Kudus (ANTARA) - Rumah Sakit Mardi Rahayu Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, membuka layanan pemeriksaan COVID-19 menggunakan GeNose C19 yang merupakan alat ciptaan peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan biaya yang sangat terjangkau, dibandingkan alat tes lainnya.

"Layanan pemeriksaan COVID-19 menggunakan GeNose C19 dimulai sejak Rabu (10/3) dan sudah ada yang memanfaatkan layanan tersebut karena cepat dan nyaman. Hasilnya juga bisa diketahui dalam waktu lima menitan," kata Direktur Utama RS Mardi Rahayu Kudus Pujianto di Kudus, Jumat.

Ia menjelaskan GeNose merupakan alat untuk pemeriksaan screening COVID-19 yang mendeteksi pola volatile organic compound (VOC) yang khas pada pasien COVID-19 dalam udara nafas pasien menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence. GeNose dapat mendeteksi COVID-19 dengan sensitivitas 89-92 persen dan spesifisitas 95-96 persen.

Pasiennya cukup memasukkan udara nafas dalam kantung udara yang sudah disediakan, kemudian pola VOC dalam udara nafas tersebut dianalisis oleh alat dan tidak sampai lima menit sudah diketahui hasilnya positif atau negatif.

Hasil negatif artinya tidak terinfeksi COVID-19, sementara hasil positif harus dikonfirmasi dengan swab PCR.

Baca juga: Ganjar yakin GeNose-C19 direspon positif oleh masyarakat

Ia mengungkapkan penggunaan GeNose merupakan screening pada pasien yang tidak ada gejala mengarah COVID-19 dan bukan kontak erat pasien COVID-19, jadi sangat baik untuk screening karyawan secara rutin, sebagai pelengkap protokol kesehatan pada kegiatan yang melibatkan banyak orang, sebagai syarat untuk perjalanan dengan kereta api dan lain sebagainya.

Layanan di RS Mardi Rahayu Kudus cukup lengkap, setelah sebelumnya meresmikan MRI (magnetic resonance imaging) sebagai alat diagnosa medis yang menghasilkan gambaran untuk mendeteksi kelainan dalam tubuh dengan hasil lebih sempurna dibandingkan alat lainnya. Kemudian disusul hadirnya GeNose dan terbaru membuka klinik nyeri.

Klinik nyeri RS Mardi Rahayu menghadirkan manajemen intervensi nyeri atau interventional pain management (IPM). Kelebihan IPM, nyeri diatasi langsung ke sumbernya dengan injeksi atau suntikan obat antinyeri atau antiradang, bahkan dengan radiofrekuensi yang alatnya sudah tersedia di RS Mardi Rahayu.

Pujianto menilai IPM cocok diterapkan dalam berbagai kasus nyeri, seperti nyeri kepala dan leher, nyeri bahu, siku, tangan, lutut, pergelangan kaki, nyeri punggung, nyeri akibat cedera, bahkan nyeri akibat kanker.

"Dengan IPM, nyeri dapat diminimalkan, bahkan sampai bebas dari nyeri tanpa pasien harus minum obat penghilang nyeri berkepanjangan dengan segala efek sampingnya. Dengan berbagai tambahan pelayanan tersebut, diharapkan kebutuhan pelayanan kesehatan yang aman dan nyaman bagi masyarakat Kudus dan sekitarnya dapat terpenuhi," ujarnya.

Meskipun alatnya canggih dan berbiaya mahal, RS Mardi Rahayu Kudus tengah mengupayakan agar layanan tersebut juga bisa diakses peserta jaminan kesehatan nasional (JKN), seperti halnya pelayanan MRI juga bisa diakses bagi peserta JKN karena RS Mardi Rahayu telah menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus juga menggelar program bakti sosial operasi gratis bibir sumbing. 

Baca juga: Pemeriksaan GeNose C19 bagi calon penumpang di Stasiun Purwokerto
Baca juga: Stasiun Solobalapan mulai layani pemeriksaan GeNose C19

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024