Purbalingga (ANTARA) - Bukalapak mendukung pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, dengan memasarkan produk UMKM tersebut melalui platform digital Tuka Tuku Purbalingga yang telah berjalan selama enam bulan.
"Kerja sama kami dengan UMKM Purbalingga melalui Tuka Tuku Purbalingga ini merupakan satu kesatuan yang saling berkolaborasi, di mana Bukalapak sebagai media 'market place'-nya dan Kampung Marketer yang memfasilitasi para pelaku UMKM dalam hal desain hingga 'upload' barang milik pelaku UMKM," kata Vice President Public Policy and Government Relations Bukalapak Bima Laga di sela kunjungan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Selasa.
Bahkan, kata dia, Pemerintah Kabupaten Purbalingga memberi dukungan dengan dikeluarkannya Surat Edaran Bupati Purbalingga yang berisi ajakan untuk membeli produk makanan dan sebagainya di Tuka Tuku Purbalingga.
Menurut dia, platform digital Tuka Tuku Purbalingga saat ini telah melibatkan puluhan pelaku UMKM di Purbalingga dengan ratusan produk yang ditawarkan.
"Dalam enam bulan sudah ada 600 transaksi dengan omzet mencapai ratusan juta rupiah. Kami optimistis dalam tahun ini angkanya dapat mencapai miliaran rupiah," katanya.
Bima mengatakan Tuka Tuku Purbalingga merupakan pionir dan hingga saat ini sudah ada daerah lain yang ingin mereplikasinya seperti Nganjuk dan Magelang.
Sementara itu, Senior Public Policy Manager Bukalapak Lusiana Gita mengatakan Tuka Tuku Purbalingga awalnya merupakan inkubasi bisnis yang diikuti 50 pelaku UMKM
Baca juga: Pemprov dorong pelaku UMKM di Jateng melek teknologi
"Setelah itu, ketika mereka kita nyatakan lulus dan buat akun sendiri, kita joinkan UMKM yang lain lagi," katanya.
Salah seorang pelaku UMKM, Warti Almaidah mengaku mengalami peningkatan omzet lebih dari 50 persen sejak bergabung dengan Tuka Tuku Purbalingga enam bulan lalu, yakni dari rata-rata Rp5 juta per bulan menjadi Rp8 juta hingga Rp10 juta per bulan.
"Saya merintis usaha olahan nanas ini sejak tahun 2016 dan bergabung dengan Tuka Tuku Purbalingga sejak bulan September 2019. Produk saya berupa jus nanas, dodol nanas, dan sabal nanas sudah dibeli konsumen di Jakarta dan kota-kota lainnya melalui Tuka Tuku Purbalingga," katanya.
Baca juga: 40 pelaku UMKM Banyumas ikuti kursus singkat wirausaha baru di PLUT Jateng
"Kerja sama kami dengan UMKM Purbalingga melalui Tuka Tuku Purbalingga ini merupakan satu kesatuan yang saling berkolaborasi, di mana Bukalapak sebagai media 'market place'-nya dan Kampung Marketer yang memfasilitasi para pelaku UMKM dalam hal desain hingga 'upload' barang milik pelaku UMKM," kata Vice President Public Policy and Government Relations Bukalapak Bima Laga di sela kunjungan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Selasa.
Bahkan, kata dia, Pemerintah Kabupaten Purbalingga memberi dukungan dengan dikeluarkannya Surat Edaran Bupati Purbalingga yang berisi ajakan untuk membeli produk makanan dan sebagainya di Tuka Tuku Purbalingga.
Menurut dia, platform digital Tuka Tuku Purbalingga saat ini telah melibatkan puluhan pelaku UMKM di Purbalingga dengan ratusan produk yang ditawarkan.
"Dalam enam bulan sudah ada 600 transaksi dengan omzet mencapai ratusan juta rupiah. Kami optimistis dalam tahun ini angkanya dapat mencapai miliaran rupiah," katanya.
Bima mengatakan Tuka Tuku Purbalingga merupakan pionir dan hingga saat ini sudah ada daerah lain yang ingin mereplikasinya seperti Nganjuk dan Magelang.
Sementara itu, Senior Public Policy Manager Bukalapak Lusiana Gita mengatakan Tuka Tuku Purbalingga awalnya merupakan inkubasi bisnis yang diikuti 50 pelaku UMKM
Baca juga: Pemprov dorong pelaku UMKM di Jateng melek teknologi
"Setelah itu, ketika mereka kita nyatakan lulus dan buat akun sendiri, kita joinkan UMKM yang lain lagi," katanya.
Salah seorang pelaku UMKM, Warti Almaidah mengaku mengalami peningkatan omzet lebih dari 50 persen sejak bergabung dengan Tuka Tuku Purbalingga enam bulan lalu, yakni dari rata-rata Rp5 juta per bulan menjadi Rp8 juta hingga Rp10 juta per bulan.
"Saya merintis usaha olahan nanas ini sejak tahun 2016 dan bergabung dengan Tuka Tuku Purbalingga sejak bulan September 2019. Produk saya berupa jus nanas, dodol nanas, dan sabal nanas sudah dibeli konsumen di Jakarta dan kota-kota lainnya melalui Tuka Tuku Purbalingga," katanya.
Baca juga: 40 pelaku UMKM Banyumas ikuti kursus singkat wirausaha baru di PLUT Jateng