Semarang (ANTARA) - Warga tiga desa yang berada di kawasan wisata lereng Gunung Merapi yakni Sidorejo, Tegalmulyo, dan Balerante (Kecamatan Kemalang) mulai termotivasi menanam kopi seiring banyaknya peluang yang menguntungkan.

Selain iklim dan cuacanya cocok, biji kopi yang dihasilkan, bisa untuk memenuhi kebutuhan kedai-kedai kopi yang bermunculan di sekitar Merapi juga sebagai buah tangan bagi para wisatawan.

Banyaknya petani yang menanam kopi menjadikan wilayah Kemalang, Klaten tidak lagi hanya sebagai penghasil pasir Merapi, sayur mayur segar, tetapi juga Kopi Robusta dan Torabika.

"Di Sidorejo, ada 50 petani yang menanam kopi jenis Robusta dan kira-kira ada 1.000 batang kopi ditanam. Kebanyakan warga di sini adalah peternak sapi dan petani sayur, selain aktifitas penambangan pasir,” jelas Sri Widagdo.

Sri Widagdo, Sekretaris Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten mengakui saat ini kedai kopi dan tempat kulineran di wilayahnya terus menjamur, sehingga kopi menjadi salah satu komoditas utama yang dibutuhkan.

Saat cuaca cerah, lanjut Sri Widagdo, banyak wisatawan yang datang menghabiskan waktu menikmati keindahan Merapi sembari meminum kopi bercita rasa tinggi di sejumlah kedai yang ada.

Sri Widagdo menyebutkan untuk kedai kopi yang dikelola warga, ada dua kedai, meskipun belum bisa rutin tiap hari dan hanya setiap Sabtu dan Minggu karena waktu dimana banyak wisatawan Solo, Yogyakarta, serta warga setempat yang berkunjung untuk menikmati kopi sambil melihat puncak Merapi dengan waktu terindahnya pukul 09.00 WIB atau sore hari.

Baca juga: IPM Klaten meningkat jadi 75,56 persen

Sri Widagdo mengatakan Desa Sidorejo mempunyai agenda wisata Wulupawetu yang biasa digelar menjelang Bulan Ramadhan yang menarik kunjungan wisatawan, namun kendalanya akses jalan menuju Deles Indah Desa Sidorejo belum memadai.

"Harapannya pandemi COVID-19 segera berakhir, sehingga Desa Sidorejo dengan Bundes Sukadana bisa memperkuat infrastruktur wisata desa. Tidak hanya sayuran, wisata alam, kearifan budaya Merapi, tapi kami juga mencoba merintis homestay, " kata Sri Widagdo kepada Joko Priyono, tim pemberitaan Dinas Kominfo saat mendampingi program digitalisasi arsip warga melalui program Titip Bandaku di desanya (Rabu,24/3).

Titip Bandaku

Suprihatin (45) perempuan warga Bangan, Sidorejo, Kemalang, Klaten tampak bergegas membawa dokumen penting miliknya ke halaman rumah Sukiman di dekat rumahnya.

Ibu tiga anak yang juga petani hortikultura ini mengaku sudah menunggu kedatangan petugas Dinas Arsip dan Perpustakaan Klaten yang melaksanakan program digitalisasi arsip warga untuk alih media, Titip Bandaku.

“Tadi warga dapat informasi dari Pak Carik (sebutan Sekretaris Desa) bahwa akan ada program penyelamatan arsip vital milik warga. Kebetulan rumah saya hanya berjarak 4,5 km dari puncak Merapi. Kami mau dokumen penting milik kami diselamatkan," katanya.

Baca juga: 48 pohon kurma ditanam mengelilingi Masjid Merah di Klaten

Suprihatin mengaku telah menyiapkan dokumen seperti KTP, Kartu Keluarga, ijazah, surat nikah , BPKB, dan sertikat.

“Saya petani sayur dan hortikultural.  Tanaman cabe, kol, tomat dan lancang tumbuh baik di Sidorejo. Tapi demi menyelamatkan arsip kami, kami tidak ke sawah. Kami sangat terbantu dengat kegiatan penyelamatan arsip ini. Terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Klaten," tambahnya.

Kepala Bidang Kearsipan Dinas Arsip dan Perpustakaaan Klaten Rinto Patmanto menjelaskan pelaksanaan program Titip Bandaku sengaja diperluas dan desa sekitar Merapi sebagai kawasan rawan bencana menjadi prioritas.

“Pelaksanaan digitalisasi arsip di Bangan, Sidorejo, Kemalang ini adalah pengembangan sasaran inovasi Titip Bandaku. Kemarin kami menyelesaikan di Desa Balerante. Kini tim bergerak ke Sidorejo. Ada 22 kepala keluarga yang dapat kami layani. Hasil rekap petugas ada 200 berkas dokumen yang berhasil dialih-mediakan," kata Rinto.

Baca juga: 200 domain website desa di Klaten didaftarkan ke PANDI

Program Titip Bandaku menjadi inovasi kreatif Pemkab Klaten melalui Dinas Arsip dan Perpustakaan Klaten untuk melindungi arsip vital milik warga kawasan rawan bencana.

Arsip vital warga itu dialihmediakan dan disimpan sebagai arsip digital, sehingga saat arsip aslinya hilang atau musnah akibat bencana, maka warga tidak perlu khawatir, karena arsip digital ini bisa dicetak ulang dan diautentifikasi oleh pejabat berwenang dan memiliki status hukum yang sama.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024