Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai dampak dari wabah Virus Corona ke perekonomian dunia lebih kompleks dibandingkan tekanan ekonomi global pada 2008 akibat kebangkrutan bank investasi di AS, Lehman Brothers.
Menurut Sri Mulyani di lingkungan Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, wabah Virus Corona jenis baru atau Covid-19 menimbulkan tekanan langsung terhadap individu masyarakat, bukan melalui sektor keuangan seperti pada 2008.
Baca juga: Menkeu buka opsi penyehatan Jiwasraya lewat PMN
Tekanan langsung terhadap individu itu membuat kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat lainnya terhambat, seperti sekolah yang diliburkan hingga pabrik yang ditutup. Hal itu menimbulkan tertundanya kegiatan masyarakat, termasuk produksi.
"Lebih rumit ini (Corona). Karena ini menyangkut manusia, merasa dia harus memberikan ketenangan dulu apa yang disebut dengan ancaman atau risiko terhadap mereka. Karena ini menyangkut diri langsung pada ancaman mereka, keselamatan, kesehatan, sampai pada kemungkinan terancam meninggal dunia, itu yang jauh dampaknya lebih langsung," ujar dia.
Sewaktu tekanan ekonomi global di 2008, dampak yang terjadi dalam jangka pendek adalah dampak akibat transmisi di industri keuangan. Memang pada 2008, krisis akibat bangkrutnya Lehman Brothers menimbulkan dampak rambatan seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pegawai dan penutupan korporasi.
"Tapi kalau ini (Corona) langsung ke orang yang sakit, jadi naturenya lebih dalam karena masyarakat tiba-tiba menjadi 'setengah lumpuh'-lah," ujar dia.
Dengan demikian, ketika tekanan pada 2008 terjadi, efek rambatan dalam jangka pendek hanya menyentuh lembaga jasa keuangan. Sementara, dampak yang timbul karena Virus Corona adalah dampak riil yang menghambat kegiatan masyarakat, termasuk roda perekonomian.
"Sekarang mungkin langsung mengena pada sektor riilnya. Karena menyangkut masalah orang yang tidak berani melakukan mobilitas, tidak melalukan kegiatan, itu pengaruhi sektor riil, investasi, manufaktur," ujarnya.
Maka itu, kata Sri Mulyani, saat ini pemerintah Indonesia fokus mengeluarkan kebijakan untuk membendung dampak Virus Corona ke sektor riil ekonomi, baik dari sisi permintaan maupun pasokan.
"Hal itu entah melalui berbagai relaksasi dan juga dari sisi permintaan supaya masyarakat, yang pertama, jangan merasa ketakutan yang membuat mereka tidak melakukan kegiatan apa-apa. Tapi risiko penyakit ini kan harus dibobot bener. Jadi kita juga dalam rekomendasinya tergantung dari persebaran itu," ujarnya.
Baca juga: Mahfud segera panggil Menteri BUMN dan Menkeu terkait soal Asabri
Sri Mulyani menegaskan pemerintah akan terus mencermati dampak Virus Corona ke ekonomi domestik. Selain insentif ke pariwisata, pemerintah juga menyiapkan insentif ke industri manufaktur di paket stimulus tahap dua.
"Pemerintah sangat terbuka dalam hal ini. Makanya respons pertama fokusnya pertama yang langsung berhubungan dengan pariwisata, seperti hotel, restoran, maskapai. Tapi sekarang kita lihat lebih luas kepada sektor manufaktur. Jadi ini bentuk pemihakan, bantuan, insentif harus dimodifikasi berdasarkan kebutuhan. Kami sedang hitung dan rancang ini, kalau sudah matang kita akan laporkan dan akan dibahas di kabinet," ujar Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani di lingkungan Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, wabah Virus Corona jenis baru atau Covid-19 menimbulkan tekanan langsung terhadap individu masyarakat, bukan melalui sektor keuangan seperti pada 2008.
Baca juga: Menkeu buka opsi penyehatan Jiwasraya lewat PMN
Tekanan langsung terhadap individu itu membuat kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat lainnya terhambat, seperti sekolah yang diliburkan hingga pabrik yang ditutup. Hal itu menimbulkan tertundanya kegiatan masyarakat, termasuk produksi.
"Lebih rumit ini (Corona). Karena ini menyangkut manusia, merasa dia harus memberikan ketenangan dulu apa yang disebut dengan ancaman atau risiko terhadap mereka. Karena ini menyangkut diri langsung pada ancaman mereka, keselamatan, kesehatan, sampai pada kemungkinan terancam meninggal dunia, itu yang jauh dampaknya lebih langsung," ujar dia.
Sewaktu tekanan ekonomi global di 2008, dampak yang terjadi dalam jangka pendek adalah dampak akibat transmisi di industri keuangan. Memang pada 2008, krisis akibat bangkrutnya Lehman Brothers menimbulkan dampak rambatan seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pegawai dan penutupan korporasi.
"Tapi kalau ini (Corona) langsung ke orang yang sakit, jadi naturenya lebih dalam karena masyarakat tiba-tiba menjadi 'setengah lumpuh'-lah," ujar dia.
Dengan demikian, ketika tekanan pada 2008 terjadi, efek rambatan dalam jangka pendek hanya menyentuh lembaga jasa keuangan. Sementara, dampak yang timbul karena Virus Corona adalah dampak riil yang menghambat kegiatan masyarakat, termasuk roda perekonomian.
"Sekarang mungkin langsung mengena pada sektor riilnya. Karena menyangkut masalah orang yang tidak berani melakukan mobilitas, tidak melalukan kegiatan, itu pengaruhi sektor riil, investasi, manufaktur," ujarnya.
Maka itu, kata Sri Mulyani, saat ini pemerintah Indonesia fokus mengeluarkan kebijakan untuk membendung dampak Virus Corona ke sektor riil ekonomi, baik dari sisi permintaan maupun pasokan.
"Hal itu entah melalui berbagai relaksasi dan juga dari sisi permintaan supaya masyarakat, yang pertama, jangan merasa ketakutan yang membuat mereka tidak melakukan kegiatan apa-apa. Tapi risiko penyakit ini kan harus dibobot bener. Jadi kita juga dalam rekomendasinya tergantung dari persebaran itu," ujarnya.
Baca juga: Mahfud segera panggil Menteri BUMN dan Menkeu terkait soal Asabri
Sri Mulyani menegaskan pemerintah akan terus mencermati dampak Virus Corona ke ekonomi domestik. Selain insentif ke pariwisata, pemerintah juga menyiapkan insentif ke industri manufaktur di paket stimulus tahap dua.
"Pemerintah sangat terbuka dalam hal ini. Makanya respons pertama fokusnya pertama yang langsung berhubungan dengan pariwisata, seperti hotel, restoran, maskapai. Tapi sekarang kita lihat lebih luas kepada sektor manufaktur. Jadi ini bentuk pemihakan, bantuan, insentif harus dimodifikasi berdasarkan kebutuhan. Kami sedang hitung dan rancang ini, kalau sudah matang kita akan laporkan dan akan dibahas di kabinet," ujar Sri Mulyani.