Temanggung (ANTARA) -
Sanggar Greget menampilkan Tari Mutiara Botorono yang merupakan gambaran kondisi para petani bawang putih di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung.

Menurut pengasuh Sanggar Greget sekaligus pencipta Tari Mutiara Botorono, Yoyok Bambang Priyambodo, tarian ini ditampilkan di Bukit Botorono yang berdekatan dengan kebun bawang putih.

Pada tarian yang dibawakan lima orang tersebut, Yoyok mengenakan caping yang biasa dipakai para petani dengan membawa seikat bawang putih, hasil panen petani setempat.

"Bawang putih merupakan mutiara bumi sehingga Tari Mutiara Botorono bisa diartikan mutiara bumi di Bukit Botorono," katanya, Sabtu (16/10).

Menurut dia, tarian ini lahir dari keluhan petani terkait dengan komoditas utama petani di Desa Petarangan berupa bawang putih yang harganya anjlok.

Baca juga: Peringati Hari Pariwisata Sedunia, Sanggar Greget ciptakan empat tarian

Selain itu, Tari Mutiara Botorojo juga diharapkan bisa menjadi daya tarik wisata di daerah setempat.

"Tari ini bisa menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung di Temanggung," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Petarangan Jumarno menyebutkan total ada sekitar 300 hektare areal yang ditanami bawang putih.
Untuk satu hektare kebun, petani bisa menghasilkan sekitar 6-10 ton bawang putih basah.

Kendati demikian, harga jual bawang putih dari hasil panen petani sangat rendah yakni sekitar Rp6.000-Rp8.000 per kilogram bawang putih basah.

"Kalau kering, per kilonya saat ini mentok hanya Rp15 ribu, padahal dulu bisa sampai Rp60 ribu," katanya.

Meski anjlok, petani setempat tidak akan berhenti menanam bawang putih karena daerah setempat dikenal sebagai penghasil bawang putih, bahkan terbesar di Kabupaten Temanggung.

Baca juga: Semarakkan Hari Tari Sedunia, Sanggar Greget tampilkan "Sesaji Baruna Memayu Hayuning Bawono"

Pewarta : Wisnu A.N
Editor : Wisnu Adhi Nugroho
Copyright © ANTARA 2024