Solo (ANTARA) - Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka meminta pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berani melakukan jemput bola untuk memasarkan produk mereka.
"Sekarang banyak marketplace, aplikasi jual beli yang memudahkan kita," kata Gibran di Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Bahkan, dikatakannya, di era disrupsi teknologi dan pandemi COVID-19 tersebut marketplace ini wajib dimanfaatkan. Oleh karena itu, ia meminta pelaku usaha untuk mau tidak mau agar melek teknologi.
Baca juga: Pakar: Perlu aturan "marketplace" cegah monopoli dalam perdagangan daring
"Oleh karena itu, pelaku usaha harus mengubah mindset, yaitu jangan hanya menunggu orang datang untuk membeli, namun harus mengembangkan produk mereka, upgrade produknya, tidak hanya dibaguskan penampilannya tetapi juga mutunya," kata Gibran.
Ia mencontohkan makanan tengkleng yang merupakan salah satu makanan khas Kota Solo, jika sebelumnya makanan tersebut hanya memiliki masa kedaluwarsa 1-2 hari, dengan meningkatkan mutu harapannya masa kedaluwarsa bisa mencapai 1-2 tahun.
Bahkan, dikatakannya, banyak lagi produk makanan khas Kota Solo yang bisa dipasarkan dengan menerapkan teknologi pengalengan tersebut.
Baca juga: Qlapa, Marketplace Khusus Kerajinan Tangan Indonesia
"Kita tidak ingin yang beli hanya yang datang ke warungnya, tetapi bisa disimpan di frozen, divakum, dikalengkan. Bisa dijual hingga ke luar Kota Solo. Jangan mindset-nya menunggu orang datang. Produk asli Solo kalau dikemas dan di-branding dengan baik, didampingi food technology-nya otomatis akan memperluar pasar," kata Gibran.
Sementara itu, ke depan pihaknya juga akan makin mempermudah pemasaran pelaku usaha salah satunya dari sisi perizinan. Bahkan, dikatakannya, pelaku usaha dengan kapasitas produksi sudah baik dan memiliki perizinan lengkap akan dipermudah jika ingin melakukan ekspor.
"Tugas saya adalah membuka peluang seluas-luasnya," kata Gibran.
"Sekarang banyak marketplace, aplikasi jual beli yang memudahkan kita," kata Gibran di Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Bahkan, dikatakannya, di era disrupsi teknologi dan pandemi COVID-19 tersebut marketplace ini wajib dimanfaatkan. Oleh karena itu, ia meminta pelaku usaha untuk mau tidak mau agar melek teknologi.
Baca juga: Pakar: Perlu aturan "marketplace" cegah monopoli dalam perdagangan daring
"Oleh karena itu, pelaku usaha harus mengubah mindset, yaitu jangan hanya menunggu orang datang untuk membeli, namun harus mengembangkan produk mereka, upgrade produknya, tidak hanya dibaguskan penampilannya tetapi juga mutunya," kata Gibran.
Ia mencontohkan makanan tengkleng yang merupakan salah satu makanan khas Kota Solo, jika sebelumnya makanan tersebut hanya memiliki masa kedaluwarsa 1-2 hari, dengan meningkatkan mutu harapannya masa kedaluwarsa bisa mencapai 1-2 tahun.
Bahkan, dikatakannya, banyak lagi produk makanan khas Kota Solo yang bisa dipasarkan dengan menerapkan teknologi pengalengan tersebut.
Baca juga: Qlapa, Marketplace Khusus Kerajinan Tangan Indonesia
"Kita tidak ingin yang beli hanya yang datang ke warungnya, tetapi bisa disimpan di frozen, divakum, dikalengkan. Bisa dijual hingga ke luar Kota Solo. Jangan mindset-nya menunggu orang datang. Produk asli Solo kalau dikemas dan di-branding dengan baik, didampingi food technology-nya otomatis akan memperluar pasar," kata Gibran.
Sementara itu, ke depan pihaknya juga akan makin mempermudah pemasaran pelaku usaha salah satunya dari sisi perizinan. Bahkan, dikatakannya, pelaku usaha dengan kapasitas produksi sudah baik dan memiliki perizinan lengkap akan dipermudah jika ingin melakukan ekspor.
"Tugas saya adalah membuka peluang seluas-luasnya," kata Gibran.