Kudus (ANTARA) - Beberapa kali gagal mengikuti seleksi audisi beasiswa badminton, tidak membuat semangat gadis bernama Mutiara Ayu Puspitasari patah arang mewujudkan impiannya menjadi pemain top badminton profesional.
Saat memasuki babak delapan besar seleksi audisi beasiswa bulu tangkis kedua di Surabaya 2016, Mutiara sempat menangis di pelukan ayahnya dan meminta pertandingan diulang. Namun, nasib berkata lain. Dari semula sudah berjuang sepenuh tenaga namun gagal melangkah, ternyata semangat dan kemampuannya memukul kok menjadi perhatian tim pencari bakat bulu tangkis hingga akhirnya dia mendapatkan super-tiket untuk ikut seleksi final penerimaan beasiswa bulu tangkis.
Kegigihannya dalam mewujudkan cita-cita menjadi pemain bulu tangkis profesional, akhirnya mendapatkan jalan dengan diterimanya sebagai salah satu peserta audisi umum yang diterima bergabung dengan Persatuan Bulu Tangkis (PB) Djarum Kudus pada tahun 2016.
Semangat pantang menyerah dan tanpa beban, juga dibuktikan dengan saat gadis berusia 17 tahun itu bermain di ajang Asia Junior Championships (AJC) atau Kejuaraan Junior Asia 2023. Meskipun pada laga babak delapan besar mengalami cedera paha kaki kanan, ia pantang menyerah untuk mengalahkan lawan-lawannya, termasuk di final melawan Kim Min-ji (Korea Selatan) pada final di GOR Amongraga, Yogyakarta, pada tanggal 16 Juli 2023.
"Cedera paha memang saya rasakan sakit, tetapi karena sudah terjun, ya harus dituntaskan hingga selesai," kata Mutiara Ayu Puspitasari yang baru saja meraih juara Asia Junior Championships 2023 di Kudus.
Apalagi, dirinya saat itu menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada final Kejuaraan Asia Junior 2023 sehingga ia berjuang keras, namun tanpa beban.
Mutiara, gadis kelahiran Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, itu dikenal ramah dengan semua orang. Ia juga tidak menyangka dirinya mencatat sejarah sebagai atlet bulu tangkis tunggal putri yang bisa mencetak juara pada ajang Kejuaraan Junior Asia 2023 setelah penantian selama 26 tahun.
Sejak Kejuaraan Junior Asia 2023 diselenggarakan 26 tahun lalu, titel kampiun di nomor tersebut selalu didominasi oleh pemain asal negeri Tirai Bambu, Tiongkok.
Ketegangan yang dirasakan saat bertanding pada ajang kejuaraan tingkat Asia tersebut, pada babak delapan besar ketika paha kaki kanan cedera. Upaya meredam rasa sakit dengan memakai taping atau perekat medis pada kaki ternyata tidak membuat permainannya berkembang sehingga gim pertama kalah.
Tidak mau kalah pada set selanjutnya, maka dengan menahan rasa sakit dan melepaskan taping untuk mengurangi beban di kaki, akhirnya semangat juang dan bermain tanpa beban apa pun pun bisa menang di gim kedua dan gim ketiga.
Pada babak semifinal dan final, rasa sakit juga masih dirasakan, namun karena babak delapan besar mampu melewatinya, ia akhirnya dengan
sekuat tenaga mampu mengalahkan lawan-lawannya, termasuk laga final melawan wakil Korea Selatan berhasil menang dua gim langsung dengan skor 21-11, 21-17.
Orang tua menyertai