Solo (ANTARA) - Front Pemuda Madura (FPM) mengajak kaum muda untuk ikut mendorong pengembangan energi terbarukan, menyusul kebutuhan energi dalam negeri yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

"Proyeksi krisis energi menjadi menjadi ancaman tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga dunia," kata Sekretaris Jenderal FPM Muchlas Samorano pada Webinar bertajuk "Pemuda dan Agenda Energi 2021: Sinergi Mengawal Prospek Ketahanan Nasional" di Yogyakarta, Senin.

Ia memprediksi cadangan energi konvensional berupa minyak, gas, dan batu bara akan habis dalam 50 tahun ke depan.

Oleh karena itu, dia meminta agar generasi muda ikut memikirkan solusi strategis mengingat cadangan energi dalam negeri masih terlalu banyak bergantung pada energi tak terbarukan berupa fosil dan sejenisnya.

Dengan kondisi tersebut, kata dia, pada tahun 2025 Indonesia diprediksikan akan mengalami krisis energi karena sumber energi konvensional yang terus berkurang.

Baca juga: Pertamina Cilacap raih penghargaan bidang energi baru terbarukan

Menurut dia, berkurangnya cadangan energi konvensional mestinya menjadi momentum bagi pengembangan energi alternatif yang baru terbarukan.

"Energi baru terbarukan (EBT) menjadi keniscayaan untuk menunjang ketahanan dan kemandirian energi nasional. Jadi, selain eksplorasi dan eksploitasi sumber energi fosil, kita mesti menemukan, mengelola, dan menggunakan energi baru terbarukan," katanya.

Sementara itu, menurut dia, kontribusi pemuda dalam mendorong kemandirian energi nasional begitu besar.

Selain mendesak pemerintah untuk mengeluarkan paket kebijakan yang lebih efektif, kata dia, pemuda juga menjadi lumbung kajian yang lebih inovatif.

"Pemuda mesti di garda depan mendorong kajian dan pertimbangan strategis dengan melibatkan stakeholder, akademisi, pakar, dan publik luas. Dengan mengajak kalangan muda lebih partisipatif dan aktif terlibat untuk mendorong terciptanya inovasi energi baru terbarukan," katanya.

Ia menilai pengembangan energi baru terbarukan bisa dikuatkan melalui paket kebijakan pemerintah yang lebih efektif dan efisien.

"Kebijakan nasional yang lebih proper pada EBT menjadi keharusan untuk mendukung proyek ketahanan energi nasional," katanya.

Baca juga: Dosen ini sebut tanaman kepuh berpotensi sebagai bahan baku biodiesel
Baca juga: Peneliti mengingatkan pentingnya akselerasi peningkatan kapasitas PLT EBT

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024