini dapat dijual tidak hanya di dalam Indonesi, juga di luar Indonesia," kata Arini. (tgr)
Baca juga: Cegah rambut rontok, lima mahasiswa Farmasi UMP ini manfaatkan limbah cangkang telur
Baca juga: Mahasiswa Hukum UMP terpilih menjadi Kakang Banyumas 2022
Tiga anggota Tim Farmasi UMP tersebut, yakni Nur Safitri, Naurah Syifa, dan Ananda Syafila dengan dosen pembimbing apt. Arini Syarifah, M.Si.
Ketua Tim Nur Safitri mengatakan inovasi jamu oles obat luka yang dibuat itu tidak hanya mencegah infeksi tetapi sekaligus dapat menyamarkan bekas luka.
"Daun kersen pemanfaatanya masih terbatas. Padahal, daun kersen dapat digunakan sebagai antiinflamasi serta antibakteri," katanya.
Selain itu, kata dia, di pasaran belum ada obat luka oles yang terbuat dari daun keresen.
"Tentunya sangat menjanjikan dan dapat bersaing dengan produk obat luka lain yang sudah ada di pasaran," kata Safitri di Purwokerto, Kamis (15/9).
Lebih lanjut, dia mengatakan jamu oles tersebut juga mengandung ekstrak lidah buaya yang dapat membantu memudarkan bekas luka.
Baca juga: Abidah El Khalieqy dan Hamdy Salad ajak mahasiswa PBSI UMP berpikir kreatif dalam berkarya
Menurut dia, ide bisnis yang terinspirasi dari penelitian daun kersen yang dilakukan oleh Imro'atul dan kawan-kawan berhasil memperoleh pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) dari Kemendikbudristek dengan judul "Peluang Usaha Jamu Oles `Versen` 3 In 1 Sebagai Terapi Luka Tiga Efek (Antiseptik, Antiinflamasi, serta Pemudar Bekas Luka)".
Sementara itu, dosen pembimbing apt. Arini Syarifah, M.Si. mengatakan tim yang dibimbingnya menggagas terobosan produk jamu baru, yaitu obat luka berbahan dasar alam daun kersen dan lidah buaya.
"Peluang usaha jamu khususnya jamu oles untuk terapi luka dengan menggunakan daun kersen sangat menjanjikan mengingat tanaman ini sangat mudah dijumpai di mana-mana dan bahan baku yang digunakan juga murah," katanya.
Menurut dia, produk tersebut dapat dikembangkan lebih jauh sehingga dapat menjadi produk jamu asli Indonesia.
"Saat ini sedang dilakukan pengkajian dokumen untuk didaftarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapatkan izin edar, sehingga diharapkan produk ini dapat dijual tidak hanya di dalam Indonesi, juga di luar Indonesia," kata Arini. (tgr)
Baca juga: Cegah rambut rontok, lima mahasiswa Farmasi UMP ini manfaatkan limbah cangkang telur
Baca juga: Mahasiswa Hukum UMP terpilih menjadi Kakang Banyumas 2022