"Saya punya mimpi yang sederhana, yaitu dapat memperkenalkan dan memberdayakan kreativitas lokal melalui internet,†CEO dan co-founder Qlapa Benny Fajarai dalam keterangan pers, Kamis.
Qlapa didirikan bersama co-founder Fransiskus Xaverius, engineer yang tinggal di US selama lima tahun dan bekerja di berbagai perusahaan besar seperti Google, Blackberry, Zynga, Castlight, dan Homejoy sebagai engineer. Pada awal 2015, Frans memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk mengembangkan Qlapa sebagai CTO.
Marketplace yang diluncurkan pada 1 November 2015 hingga kini telah menjual ribuan produk kerajinan tangan yang berasal dari ratusan penjual lokal.
Setiap transaksi di Qlapa menggunakan sistem yang diotomisasi dan menggunakan rekening bersama, sehingga pembeli bisa melakukan transaksi dengan lebih nyaman dan terjamin keamanannya. Sistem ini juga dilengkapi penghitungan ongkos kirim serta manajemen pemesanan yang rapi.
Penjual bisa menawarkan variasi produk jika produknya punya banyak variasi warna. Ada juga fitur kustomisasi yang memungkinkan penjual menerima pesanan custom dari penjual.
Penjual juga bisa menerima pesanan dalam bentuk pre-order jika penjual tersebut memang hanya membuat produk handmade-nya berdasarkan pesanan saja.
Benny menganggap marketplace ini bisa menjadi solusi pemasaran yang lebih murah ketimbang lewat bazaar. Dibandingkan media sosial, marketplace dinilai lebih membantu karena fiturnya memang dibuat khusus untuk jual beli.
Masih ada marketplace populer lain yang bisa dimasuki penjual, namun mereka juga harus bersaing dengan produk lain yang diproduksi dalam jumlah besar.
Itulah mengapa Qlapa ingin menyediakan satu tempat di mana seluruh pengrajin lokal di Indonesia bisa berjualan bersama di satu tempat dengan sistem yang sesuai dengan mereka.
“Melalui Qlapa, kami juga berharap kerajinan lokal Indonesia dapat menjangkau pasar yang lebih luas baik skala nasional maupun internasional,†tambah Benny.
Qlapa didirikan bersama co-founder Fransiskus Xaverius, engineer yang tinggal di US selama lima tahun dan bekerja di berbagai perusahaan besar seperti Google, Blackberry, Zynga, Castlight, dan Homejoy sebagai engineer. Pada awal 2015, Frans memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk mengembangkan Qlapa sebagai CTO.
Marketplace yang diluncurkan pada 1 November 2015 hingga kini telah menjual ribuan produk kerajinan tangan yang berasal dari ratusan penjual lokal.
Setiap transaksi di Qlapa menggunakan sistem yang diotomisasi dan menggunakan rekening bersama, sehingga pembeli bisa melakukan transaksi dengan lebih nyaman dan terjamin keamanannya. Sistem ini juga dilengkapi penghitungan ongkos kirim serta manajemen pemesanan yang rapi.
Penjual bisa menawarkan variasi produk jika produknya punya banyak variasi warna. Ada juga fitur kustomisasi yang memungkinkan penjual menerima pesanan custom dari penjual.
Penjual juga bisa menerima pesanan dalam bentuk pre-order jika penjual tersebut memang hanya membuat produk handmade-nya berdasarkan pesanan saja.
Benny menganggap marketplace ini bisa menjadi solusi pemasaran yang lebih murah ketimbang lewat bazaar. Dibandingkan media sosial, marketplace dinilai lebih membantu karena fiturnya memang dibuat khusus untuk jual beli.
Masih ada marketplace populer lain yang bisa dimasuki penjual, namun mereka juga harus bersaing dengan produk lain yang diproduksi dalam jumlah besar.
Itulah mengapa Qlapa ingin menyediakan satu tempat di mana seluruh pengrajin lokal di Indonesia bisa berjualan bersama di satu tempat dengan sistem yang sesuai dengan mereka.
“Melalui Qlapa, kami juga berharap kerajinan lokal Indonesia dapat menjangkau pasar yang lebih luas baik skala nasional maupun internasional,†tambah Benny.