Solo (ANTARA) - Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Perwakilan Jawa Tengah II menargetkan penambahan sebanyak 20.000 investor baru pada tahun ini seiring dengan upaya edukasi dan sosialisasi yang terus dilakukan kepada masyarakat.

"Kalau sejauh ini realisasinya sudah ada penambahan 14.024 investor baru," kata Kepala BEI Kantor Perwakilan Jawa Tengah II M Wira Adibrata di Solo, Senin.

Ia mengatakan salah satu target yang akan disasar yakni mahasiswa baru yang akan mulai kegiatan perkuliahan pada bulan Agustus mendatang. Bahkan, pihaknya juga menargetkan pembukaan delapan galeri baik galeri investasi maupun galeri edukasi.

"Ini kami belum melibatkan mahasiswa yang masuk di Agustus nanti, kan nanti ada praktik langsung terkait pasar modal," katanya.

Sedangkan untuk galeri BEI, dikatakannya, saat ini sedang dalam proses pembukaan adalah galeri edukasi di SMA Batik 1 Surakarta yang akan berada di bawah naungan galeri investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

"Selain itu yang sudah mengajukan ada salah satu SMK di Kabupaten Sragen. Sedangkan untuk galeri investasi dalam waktu dekat akan dibuka di Universitas Setia Budi Surakarta. Mudah-mudahan targetnya bisa tercapai sampai akhir tahun ini," katanya.

Baca juga: Pakar sebut tingkat keamanan siber berpengaruh pada minat investor

Sementara itu, dikatakannya, secara keseluruhan jumlah investor pasar modal di Soloraya hingga saat ini ada sebanyak 54.218 investor. Dari seluruh daerah yang berada di bawah Kantor Cabang Jawa Tengah II, Kota Surakarta menyumbang jumlah investor terbanyak, yakni 16.703 investor.

Meski demikian, kenaikan jumlah investor tersebut tidak diikuti dengan kenaikan angka transaksi pada bulan Mei 2021. Ia mengatakan terjadi penurunan angka transaksi pada bulan Mei dibandingkan dengan bulan April 2021.

Pihaknya mencatat pada bulan April angka transaksi untuk Kantor Perwakilan Jawa Tengah II sebesar Rp2,006 triliun. Angka ini turun di bulan Mei menjadi Rp1,7 triliun.

"Penurunan ini terjadi karena memang pasar kurang bergairah sehingga investor lebih memilih untuk 'wait and see'. Mereka menunggu (isu) apa yang bisa membuat mereka masuk pasar lagi, seperti vaksin massal itu hal yang positif," katanya.

Baca juga: Dubes Indonesia untuk Turki sebut Jateng diminati banyak investor

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024