Purwokerto (ANTARA) - Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menggelar kuliah umum dengan tema "Peran Komunikasi Sains Bagi Peningkatan Kesehatan Masyarakat".
Kuliah umum yang diselenggarakan secara daring, Kamis (7/7), menghadirkan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Ilham Akhsanu Ridlo, S.K.M., M.Kes. sebagai narasumber.
Kegiatan tersebut dilatarbelakangi oleh semakin berkembang pesatnya media digital dan ekosistem media sosial sebagai saluran komunikasi yang kuat.
Sebagian besar masyarakat mencari informasi tentang permasalahan kesehatan pada berbagai saluran berbasis digital dan interaktif seperti internet, media sosial dan platform berbagai konten sebagai sumber informasi utama mereka.
Oleh karena itu, kuliah umum tersebut bertujuan untuk memahami sejauh mana peran komunikasi sains dalam peningkatan kesehatan masyarakat, memahami strategi komunikasi sains dalam peningkatan kesehatan masyarakat, serta mengenal berbagai bentuk media yang efektif dalam penyampaian komunikasi sains pada pengambil kebijakan maupun masyarakat luas.
Sementara dalam paparannya, lham Akhsanu Ridlo, S.K.M., M.Kes. menyampaikan materinya dalam tiga bagian, yakni bagian pertama tentang Komunikasi Sains, bagian kedua tentang Komunikasi Sains dan Kesehatan Masyarakat (Pembelajaran Pandemi COVID-19 di Era Media Sosial), serta bagian ketiga mengenai Komunikasi Sains dan Sosial Media.
Mengawali pemaparannya, Ilham yang merupakan mahasiswa Program Doktor di Ludwig-Maximilian-Universität Munchen Jerman itu menjelaskan secara detail definisi dari komunikasi dan media.
Baca juga: Fapet Unsoed bangun mes "Teaching Farm" hibah dari PT Charoen Pokphand Indonesia
Ia juga menjelaskan tentang piramida komunikasi, pengertian komunikasi sains, aktor, dan tipe komunikasi sains serta alasan pentingnya kegiatan komunikasi.
"Menjadi komunikator yang baik pada umumnya akan membantu para ilmuwan untuk menjadi komunikator sains yang lebih baik untuk, pertama, membantu publik memahami sains sebagai bagian dari kehidupan nyata mereka," kata dia yang melakukan riset dengan topik "An Alliance of Science Journalists and Scientists During The COVID-19 Pandemic".
Selanjutnya yang kedua, kata dia, membantu pembuat kebijakan dan warga negara untuk membuat keputusan yang sesuai dengan bukti ilmiah (evidence/scientific-based policy).
"Ketiga, membantu dalam mengedukasi publik dan kritis terhadap ancaman atau krisis lingkungan yang dihadapi planet kita untuk lebih membentuk arah keputusan politik dan kebijakan yang mendukung perbaikan lingkungan hidup," katanya.
Terkait dengan peran esensial komunikasi sains di masa krisis kesehatan (pandemi), Ilham mengatakan hal itu di antaranya mengomunikasikan fakta dan melawan informasi yang menyesatkan, mengomunikasikan risiko di masa krisis dan kondisi yang tidak terprediksi, serta edukasi publik untuk membentuk masyarakat yang "melek sains".
Selain itu, kata dia, meningkatkan kesadaran atau motivasi untuk tindakan pencegahan COVID-19 berupa memakai masker, cuci tangan, dan mengurangi mobilitas non esensial serta menekan angka infeksius dan tingkat keparahan coronavirus, juga advokasi kebijakan kesehatan kepada stakeholder (evidence-based policy).
Ia pun memaparkan tips berkomunikasi sains di media sosial dan indikator kualitas komunikasi sains.
Baca juga: Charoen Pokphand Indonesia serahkan beasiswa untuk mahasiswa Unsoed
Baca juga: Tantangan dunia penerjemahan dan pariwisata di era digital
Kuliah umum yang diselenggarakan secara daring, Kamis (7/7), menghadirkan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Ilham Akhsanu Ridlo, S.K.M., M.Kes. sebagai narasumber.
Kegiatan tersebut dilatarbelakangi oleh semakin berkembang pesatnya media digital dan ekosistem media sosial sebagai saluran komunikasi yang kuat.
Sebagian besar masyarakat mencari informasi tentang permasalahan kesehatan pada berbagai saluran berbasis digital dan interaktif seperti internet, media sosial dan platform berbagai konten sebagai sumber informasi utama mereka.
Oleh karena itu, kuliah umum tersebut bertujuan untuk memahami sejauh mana peran komunikasi sains dalam peningkatan kesehatan masyarakat, memahami strategi komunikasi sains dalam peningkatan kesehatan masyarakat, serta mengenal berbagai bentuk media yang efektif dalam penyampaian komunikasi sains pada pengambil kebijakan maupun masyarakat luas.
Sementara dalam paparannya, lham Akhsanu Ridlo, S.K.M., M.Kes. menyampaikan materinya dalam tiga bagian, yakni bagian pertama tentang Komunikasi Sains, bagian kedua tentang Komunikasi Sains dan Kesehatan Masyarakat (Pembelajaran Pandemi COVID-19 di Era Media Sosial), serta bagian ketiga mengenai Komunikasi Sains dan Sosial Media.
Mengawali pemaparannya, Ilham yang merupakan mahasiswa Program Doktor di Ludwig-Maximilian-Universität Munchen Jerman itu menjelaskan secara detail definisi dari komunikasi dan media.
Baca juga: Fapet Unsoed bangun mes "Teaching Farm" hibah dari PT Charoen Pokphand Indonesia
Ia juga menjelaskan tentang piramida komunikasi, pengertian komunikasi sains, aktor, dan tipe komunikasi sains serta alasan pentingnya kegiatan komunikasi.
"Menjadi komunikator yang baik pada umumnya akan membantu para ilmuwan untuk menjadi komunikator sains yang lebih baik untuk, pertama, membantu publik memahami sains sebagai bagian dari kehidupan nyata mereka," kata dia yang melakukan riset dengan topik "An Alliance of Science Journalists and Scientists During The COVID-19 Pandemic".
Selanjutnya yang kedua, kata dia, membantu pembuat kebijakan dan warga negara untuk membuat keputusan yang sesuai dengan bukti ilmiah (evidence/scientific-based policy).
"Ketiga, membantu dalam mengedukasi publik dan kritis terhadap ancaman atau krisis lingkungan yang dihadapi planet kita untuk lebih membentuk arah keputusan politik dan kebijakan yang mendukung perbaikan lingkungan hidup," katanya.
Terkait dengan peran esensial komunikasi sains di masa krisis kesehatan (pandemi), Ilham mengatakan hal itu di antaranya mengomunikasikan fakta dan melawan informasi yang menyesatkan, mengomunikasikan risiko di masa krisis dan kondisi yang tidak terprediksi, serta edukasi publik untuk membentuk masyarakat yang "melek sains".
Selain itu, kata dia, meningkatkan kesadaran atau motivasi untuk tindakan pencegahan COVID-19 berupa memakai masker, cuci tangan, dan mengurangi mobilitas non esensial serta menekan angka infeksius dan tingkat keparahan coronavirus, juga advokasi kebijakan kesehatan kepada stakeholder (evidence-based policy).
Ia pun memaparkan tips berkomunikasi sains di media sosial dan indikator kualitas komunikasi sains.
Baca juga: Charoen Pokphand Indonesia serahkan beasiswa untuk mahasiswa Unsoed
Baca juga: Tantangan dunia penerjemahan dan pariwisata di era digital