Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menargetkan bisa memperbanyak "kampung iklim" sebagai salah satu upaya membantu pemerintah mengatasi perubahan iklim dengan melibatkan masyarakat untuk membiasakan diri menanam pohon, hingga tidak membuang sampah sembarangan.
"Untuk saat ini Kabupaten Kudus memiliki 14 'kampung iklim' dan terus kami monitor agar semakin berkembang dengan baik, sedangkan desa lain juga kami dorong untuk menjadi kampung iklim," kata Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus Agung Karyanto, usai menyerahkan piagam penghargaan "kampung iklim" di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kudus, Selasa.
Ia menargetkan setiap tahunnya ada penambahan 10 kampung iklim yang terbentuk sebagai upaya percepatan mengatasi persoalan pemanasan global, meskipun tidak ada anggaran yang diberikan pemkab dalam pembentukannya.
Untuk Tahun 2021, kata dia, tercatat ada enam kampung yang mendapatkan sertifikasi sehingga totalnya sudah ada 14 kampung iklim.
Keenam kampung tersebut, yakni Dukuh Kayuapu (Desa Gondangmanis), Dukuh Semliro (Desa Rahtawu), Dukuh Conge (Desa Ngembalrejo), Dukuh Kidul (Desa Jekulo), Dukuh Wakul Ijo (Kelurahan Wergu Kulon) dan Dukuh Kaliwuluh (Desa Gondoharum).
Adapun tujuan kampung iklim sendiri untuk menyesuaikan sikap masyarakat dengan perubahan iklim yang tengah terjadi dengan perbuatan yang bisa menurunkan dampak perubahan iklim, di antaranya, mulai dari menanam pohon, tidak membuang sampah sembarang serta mau melakukan pemilahan sampah organik dan nonorganik.
Sementara Pelaksana Tugas Bupati Kudus Haropo mengatakan adanya perubahan iklim yang kini tengah terjadi perlu disikapi dengan cermat dan bijaksana. Masyarakat di Kabupaten Kudus juga diharapkan perannya dalam mencegah perubahan iklim yang lebih ekstrem lagi.
"Sebelumnya, di Desa Rahtawu pada siang hari masih sejuk dan dingin, kini cukup panas. Demikian pula Desa Colo juga demikian, pada malam hari sudah tidak dingin," ujarnya.
Ia juga mengajak semua elemen untuk lebih peduli lingkungan dari hal-hal yang paling kecil, yakni dengan memilah-milah sampah organik maupun non organik.
Baca juga: Pemkab Pati kembali raih penghargaan Kampung Iklim Kementerian LHK
Pihak perusahaan-perusahaan di Kudus juga diharapkan bisa memfasilitasi adanya pengolahan sampah untuk masyarakat sekitar agar pengelolaan sampah di Kudus bisa jauh lebih baik.
Ia mencontohkan PT Djarum siap menampung 13 ton sampah organik, tetapi sampai saat ini hanya dimanfaatkan 6,5 ton per harinya.
Baca juga: Ada Kampung Iklim di Desa Mernek Cilacap
"Untuk saat ini Kabupaten Kudus memiliki 14 'kampung iklim' dan terus kami monitor agar semakin berkembang dengan baik, sedangkan desa lain juga kami dorong untuk menjadi kampung iklim," kata Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus Agung Karyanto, usai menyerahkan piagam penghargaan "kampung iklim" di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kudus, Selasa.
Ia menargetkan setiap tahunnya ada penambahan 10 kampung iklim yang terbentuk sebagai upaya percepatan mengatasi persoalan pemanasan global, meskipun tidak ada anggaran yang diberikan pemkab dalam pembentukannya.
Untuk Tahun 2021, kata dia, tercatat ada enam kampung yang mendapatkan sertifikasi sehingga totalnya sudah ada 14 kampung iklim.
Keenam kampung tersebut, yakni Dukuh Kayuapu (Desa Gondangmanis), Dukuh Semliro (Desa Rahtawu), Dukuh Conge (Desa Ngembalrejo), Dukuh Kidul (Desa Jekulo), Dukuh Wakul Ijo (Kelurahan Wergu Kulon) dan Dukuh Kaliwuluh (Desa Gondoharum).
Adapun tujuan kampung iklim sendiri untuk menyesuaikan sikap masyarakat dengan perubahan iklim yang tengah terjadi dengan perbuatan yang bisa menurunkan dampak perubahan iklim, di antaranya, mulai dari menanam pohon, tidak membuang sampah sembarang serta mau melakukan pemilahan sampah organik dan nonorganik.
Sementara Pelaksana Tugas Bupati Kudus Haropo mengatakan adanya perubahan iklim yang kini tengah terjadi perlu disikapi dengan cermat dan bijaksana. Masyarakat di Kabupaten Kudus juga diharapkan perannya dalam mencegah perubahan iklim yang lebih ekstrem lagi.
"Sebelumnya, di Desa Rahtawu pada siang hari masih sejuk dan dingin, kini cukup panas. Demikian pula Desa Colo juga demikian, pada malam hari sudah tidak dingin," ujarnya.
Ia juga mengajak semua elemen untuk lebih peduli lingkungan dari hal-hal yang paling kecil, yakni dengan memilah-milah sampah organik maupun non organik.
Baca juga: Pemkab Pati kembali raih penghargaan Kampung Iklim Kementerian LHK
Pihak perusahaan-perusahaan di Kudus juga diharapkan bisa memfasilitasi adanya pengolahan sampah untuk masyarakat sekitar agar pengelolaan sampah di Kudus bisa jauh lebih baik.
Ia mencontohkan PT Djarum siap menampung 13 ton sampah organik, tetapi sampai saat ini hanya dimanfaatkan 6,5 ton per harinya.
Baca juga: Ada Kampung Iklim di Desa Mernek Cilacap