Cilacap (ANTARA) - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap memanfaatkan energi surya untuk memenuhi kebutuhan listrik pada siang hari di sejumlah fasilitas perkantoran dan kompleks perumahan pekerja.
"Kami sebenarnya punya dua kompleks PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Satu yang ada di Kompleks Perumahan Pertamina (Komperta) Gunung Simping kapasitasnya 1 megawatt peak dan satu di sini, kompleks RSPC (Rumah Sakit Pertamina Cilacap), kapasitasnya bisa mencapai 1,34 megawatt peak," kata Manajer Engineering and Development PT KPI Unit Cilacap Hermawan Yudistirodi di PLTS kompleks RSPC, Cilacap, Kamis.
Menurut dia, listrik yang dihasilkan PLTS tersebut sebenarnya diperuntukkan bagi Komperta Tegalkamulyan (yang berdekatan dengan RSPC, red.) dan operasional rumah sakit.
Oleh karena dayanya cukup besar, kata dia, listrik yang dihasilkan PLTS bisa ditransfer ke kompleks perumahan lainnya dengan sistem on-grid (sistem fotovoltaik yang hanya menghasilkan daya ketika jaringan daya utilitas tersedia, red.).
Lebih lanjut, dia mengatakan luas lahan yang digunakan untuk pemasangan panel surya pada PLTS mencapai 2 hektare. Bahkan, panel surya tersebut juga dipasang di atas gedung rumah sakit, atas gedung perumahan, dan di atas gedung lapangan tenis.
Terkait dengan tujuan pembangunan PLTS tersebut, Hermawan mengatakan Pertamina selain menghasilkan energi dari fosil juga menyiapkan energi baru terbarukan.
"PLTS ini sudah terbukti dapat mengurangi (penggunaan) energi dari fosil. Ini juga terkait dengan lingkungan di mana Pertamina ingin mengurangi efek emisi yang dihasilkan dari pembakaran. PLTS sendiri dalam satu bulan dapat mengurangi sampai 177 ton emisi dari CO2," katanya.
Ia mengakui PLTS di kompleks RSPC tersebut baru beroperasi pada bulan September 2021 setelah menjalani uji coba pada bulan Agustus.
Kendati demikian, dia mengatakan hadirnya PLTS tersebut juga mengurangi penggunaan daya listrik utilitas karena untuk bulan Oktober 2021 terjadi penghematan daya utilitas hingga 167.000 kilowatt hours.
"Jadi cukup lumayan, kami bisa mengurangi penggunaan daya listrik utilitas sampai 167.000 kilowatt hours," kata dia menegaskan.
Ia mengatakan dalam pendistribusiannya menggunakan dual mode, sehingga listrik yang dihasilkan PLTS tersebut hanya dapat digunakan pada siang hari dan saat cuaca cerah dapat mencapai 1,34 megawatt peak. Akan tetapi ketika malam hari atau cuaca mendung, kebutuhan listrik dipasok dari jaringan daya utilitas.
"Jadi menggunakan PLTS bisa, menggunakan jaringan daya utilitas juga bisa, dual mode," katanya menjelaskan.
Hermawan mengatakan hal itu disebabkan PLTS tersebut tidak menggunakan baterai untuk menyimpan daya listrik yang dihasilkan.
Menurut dia, penggunaan baterai untuk saat sekarang secara investasi belum cukup baik namun ke depannya diyakini akan memiliki efisiensi atau keekonomian yang lebih baik.
"Jadi, saat ini sedang kami hitung-hitung lagi dan Pertamina juga sedang mengembangkan baterai juga. Harapannya nanti kalau misalkan itu kinerjanya sudah bagus dan keekonomiannya masuk, mungkin akan kami pasang di PLTS ini," kata Hermawan.
"Kami sebenarnya punya dua kompleks PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Satu yang ada di Kompleks Perumahan Pertamina (Komperta) Gunung Simping kapasitasnya 1 megawatt peak dan satu di sini, kompleks RSPC (Rumah Sakit Pertamina Cilacap), kapasitasnya bisa mencapai 1,34 megawatt peak," kata Manajer Engineering and Development PT KPI Unit Cilacap Hermawan Yudistirodi di PLTS kompleks RSPC, Cilacap, Kamis.
Menurut dia, listrik yang dihasilkan PLTS tersebut sebenarnya diperuntukkan bagi Komperta Tegalkamulyan (yang berdekatan dengan RSPC, red.) dan operasional rumah sakit.
Oleh karena dayanya cukup besar, kata dia, listrik yang dihasilkan PLTS bisa ditransfer ke kompleks perumahan lainnya dengan sistem on-grid (sistem fotovoltaik yang hanya menghasilkan daya ketika jaringan daya utilitas tersedia, red.).
Lebih lanjut, dia mengatakan luas lahan yang digunakan untuk pemasangan panel surya pada PLTS mencapai 2 hektare. Bahkan, panel surya tersebut juga dipasang di atas gedung rumah sakit, atas gedung perumahan, dan di atas gedung lapangan tenis.
Terkait dengan tujuan pembangunan PLTS tersebut, Hermawan mengatakan Pertamina selain menghasilkan energi dari fosil juga menyiapkan energi baru terbarukan.
"PLTS ini sudah terbukti dapat mengurangi (penggunaan) energi dari fosil. Ini juga terkait dengan lingkungan di mana Pertamina ingin mengurangi efek emisi yang dihasilkan dari pembakaran. PLTS sendiri dalam satu bulan dapat mengurangi sampai 177 ton emisi dari CO2," katanya.
Ia mengakui PLTS di kompleks RSPC tersebut baru beroperasi pada bulan September 2021 setelah menjalani uji coba pada bulan Agustus.
Kendati demikian, dia mengatakan hadirnya PLTS tersebut juga mengurangi penggunaan daya listrik utilitas karena untuk bulan Oktober 2021 terjadi penghematan daya utilitas hingga 167.000 kilowatt hours.
"Jadi cukup lumayan, kami bisa mengurangi penggunaan daya listrik utilitas sampai 167.000 kilowatt hours," kata dia menegaskan.
Ia mengatakan dalam pendistribusiannya menggunakan dual mode, sehingga listrik yang dihasilkan PLTS tersebut hanya dapat digunakan pada siang hari dan saat cuaca cerah dapat mencapai 1,34 megawatt peak. Akan tetapi ketika malam hari atau cuaca mendung, kebutuhan listrik dipasok dari jaringan daya utilitas.
"Jadi menggunakan PLTS bisa, menggunakan jaringan daya utilitas juga bisa, dual mode," katanya menjelaskan.
Hermawan mengatakan hal itu disebabkan PLTS tersebut tidak menggunakan baterai untuk menyimpan daya listrik yang dihasilkan.
Menurut dia, penggunaan baterai untuk saat sekarang secara investasi belum cukup baik namun ke depannya diyakini akan memiliki efisiensi atau keekonomian yang lebih baik.
"Jadi, saat ini sedang kami hitung-hitung lagi dan Pertamina juga sedang mengembangkan baterai juga. Harapannya nanti kalau misalkan itu kinerjanya sudah bagus dan keekonomiannya masuk, mungkin akan kami pasang di PLTS ini," kata Hermawan.