Kudus (ANTARA) - Permintaan kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pasca-Lebaran 2021 justru mengalami lonjakan, meskipun harga jual komoditas impor tersebut kembali naik menjadi Rp10.750 per kilogram dari sebelumnya dijual Rp10.000/kg.

"Adanya lonjakan permintaan kedelai impor karena para perajin tahu dan tempe memang memanfaatkan momen syawalan untuk meningkatkan produksinya karena kebiasaan masyarakat membuat aneka masakan untuk perayaan kupatan," kata Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma'ruf di Kudus, Rabu.

Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari jumlah permintaan kedelai impor mencapai 30 ton dalam sehari, sedangkan sebelumnya hanya berkisar 15-20 ton per harinya.

Baca juga: Harga kedelai impor melonjak akibat pandemi COVID-19
Baca juga: Harga kedelai impor melonjak, produsen tahu tempe kurangi pembelian

Meskipun permintaan mengalami lonjakan, kata dia, pengrajin tahu maupun tempe tidak menikmati keuntungan yang besar karena harga jual kedelainya sudah mengalami kenaikan, sedangkan untuk menaikkan harga jual produknya juga tidak berani.

Untuk bisa menaikkan harga jual tahu dan tempe di pasaran, kata dia, memang tidak mudah karena harus melihat respons pasarnya. Apalagi, daya beli masyarakat saat ini dinilai kian menurun.

Harga kedelai impor normalnya berkisar Rp6.500/kg, kemudian secara bertahap naik hingga menjadi Rp9.800/kg pada pertengahan Februari 2021, kemudian awal Mei 2021 naik menjadi Rp10.000/kg dan Lebaran naik lagi menjadi Rp10.500 dan saat ini naik lagi menjadi Rp10.750/kg.

Adapun penyebab kenaikan harganya, kata dia, di antaranya karena adanya kenaikan indeks perdagangan dan keterlambatan masa panen dari negara asal, yakni Amerika.

Untuk stok kedelai tersedia aman karena kebutuhan berapapun masih bisa dipenuhi. Sedangkan stok yang tersedia di gudang hanya 35 ton.

Sementara jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300-an pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo dan Jati. 

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024