Boyolali (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali menyebutkan sebanyak 54 sekolah menengah pertama di wilayahnya siap melaksanakan pembelajaran secara tatap muka saat adaptasi kebiasaan baru pada Tahun Ajaran Baru 2020/2021 mulai Senin (7/9).

"Dari hasil verifikasi ke sekolah-sekolah di Boyolali, sebanyak 97 sekolah yang terdiri 52 SMP negeri dan 45 SMP swasta, 54 sekolah di antaranya sudah sangat siap melaksanakan pembelajaran tatap muka," kata Kepala Disdikbud Boyolali, Darmanto, di Boyolali, Jawa Tengah, Rabu.

Menurut Darmanto, sisanya sebanyak 25 SMP siap, 12 SMP kurang siap, 4 SMP tidak siap, dan dua kurang terverifikasi, sehingga totalnya sebanyak 97 SMP di Boyolali.


"Kami targetkan 54 SMP yang sangat siap pelaksanaan pembelajaran tatap muka, dapat dimulai pada Senin (7/9)," kata Darmanto.

Darmanto mengatakan semua sadar di Boyolali khususnya hingga sekarang masih kondisi pandemi COVID-19, Disdikbud sesuai tugas pokok fungsinya dan hasil diskusi sebelumnya sepakat, bahwa tanpa ada pertemuan, tatap muka antara siswa dengan guru, maka kegiatan pembelajaran tidak bisa maksimal.

Baca juga: Wali Kota Semarang: Sekolah tatap muka harus seizin orang tua

Karena, kata Darmanto, pembelajaran jarak jauh mengalami banyak kendala ekonomi, antara lain tidak semua anak mempunyai android, tidak semua anak punya paket data. dan kendala teknisnya tidak semua daerah ada signal, serta tidak semua guru bisa mengoperasikan android.

"Kami jujur saja, guru-guru di Boyolali belum dilatih atau disiapkan untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh," katanya.

Oleh karena itu, Disdibud Boyolali dengan mempersiapkan pembelajaran untuk tatap muka. Karena, pihaknya sepakat keselamatan dan kesehatan para siswa serta tenaga pendidik menjadi prioritas.

Dinsdikbud Boyolali sebelumnya sudah mengadakan pertemuan bersama Satgas COVID-19, Sekda Boyolali, Ketuas Komisi IV DPRD, dan Ketua Dewan Pendidikan setempat untuk mendengar langsung paparan kesiapan masing-masing sekolah SMP.

"Disdikbud dari hasil rapat juga ada masukan yang dirangkum menjadi Standar Operasional Prosedur (SOP) soal protokol kesehatan, sehingga penerapannya akan lebih baik," katanya.

Menurut dia, dari 54 sekolah SMP yang sangat siap melaksanakan pembelajaran tatap muka tersebut, juga sangat tergantung dari Satgas COVID-19 di desa. Karena, sekolah boleh kegiatan pembelajaran tatap muka, jika berada masuk zona hijau atau kuning.

Namun, sekolah ketika masuk daerah zona merah COVID-19, maka harus langsung berhenti, dan melaksanakan belajar dari rumah. Masyarakat harus disiplin, karena Disdikbud tidak sendirian dalam menghadapi pencegahan COVID-19.

"Empat syarat mutlak yang harus dipenuhi sekolah sebelum mulai kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Antara lain sekolah masuk zona kuning/hijau, ada izin dari orang tua siswa, sarana prasarana sekolah untuk menerapkan protokol kesehatan, dan ada izin Disdikbud," katanya.

Pada kegiatan pembelajaran tatap muka, kata dia, tentunya dengan adaptasi kebiasaan baru dan kurikulum tidak menjadi target, sehingga waktunya juga dibatasi. Untuk menjaga social distancing maksimal 18 siswa setiap kelas. Jika jumlah siswa 30 anak bisa dilakukan dua shift, dan tanpa ada istirahat, sehingga mereka membawa bekal dari rumah.

Kendati demikian, Disdikbud mengajak semua pihak menggerakkan masyarakat agar lebih disiplin, dan zonanya semakin baik, sehingga pandemi akan segera selesai serta semua hal termasuk pendidikan kembali berjalan normal. 

Baca juga: Bupati Banyumas izinkan sekolah gelar KBM tatap muka
Baca juga: SMKN 1 Temanggung bakal uji coba pembelajaran tatap muka
 

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024