Boyolali (ANTARA) - Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali Joko Suhartono menyebutkan ketersediaan pangan berupa beras di wilayahnya mengalami surplus sebesar 68.827 ton hingga Oktober 2020.
"Produksi pangan di Boyolali hingga Oktober ini, mencapai 145.932 ton setara beras, sedangkan kebutuhan pangan mencapai 77.105 ton, sehingga masih surplus 68.827 ton," kata Joko Suhartono, di Boyolali, Jumat.
Menurut Joko, surplus itu terjadi mengingat dari jumlah penduduk sebanyak satu juta jiwa di wilayah Boyolali, setiap bulan rata-rata hanya membutuhkan pangan sebanyak 8.092 ton per bulan.
Baca juga: Kepastian ketersediaan pangan bangun optimisme di masa pandemi
Ia mengatakan penyediaan pangan yang diatas rata-rata itu telah sesuai dengan visi misi Bupati yang ingin menjadikan kawasan ini menjadi salah satu gudang pangan nasional.
"Kami memenuhi ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19 saat ini, Boyolali masih aman," kata Joko.
Saat ini, produksi tanaman padi di Boyolali rata-rata mencapai 220.000 ton per tahun dengan luas lahan pertanian sekitar 101.000 hektare, baik irigasi teknis maupun tadah hujan. Jumlah ini diatas rata-rata karena kebutuhan pangan di Boyolali mencapai kisaran 140.000 ton per tahun.
"Pada tahun sebelumnya di Boyolali juga mengalami surplus pangan sekitar 78.000 ton beras, untuk mendukung ketahanan pangan di tingkat Jateng dan nasional," katanya.
Baca juga: Jaga ketersediaan pangan, masyarakat Temanggung diminta giatkan lagi program tani pekarangan
Selain itu, Boyolali juga memproduksi jagung dengan hasil mencapai 114.389 ton atau surplus 113.733 ton pada Oktober 2020. Padahal, kebutuhan jagung di Boyolali masih kecil yakni sekitar 656 ton sehingga surplusnya cukup tinggi.
"Pada pascapanen jagung belum menuju ke industri-industri di daerah. Diharapkan Dinas Pertanian Boyolali ke depan bisa melakukan itu, atau pengolahan dahulu, sehingga petani pendapatannya bisa lebih meningkat," katanya.
Menurut dia, hasil produksi jagung asal Boyolali sementara dikirim ke Surabaya, Jawa Timur, karena proses produksi industri di Boyolali belum mampu menampung seluruhnya.
Pada masa pandemi COVID-19, Dinas Kehutanan Pangan menggalakkan pemberdayaan petani melalui program pemanfaatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Program ini, menjadi ikon Dinas Ketahanan Pangan Boyolali, sejak 2018 hingga sekarang.
Bahkan, program tersebut dilaksanakan kelompok petani setiap desa dan saat ini sangat membantu warga karena dapat mendukung ekonomi keluarga melalui penanaman sayuran di lahan perkarangan.
Baca juga: Pemkab Boyolali pastikan bahan pangan aman
"Produksi pangan di Boyolali hingga Oktober ini, mencapai 145.932 ton setara beras, sedangkan kebutuhan pangan mencapai 77.105 ton, sehingga masih surplus 68.827 ton," kata Joko Suhartono, di Boyolali, Jumat.
Menurut Joko, surplus itu terjadi mengingat dari jumlah penduduk sebanyak satu juta jiwa di wilayah Boyolali, setiap bulan rata-rata hanya membutuhkan pangan sebanyak 8.092 ton per bulan.
Baca juga: Kepastian ketersediaan pangan bangun optimisme di masa pandemi
Ia mengatakan penyediaan pangan yang diatas rata-rata itu telah sesuai dengan visi misi Bupati yang ingin menjadikan kawasan ini menjadi salah satu gudang pangan nasional.
"Kami memenuhi ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19 saat ini, Boyolali masih aman," kata Joko.
Saat ini, produksi tanaman padi di Boyolali rata-rata mencapai 220.000 ton per tahun dengan luas lahan pertanian sekitar 101.000 hektare, baik irigasi teknis maupun tadah hujan. Jumlah ini diatas rata-rata karena kebutuhan pangan di Boyolali mencapai kisaran 140.000 ton per tahun.
"Pada tahun sebelumnya di Boyolali juga mengalami surplus pangan sekitar 78.000 ton beras, untuk mendukung ketahanan pangan di tingkat Jateng dan nasional," katanya.
Baca juga: Jaga ketersediaan pangan, masyarakat Temanggung diminta giatkan lagi program tani pekarangan
Selain itu, Boyolali juga memproduksi jagung dengan hasil mencapai 114.389 ton atau surplus 113.733 ton pada Oktober 2020. Padahal, kebutuhan jagung di Boyolali masih kecil yakni sekitar 656 ton sehingga surplusnya cukup tinggi.
"Pada pascapanen jagung belum menuju ke industri-industri di daerah. Diharapkan Dinas Pertanian Boyolali ke depan bisa melakukan itu, atau pengolahan dahulu, sehingga petani pendapatannya bisa lebih meningkat," katanya.
Menurut dia, hasil produksi jagung asal Boyolali sementara dikirim ke Surabaya, Jawa Timur, karena proses produksi industri di Boyolali belum mampu menampung seluruhnya.
Pada masa pandemi COVID-19, Dinas Kehutanan Pangan menggalakkan pemberdayaan petani melalui program pemanfaatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Program ini, menjadi ikon Dinas Ketahanan Pangan Boyolali, sejak 2018 hingga sekarang.
Bahkan, program tersebut dilaksanakan kelompok petani setiap desa dan saat ini sangat membantu warga karena dapat mendukung ekonomi keluarga melalui penanaman sayuran di lahan perkarangan.
Baca juga: Pemkab Boyolali pastikan bahan pangan aman