Kudus (ANTARA) - Museum Kretek Kudus, Jawa Tengah, sebagai satu-satunya museum kretek di dunia sudah saatnya dipromosikan ke luar daerah agar bisa menjadi magnet bagi wisatawan asing, kata Pemerhati Sejarah dari STAI Syekh Jangkung Pati Edy Supratno.
"Karena sejarah industri rokok kretek di Kabupaten Kudus tidak terlepas dari dukungan negara luar, seperti bahan baku cengkihnya didatangkan dari Negara Madagaskar dan Zanzibar yang merupakan wilayah dari Negara Tanzania," ujar Edy Supratno yang juga Dosen Sejarah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syekh Jangkung Pati di Kudus, Rabu.
Menurut dia Museum Kretek Kudus juga bisa menjadi titik simpul pertemuan petani dan pedagang tembakau di secara internasional.
Duta besar dari kedua negara yang sebelumnya menjadi penyuplai cengkih, kata dia, bisa didatangkan ke Kudus untuk melihat bahwa petani mereka sangat berjasa terhadap perkembangan rokok kretek di Kabupaten Kudus.
Baca juga: Museum Kretek miliki 15 koleksi baru terkait Nitisemito
Selain itu, kata dia, Pemkab Kudus juga bisa mengundang bintang iklan maupun ahli sejarah di Tanah Air untuk hadir ke Kudus guna melihat Museum Kretek, sebagai langkah awal untuk memajukan Museum Kretek Kudus.
"Perusahaan kretek di Kudus sejak dulu sudah memiliki pengaruh besar di level internasional. Terutama karena saat itu sudah mengimpor cengkih yang merupakan bahan baku pembuatan kretek, meskipun di Maluku juga tersedia bahan baku serupa," ujarnya.
Menurut dia perdagangan internasional tersebut membuat kretek Kudus tidak hanya diketahui oleh nusantara tetapi juga mancanegara. Sedangkan saat ini kretek punya masa lalu yang hebat di Kudus, sedangkan saat ini Museum Kretek Kudus yang harus didorong agar lebih bermakna dan berkembang.
Ia juga mengingatkan Pemkab Kudus dalam pembangunan Museum Kretek Kudus yang diresmikan oleh Mantan Gubernur Jateng Soepardjo Rustam bulan Oktober 1986, masih ada yang belum terlaksana hingga sekarang, yakni pemberian penghargaan terhadap keluarga Jamhari sebagai penemu kretek.
Baca juga: Jadi Wisata Andalan, Museum Kretek Butuh Tambahan Anggaran
Baca juga: Pameran bersama di Museum Kretek Kudus dongkrak kunjungan
"Karena sejarah industri rokok kretek di Kabupaten Kudus tidak terlepas dari dukungan negara luar, seperti bahan baku cengkihnya didatangkan dari Negara Madagaskar dan Zanzibar yang merupakan wilayah dari Negara Tanzania," ujar Edy Supratno yang juga Dosen Sejarah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syekh Jangkung Pati di Kudus, Rabu.
Menurut dia Museum Kretek Kudus juga bisa menjadi titik simpul pertemuan petani dan pedagang tembakau di secara internasional.
Duta besar dari kedua negara yang sebelumnya menjadi penyuplai cengkih, kata dia, bisa didatangkan ke Kudus untuk melihat bahwa petani mereka sangat berjasa terhadap perkembangan rokok kretek di Kabupaten Kudus.
Baca juga: Museum Kretek miliki 15 koleksi baru terkait Nitisemito
Selain itu, kata dia, Pemkab Kudus juga bisa mengundang bintang iklan maupun ahli sejarah di Tanah Air untuk hadir ke Kudus guna melihat Museum Kretek, sebagai langkah awal untuk memajukan Museum Kretek Kudus.
"Perusahaan kretek di Kudus sejak dulu sudah memiliki pengaruh besar di level internasional. Terutama karena saat itu sudah mengimpor cengkih yang merupakan bahan baku pembuatan kretek, meskipun di Maluku juga tersedia bahan baku serupa," ujarnya.
Menurut dia perdagangan internasional tersebut membuat kretek Kudus tidak hanya diketahui oleh nusantara tetapi juga mancanegara. Sedangkan saat ini kretek punya masa lalu yang hebat di Kudus, sedangkan saat ini Museum Kretek Kudus yang harus didorong agar lebih bermakna dan berkembang.
Ia juga mengingatkan Pemkab Kudus dalam pembangunan Museum Kretek Kudus yang diresmikan oleh Mantan Gubernur Jateng Soepardjo Rustam bulan Oktober 1986, masih ada yang belum terlaksana hingga sekarang, yakni pemberian penghargaan terhadap keluarga Jamhari sebagai penemu kretek.
Baca juga: Jadi Wisata Andalan, Museum Kretek Butuh Tambahan Anggaran
Baca juga: Pameran bersama di Museum Kretek Kudus dongkrak kunjungan