Purwokerto (ANTARA) - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, berhasil membuat inovasi berupa cerobong asap yang dapat memfiltrasi sekaligus mereduksi gas karbondioksida (CO2).
Tim PKM-KC yang diketuai Agung Budiyono Wongso itu beranggotakan Gibran Syaillendra Wiscnu Murti, dan Muhamad Ilyas Zainul Furqon serta dibimbing oleh Dosen Pembimbing dari Fakultas MIPA Unsoed Dr. Mukhtar Effendi, S.Si, M.Eng.
Agung Budiyono Wongso mengatakan bahwa ide tersebut bermula dari pengalamannya beserta teman-temannya saat melintas pada kawasan industri yang penuh asap dan panas yang dihasilkan oleh aktivitas industri, sehingga mereka merasa gerah di sepanjang perjalanan.
"Proses industri tak luput dari penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi gas buangan, salah satunya adalah karbondioksida. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas hidup masyarakat yang semakin rendah," katanya.
Menurut dia, emisi gas karbondioksida dapat menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan seperti gangguan pernapasan, iritasi, bahkan keracunan.
Selain itu, kata dia, proses industri juga menghasilkan limbah panas yang juga berdampak pada lingkungan sekitar.
Baca juga: Halal Center Unsoed Purwokerto gelar pelatihan pendamping proses produk halal "batch 3"
"Dari permasalahan tersebut, kami yang berasal dari Prodi S1 Kimia Unsoed mendapatkan ide untuk membuat sebuah prototipe cerobong asap yang memanfaatkan teknologi sederhana yang dapat memfiltrasi asap dan pengelolaan konversi limbah panas yang kemudian diubah menjadi energi listrik," kata Agung.
Menurut dia, rancangan prototipe cerobong asap tersebut diberi nama ECO-E (Electric Carbon Dioxide to Oxygen Converter and Energy Conversion).
Ia mengatakan filtrasi ini menggunakan penerapan metode fenomena elektrokimia untuk mereduksi karbondioksida yang dapat mengubahnya menjadi oksigen (O2) melalui reaksi redoks.
"Alat ini memiliki efektivitas dengan efisiensi faraday yang mencapai lebih dari 90 persen," katanya.
Selain itu, kata dia, untuk mengubah energi panas menjadi listrik digunakan sebuah modul Thermoelectric Generator (TEG) sebagai pengonversi listrik dengan menggunakan fenomena Seebeck Effect yang memanfaatkan perbedaan suhu di antara kedua sisinya dan menghasilkan sebuah arus listrik DC.
Listrik yang dihasilkan kemudian disimpan pada sebuah baterai yang nantinya dapat digunakan. Bahkan, listrik tersebut juga digunakan pada proses pereduksi karbondioksida.
Dengan demikian, prototipe cerobong asap tersebut tidak membutuhkan energi dari luar melainkan dapat menghasilkan energi listrik secara mandiri.
"Pembuatan prototipe ini diharapkan dapat mengurangi dampak polusi yang diakibatkan dari proses industri yang mempengaruhi langsung terhadap lingkungan maupun masyarakat luas. Alat ini juga menghasilkan listrik yang bisa dimanfaatkan sebagai listrik alternatif," kata Agung.
Baca juga: Mahasiswa Unsoed Purwokerto manfaatkan limbah teh untuk formulasi pupuk
Baca juga: FEB Unsoed Purwokerto dukung percerpatan transformasi digital
Tim PKM-KC yang diketuai Agung Budiyono Wongso itu beranggotakan Gibran Syaillendra Wiscnu Murti, dan Muhamad Ilyas Zainul Furqon serta dibimbing oleh Dosen Pembimbing dari Fakultas MIPA Unsoed Dr. Mukhtar Effendi, S.Si, M.Eng.
Agung Budiyono Wongso mengatakan bahwa ide tersebut bermula dari pengalamannya beserta teman-temannya saat melintas pada kawasan industri yang penuh asap dan panas yang dihasilkan oleh aktivitas industri, sehingga mereka merasa gerah di sepanjang perjalanan.
"Proses industri tak luput dari penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi gas buangan, salah satunya adalah karbondioksida. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas hidup masyarakat yang semakin rendah," katanya.
Menurut dia, emisi gas karbondioksida dapat menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan seperti gangguan pernapasan, iritasi, bahkan keracunan.
Selain itu, kata dia, proses industri juga menghasilkan limbah panas yang juga berdampak pada lingkungan sekitar.
Baca juga: Halal Center Unsoed Purwokerto gelar pelatihan pendamping proses produk halal "batch 3"
"Dari permasalahan tersebut, kami yang berasal dari Prodi S1 Kimia Unsoed mendapatkan ide untuk membuat sebuah prototipe cerobong asap yang memanfaatkan teknologi sederhana yang dapat memfiltrasi asap dan pengelolaan konversi limbah panas yang kemudian diubah menjadi energi listrik," kata Agung.
Menurut dia, rancangan prototipe cerobong asap tersebut diberi nama ECO-E (Electric Carbon Dioxide to Oxygen Converter and Energy Conversion).
Ia mengatakan filtrasi ini menggunakan penerapan metode fenomena elektrokimia untuk mereduksi karbondioksida yang dapat mengubahnya menjadi oksigen (O2) melalui reaksi redoks.
"Alat ini memiliki efektivitas dengan efisiensi faraday yang mencapai lebih dari 90 persen," katanya.
Selain itu, kata dia, untuk mengubah energi panas menjadi listrik digunakan sebuah modul Thermoelectric Generator (TEG) sebagai pengonversi listrik dengan menggunakan fenomena Seebeck Effect yang memanfaatkan perbedaan suhu di antara kedua sisinya dan menghasilkan sebuah arus listrik DC.
Listrik yang dihasilkan kemudian disimpan pada sebuah baterai yang nantinya dapat digunakan. Bahkan, listrik tersebut juga digunakan pada proses pereduksi karbondioksida.
Dengan demikian, prototipe cerobong asap tersebut tidak membutuhkan energi dari luar melainkan dapat menghasilkan energi listrik secara mandiri.
"Pembuatan prototipe ini diharapkan dapat mengurangi dampak polusi yang diakibatkan dari proses industri yang mempengaruhi langsung terhadap lingkungan maupun masyarakat luas. Alat ini juga menghasilkan listrik yang bisa dimanfaatkan sebagai listrik alternatif," kata Agung.
Baca juga: Mahasiswa Unsoed Purwokerto manfaatkan limbah teh untuk formulasi pupuk
Baca juga: FEB Unsoed Purwokerto dukung percerpatan transformasi digital