Solo (ANTARA) - PT PLN (Persero) mengoptimalkan pembelian energi terbarukan hasil dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Surakarta seharga 13,35 sen dolar AS/kWh atau setara Rp1.800/kWh.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah dan DIY M Irwansyah Putra di Solo, Selasa mengatakan pembelian listrik dari PLTSa terbesar di Jawa Tengah ini merupakan bentuk dukungan PLN dalam mengatasi permasalahan sampah di Surakarta.

Bahkan, dikatakannya, langkah tersebut menjadi bagian transformasi PLN melalui aspirasi "Green" dengan meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) dalam penyediaan listrik nasional.

"PLN siap memanfaatkan EBT dengan membeli listrik dari PLTSa sesuai ketentuan yang telah disepakati. Ini adalah bentuk dukungan PLN terhadap pengembangan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan," katanya.

Terkait hal itu, dikatakannya, PLN sudah menandatangani perjanjian jual beli tenaga listrik dengan PT Solo Citra Metro Plasma Power selaku pengelola PLTSa Surakarta pada akhir Desember 2018 silam. Ia mengatakan pembangkit dengan kapasitas 5.000 kilowatt (kW) tersebut ditargetkan selesai pada tahun 2022.

Ia mengatakan per Mei 2021, proses konstruksi PLTSa Surakarta sudah mencapai 34,8 persen. Bahkan, pembangunan tersebut memperoleh dukungan penuh dari Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.

"Saya kira progresnya sudah cukup baik sampai nanti targetnya selesai tahun 2022. Ini kan permasalahan dari dulu. Insya Allah kalau PLTSa ini sudah 'running' ya permasalahan (sampah) ini segera terselesaikan," katanya.

Ia mengatakan Solo menjadi salah satu dari 12 kota yang ditunjuk melalui Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.

PLTSa Surakarta memanfaatkan komposisi sampah yang terakumulasi dari TPA Putri Cempo dengan total kebutuhan sampah sekitar 276 ton/hari.

"Dengan menggunakan incinerator, energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah tersebut untuk menggerakan generator yang kemudian menghasilkan listrik," katanya.

Meskipun melalui proses pembakaran, dikatakannya, penggunaan sampah sebagai bahan energi tidak akan mencemari lingkungan sekitar karena gas yang dihasilkan dari proses ini bebas dari TAR maupun kandungan lainnya yang berbahaya.

Sementara itu, tidak hanya membeli listrik dari PLTSa tetapi PLN juga mendorong penggunaan biomassa sebagai campuran bahan bakar PLTU melalui program "Co Firing". Biomassa sendiri bisa diambil dari limbah pertanian, limbah industri pengolahan kayu, hingga limbah rumah tangga.

"Bersumber dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, jumlah sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) sebanyak 864.469 ton/hari dan yang tidak terkelola sebesar 3.964.946 ton/hari. Dengan memanfaatkan sampah menjadi subtitusi bahan bakar di sejumlah pembangkit dapat menjadi solusi mengatasi masalah sampah di perkotaan," katanya.

Baca juga: Gibran tekankan proyek PLTSa Putri Cempo Solo rampung 2022

Baca juga: Pembangunan PLTSa Putri Cempo Solo segera dilanjutkan

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024