Semarang (ANTARA) -
Menjelang Muktamar Nahdlatul Ulama, para kiai muda pesantren NU dari berbagai daerah di Pulau Jawa menggelar pertemuan di Pondok Pesantren Al Anwar asuhan KH R.Mahfudz Hamid, Maron, Kecamatan Loano,
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu (4/12).

Pertemuan yang mengusung tema "Muktamar NU dan Kebutuhan Tajdid Jam'iyah Menyambut Satu Abad NU" ini dihadiri lebih dari 70 kiai muda pesantren dari Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur.

Beberapa kiai muda yang hadir di antaranya KH Adib Sholeh Anwar Mansur Lirboyo Kediri, KH Nadhif Abdul Mujib Tayu Pati, KH Irwan Masduki Mlangi Yogyakarta, KH Nilzam Yahya Krapyak Yogyakarta, KH Latif Malik Tambakberas Jombang.

Kemudian, KH Luthfi Thomafi Lasem Rembang, KH Aunullah A'la Habib Doglo Boyolali, KH Chakimuddin Tegalrejo Magelang, dan KH Zar'anuddin Mlangi Yogyakarta.

Dalam pertemuan tersebut, KH Irwan Masduki atau Gus Irwan mengungkapkan saat ini NU menghadapi tantangan solidaritas organisasi, padahal ini merupakan modal untuk mewujudkan solidaritas global.

Untuk mewujudkannya, perlu gagasan-gagasan besar yang kompleks kemudian diterapkan secara mendasar, strategis, kolektif, dan terstruktur.

"Saya percaya bahwa NU mampu melakukan solidaritas organisasi dan solidaritas global, maka penting bagi NU untuk melakukan regenerasi," kata Gus Irwan yang juga menjabat Ketua Aswaja Center Provinsi DIY.

Pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatuttholibin Tayu Pati KH Ahmad Nadhief Abdul Mujib atau Gus Nadhief menyampaikan jika NU perlu melakukan pembaruan memasuki usia 100 tahun seperti dari sisi kepengurusan dan pengelolaan organisasi.

Dari sisi kepengurusan, lanjut dia, harus ada jaminan berlangsungnya regenerasi secara alamiah pada setiap jenjang.

Terkait pengelolaan organisasi, pola kerja di jajaran tanfidziyah atau eksekutif PBNU seperti sebuah pemerintahan sehingga seluruh program dan agenda kerja diputuskan bersama.

Baca juga: Para kiai muda Jatim "sowan" PWNU Jateng, dukung Gus Yahya

Mengenai rencana pelaksanaan Muktamar NU, Gus Nadhief mengajak untuk senantiasa taat kepada dawuh dan kebijakan pemimpin tertinggi di NU.

"NU harus taat kepada pimpinan tertingginya dalam hal ini Rois Aam, maka penting dalam agenda Muktamar ini patuh pada dawuh dan kebijakan Rois Aam," tegasnya.

KH Aunullah A'la Habib atau Gus Aun dari Doglo Boyolali menegaskan, NU mempunyai banyak kiai yang memiliki kapasitas, tapi butuh pemimpin yang mumpuni untuk menahkodai NU yang penuh dengan tantangan, baik dalam sekala nasional maupun internasional

"Kita butuh pemimpin yang muda, berwawasan luas, energik, visioner, memahami pentingnya kaderisasi dan mampu mengorganisir seperti sosok Kiai Yahya Cholil Staquf misalnya," ujarnya.

KH Luthfi Thomafi Lasem Rembang menambahkan, acara ini dilaksanakan dalam rangka menyambut Muktamar Ke-34 NU di Lampung sebagai bentuk kegembiraan para kiai muda pesantren.

Selain itu, para kiai muda berharap Muktamar NU sebagai ajang membicarakan ide, program dan gagasan-gagasan besar, bukan karena saling menyerang dan menghina.

"Hal itu mengingat NU adalah jam'iyah terbesar di Indonesia, maka memiliki tugas yang kompleks," katanya.

Pewarta : Wisnu A.N
Editor : Wisnu Adhi Nugroho
Copyright © ANTARA 2024